INTEGRITAS INTELEKTUAL - Ahmad Sastra.com

Breaking

Senin, 04 April 2022

INTEGRITAS INTELEKTUAL



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Arus postmodernisme oleh Ernest Gellner dimaknai sebagai gerakan dekonstruksi makna dengan memunculkan berbagai kontradiksi. Tentu saja, secara aksiologis, gerakan ini akan membawa daya rusak alam pikiran manusia. Sementara pemikiran yang rusak akan melahirkan kerusakan kehidupan secara keseluruhan.

 

Memang benar bahwa pilar utama berdirinya sebuah peradaban adalah intelektualitas yang melahirkan ilmu, paradigma bahkan ideologi. Suram dan cerahnya peradaban bangsa sangat bergantung kepada pandang hidup (worldview) bangsa tersebut terhadap manusia, kehidupan dan alam semesta korelasinya dengan eksistensi Tuhan.

 

Ketika intelektualitas telah mengalami disorientasi, maka perkembangan intelektual suatu bangsa tak lagi berpijak pada etika. Disorientasi intelektual dari idealisme etis kepada pragmatisme akan mengakibatkan kerusakan berbagai sendi kehidupan bangsa. Jika telah hilang kejujuran intelektual, maka malapetaka peradaban akan segera menjadi kenyataan.

 

Pragmatisme duniawi ini dalam pandangan Imam Al Ghazali merupakan sumber kerusakan. Dalam Kitab Ihya ‘Ulumudin juz 2 halaman 357 ditegaskan bahwa kerusakan rakyat itu karena kerusakan penguasa, dan rusaknya penguasa itu karena rusaknya para ulama. Sementara rusaknya para ulama itu karena kecintaan pada harta dan kedudukan. Sesiapa yang terpedaya akan kecintaan terhadap dunia tidak akan kuasa mengawasi hal-hal kecil, bagaimana pula dia hendak melakukannya kepada penguasa dan perkara besar ?.

 

Ulama suu' memanfaatkan ilmu yang dititipkan oleh Allah Ta'ala justru untuk hal-hal duniawi semata. Termasuk di antaranya adalah mencari kedudukan dan popularitas di mata publik. Demikian pula, ulama suu' memilih dekat-dekat dengan penguasa. Hal itu mereka lakukan karena terlalu senang dunia dan takut mati. Bagaimanapun, Imam al-Ghazali juga menegaskan adanya ulama yang sejati, yakni ulama al-akhirah. Mereka sama sekali tidak mengharapkan imbalan, baik itu harta maupun kedudukan atau kekuasaan.

 

Oleh Michel Foucolt dan Akbar S. Ahmed, gerakan post modernisme telah mengarah kepada dekonstruksi atas agama, dimana Tuhan tidak lagi dilibatkan dalam upaya pembangunan peradaban manusia. Akibatnya, saat ini pemikiran sekuler dan liberal yang berusaha menjauhkan dari agama telah mendominasi dan bahkan menghegemoni peradaban modern.

 

Sekulerisme dan liberalisme membawa nilai-nilai aksiologis yang destruktif bagi peradaban dunia hari ini. Perilaku yang tak berpijak kepada etika justru sering dilegitimasi atas nama hak asasi manusia. Sementara tak jarang, nilai-nilai agama yang justru membawa kebaikan bagi manusia justru mendapat stigmatisasi yang tidak proporsional.

 

Peradaban yang ditopang oleh disorientasi intelegensia seperti sekulerisme, liberalisme dan ateisme akan melahirkan kehidupan yang tidak manusiawi, tidak adil dan tidak memberikan kebahagiaan bagi rakyat. Fenomena kemiskinan global, amoralitas dan kriminalitas adalah tumbal-tumbal disorientasi intelegensia ini. Peradaban modern akan semakin gulita jika disorientasi intelegensia telah menjangkiti politik kekuasaan.

 

Dalam pandangan Islam, Allah adalah pencipta manusia, kehidupan dan manusia yang telah memberikan blue print dan road map agar kehidupan dunia ini konstruktif. Hal ini menegaskan bahwa Allah lah sumber ilmu dan kebenaran yang terwujud dalam ayat qauliyah dan qauniyah. Paradigma inilah yang harus menjadi pijakan dalam merumuskan ontologi, epistemologi dan aksiologi peradaban bangsa.

 

Istilah peradaban berasal dari kata adab yang merupakan kata dari khasanah Islam. Adab oleh Al Attas dideskripsikan seperti orang yang bersikap baik dalam sebuah undangan jamuan makan. Begitupun dalam kehidupan, hakikatnya manusia adalah berada dalam jamuan makan atas undangan Allah. Adab adalah tatkala manusia patuh dan taat kepada Allah berdasarkan ilmu dan iman.

 

Indonesia, yang meyakini Pancasila sebagai pijakan moralitas menyatakan sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Secara filosofis tentu saja bangsa ini harus terus mencerdaskan kehidupan bangsa berbasis adab. Epistemologi adab hanya bisa ditemukan dalam referensi Islam. Terlebih lagi ketika Indonesia mayoritas beragama Islam.

 

Integritas adalah sejumlah prinsip moralitas yang membawa kebaikan dan kemuliaan. Karakter ini bukan hanya harus dimiliki oleh kaum intelektual, namun lebih utama lagi dimiliki oleh para pemimpin bangsa. Hal ini penting, sebab seorang pemimpin terdapat tanggungjawab besar bagi kebaikan rakyat dan bangsanya melalui berbagai kebijakan politik.

 

President dari Reflections Ministries, Atlanta, Dr. Kenneth Boa memberikan ilustrasi dan penegasan soal integritas bagi pemimpin. Dia menempatkan integritas sebagai lawan dari kemunafikan. Karakter munafik menurutnya, tidaklah qualified untuk membimbing orang-orang lain guna mencapai kebaikan yang lebih tinggi. Dengan demikian integritas pemimpin menduduki posisi penting, selain integritas seorang intelektual.

 

Integritas itu bermuara kepada karakter berbasis nilai, sebagaimana kepemimpinan Rasulullah yang didasarkan oleh kejujuran, amanah, menyampaikan kebenaran dan memiliki kecerdasan. Kepemimpinan bangsa yang memiliki integritas harus ditpang oleh integritas ulama dan kaum intelektual. Keduanya berjalan seiring sejalan demi kebaikan dan kemuliaan bangsa.

 

Karena itu,  adalah penting membangun integritas intelektual para ilmuwan. Integritas intelektual berpijak kepada nilai-nilai etis yang akan membawa kepada kebaikan dan kemuliaan. Sebaliknya, intelektualitas tanpa integritas berarti suatu bangsa telah kehilangan nilai kejujuran, kredibilitas dan sederet karakter mulia lainnya. Baik kaum intelektual atau ulama maupun penguasa wajib hukumnya memiliki integritas intelektual karena sangat berperan membawa arah suatu bangsa dan peradabannya. 

 

(AhmadSastra,KotaHujan,04/04/22 : 09.24 WIB)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories