MUSLIM KOK LIBERAL - Ahmad Sastra.com

Breaking

Jumat, 29 Mei 2020

MUSLIM KOK LIBERAL



Oleh : Ahmad Sastra

Secara etimologi, liberalisme (dalam bahasa inggris Liberalism) adalah derivasi dari kata liberty (dalam bahasa inggris) atau liberte (dalam bahasa Perancis) yang berarti “bebas”.

Adapun secara terminologi, para peneliti mengemukakan bahwa liberalisme adalah terminologi yang cukup sulit untuk didefinisikan. Hal itu karena konsep liberalisme yang terbentuk tidak hanya dalam satu generasi, dengan tokoh pemikiran yang bermacam-macam dan orientasi yang berbeda-beda.

Namun demikian pemikiran liberal adalah bagian dari perang pemikiran [ghozwul fikr] yang dilancarkan Barat untuk meruntuhkan Islam melalui imperialisme epistemologi. Karena itu tujuan utama liberalisme adalah meruntuhkan sendi-sendi pemikiran Islam.

Ideologi sekuler Barat adalah sumber berkembangnya pemikiran liberal melalui gerakan misionarisme dan orientalisme. Mereka sangat paham betapa sulitnya mengalahkan Islam. Akhirnya mereka menggunakan agen-agen muslim untuk menyebarkan pemikiran liberal agar lebih mudah untuk merusak Islam dari dalam.

Muslim yang memuja dan mengadopsi pemikiran liberal adalah pelacur intelektual. Bisa jadi hal ini dilakukan sebagai balas budi atas tuannya yang telah menyekolahkan atau bisa jadi karena kebodohannya. Hal lain yang bisa jadi juga menjadi faktor adalah adanya benih-benih kemunafikan dalam dirinya.

Liberalisme menuhankan kebebasan tiada batas. Liberalisme terus berusaha merusak kaum muslimin dengan serangan pemikiran yang melumpuhkan pilar-pilar fundamental Islam. Dengan logika hermeneutika, nilai-nilai fundamental Islam dirusak dan diracuni.

Dalam pemikiran liberal yang halal dianggap haram dan yang haram justru dianggap halal dengan berbagai apologi ngawur. Dalam pemikiran liberal, penghinaan terhadap Rasulullah dianggap sebagai kebebasan berekspresi, pembelaan terhadap Islam dianggap sebagai radikalisme.

Logika-logika ngawur dan dangkal selalu ditujukan untuk merusak nilai-nilai Islam yang mulia dengan tujuan menanamkan nilai-nilai Barat yang amoral. Lebih ironis lagi karena yang berfikir liberal justru agen-agen Barat yang beragama Islam.

Pemikiran liberal berasas isme-isme atau filsafat barat, sementara pemikiran Islam berasas al Qur’an dan Al hadist. Keduanya adalah bagai langit dan bumi. Muslim liberal sudah pasti sesat dan menyesatkan, sebab pemikirannya akan menyelisihi syariah.

Ketika oleh Allah, Islam disebut sebagai satu-satunya agama yang benar, maka orang liberal akan berkata sebaliknya. Padahal Allah dengan jelas menyebutkan dalam firmanNya Surat Ali Imran ayat 85, “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”

Ketika Allah katakan surga hanya bagi mukmin dan muslim, maka orang liberal akan berkata sebaliknya. Mereka katakan bahwa surga adalah untuk semua agama, seolah merekalah yang bisa menjamin siapa saja yang akan masuk surga. Edan. Begitulah genetis otak liberal, selalu melawan Allah dengan nafsunya yang dangkal tanpa pijakan yang jelas.

Otak liberal mengatakan bahwa jika hanya kaum muslim saja yang masuk surga, maka mereka tak akan betah, karena tak ada temennya. Edan. Padahal Allah berfirman dalam Surat Al Kahfi ayat 107 dan 108,”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.”

Ketika Allah katakan bahwa Islam adalah sempurna meliputi seluruh aspek kehidupan dari doa masuk toilet hingga konsep negara Islam, maka orang liberal berkata sebaliknya. Mereka akan katakan bahwa Islam hanya bersifat individual, tidak punya konsep tentang negara. Bahkan Islam tak lagi relevan dengan perkembangan zaman modern. Edan.

Otak liberal akan mati-matian menolak syariah diterapkan oleh institusi negara, dengan alasan sudah tidak relevan lagi. Manusia liberal sok tahu, seolah lebih cerdas dibandingkan Allah, Tuhan yang punya kedaulatan hukum. Begitulan genetis otak liberal, selalu menolak formalisasi syariah dalam negara. Padahal fakta sejarah menunjukkan bahwa Rasulullah adalah kepala negara Islam Madinah.

Oleh otak liberal kesempurnaan dan kebaikan Islam justru difitnah, dicaci dan dihina. Hukum-hukum Islam yang berasal dari Allah Yang Maha Adil mereka anggap buruk dengan apologi sampah dan tidak ilmiah. Dengan pendekatan tafsir bible hermeneutika, mereka rusak Al Qur’an. Begitulah watak otak liberal, selalu membenci Islam dengan logika kacau dan amburadul.

Kalau ada orang kafir liberal itu wajar. Tapi kalau ada muslim kok liberal, sungguh memilukan. Apakah hanya karena kebodohan, atau karena telah menjadi budak intelektual Barat karena balas jasa atas biaya kuliah yang selama ini telah dijamin. Bisa juga karena tidak paham dan tidak sadar, bahwa pemikiran liberal itu sesat dan menyesatkan.

Apa saja yang berasal dari kebenaran Islam, bagi otak liberal harus dilenyapkan. Otak liberal mengalami Islamophobia. Istilah negara Islam, politik Islam, pendidikan Islam, budaya Islam, ekonomi Islam, dan kehidupan Islam adalah istilah-istilah yang paling dibenci oleh otak liberal.

Otak muslim yang liberal biasanya karena memang sejak awal telah mendalami pemikiran-pemikiran filsafat Barat, namun tidak dilandasi oleh aqidah dan pemikiran Islam ideologis. Hasilnya adalah rasa bangga menjadi liberal dan merasa minder menjadi pejuang Islam.

Memang sangat sayang jika para generasi mudah muslim yang notabene terlibat dalam ormas Islam, namun memiliki pemikiran liberal. Muslim liberal hanya akan menjadi batu sandungan perjuangan Islam, sebagaimana kaum munafik yang selalu menghalangi perjuangan Islam sejak zaman Nabi dan Rasul.

Liberalisme, sekulerisme, pluralisme, feminisme, multikulturalisme, moderatisme, permisivisme, materialisme, hedonisme dan isme-isme lainnya adalah produk pemikiran Barat yang bertentangan dengan Islam 100 persen. Muslim pengembannya adalah sangat berbahaya bagi perjuangan Islam. Mereka akan menjadi duri dalam daging bagi umat Islam.

Memang otak liberal itu selalu mendapat asupan pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Selain itu gerakan liberalisme ini didukung oleh dana yang sangat besar. Jika dana tak lagi mengalir, biasanya otak liberal mulai lunglai, sebab semangat otak liberal beriringan dengan asupan perutnya dari tuannya.

Bagi otak liberal, kegelapan dan kesesatan adalah kebenaran, sementara kebenaran adalah kegelapan dan kesesatan. Sebab otak liberal memang dikonstruksi untuk membenci dan merusak Islam. Maka otak liberal pantas disebut sebagai pelacur intelektual, jika tidak ingin disebut lebih hina dari itu.

Barat kafir kini tengah melancarkan penjajahan pemikiran (imperialisme epistemologi) kepada umat Islam atau negeri-negeri muslim dengan menggunakan para anteknya yang liberal. Imperialisme epistemologis (ghozwul fikr) (QS. Al Baqarah : 120 dan 217) ini setidaknya memiliki empat karakteristik : Harakah At Tasykik, Harakah At Tasywih, Harakah At Tadzwib dan Hakarah At Taghrib.

Harakah At Tasykik yakni menumbuhkan keraguan (skeptis) pada umat Islam akan kebenaran Islam. Diantara keraguan yang mereka lancarkan adalah gugatan tentang otentitas Al Qur’an, Islam sebagai Mohammadanisme, keraguan atas kerasulan Muhammad. Dampak dari at tasykik adalah tumbuhnya sikap netralitas dan relativitas terhadap ajaran Islam. Jika masih ada seorang muslim yang secara fanatik memahami Islam maka mereka kemudian dicap sebagai fundamentalis, radikalis, islamist dan teroris.

Harakah At Tasywih, yaitu menghilangkan rasa kebanggaan terhadap ajaran Islam dengan cara memberikan stigma buruk terhadap Islam. Mereka dengan gencar mencitrakan Islam secara keji melalui media-media. Islam dipresentasikan sebagai agama yang antagonistik terhadap ide-ide kebebasan, HAM, demokrasi, pluralisme dan nilai-nilai Barat lainnya. Dampak dari tasywih ini adalah menggejalanya inferiority complex (rendah diri) pada diri umat Islam, islamopobhia, pemujaan kepada Barat.

Harakah At Tadzwib, yakni gerakan pelarutan (akulturasi) peradaban dan pemikiran. Dampaknya adalah terjebaknya umat Islam dalam pemikiran pluralisme agama. Pluralisme jelas bertentangan dengan Islam. Sebab pluralisme menurut WC Smith bermakna transendent unity of religion (wihdat al adyan), dan global teologi menurut John Hick.

Hakarah At Taghrib yakni gerakan westernisasi. Sebuah upaya penggiringan opini dan paradigma bahwa sumber kemajuan adalah Barat. Maka jika ingin maju, harus mengikuti Barat. Padahal ideologi Barat tak ubahnya sebagai candu dan racun yang akan membunuh pelan-pelan ghirah Islam.

Beberapa langkah praktis untuk memadamkan cahaya Islam yang dilakukan olah para musuh Islam adalah : Name Calling Device (stigmatisasi Islam), Gelittering Generalaties Device ( perlambangan indah agar disenangi kaum muslim), Transfer Device (mempertalikan istilah dengan hal yang digemari orang banyak], Testimonial Device (merujuk perkataan orang-orang terkenal supaya dipercaya), Plainfolks Device (berjuang atas nama membela rakyat), Card Stacking Device ( memutar balik fakta) dan Band Wagon Device (menggunakan musik dan slogan) ( Dorothy Mulgrave, dikutip Toha Jahja Omar, Ilmu Dakwah, 1967 : 3).

[AhmadSastra,KotaHujan, 29/05/20 : 17.50 WIB].

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories