LONJAKAN HIV/AIDS AKIBAT SEKULERISASI SEKSUAL - Ahmad Sastra.com

Breaking

Jumat, 02 September 2022

LONJAKAN HIV/AIDS AKIBAT SEKULERISASI SEKSUAL

Oleh : Ahmad Sastra 

Negeri ini darurat amoralitas seksual, hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus amoral seksualitas yang terjadi di negeri pancasila ini. Perilaku amoral kaum LGBT semakin menyeruak tanpa rasa malu, bahkan banyak yang mendukung sebagai bagian dari ekspresi HAM. Terbongkarnya sindikat praktek prostitusi gay yang melibatkan anak-anak usia 13-17 tahun menambah deretan panjang amoralitas seksual di negeri ini. 

Belakangan ini masyarakat digegerkan dengan temuan 12.358 kasus HIV di Bandung pada media sosial. Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bandung, Sis Silvia Dewi, menjelaskan bahwa hal tersebut ternyata akumulasi data milik Dinkes Bandung dari tahun 1991-2021. Selain itu, dari keseluruhan 12.358 data yang ditemukan, 5.943 adalah warga Bandung. Hasil tes itu pula dibedakan berdasarkan pekerjaan, usia, dan faktor risiko penularan. Walaupun 6,9 persen atau 414 kasus terjadi pada mahasiswa, nyatanya temuan paling banyak ada pada pekerja swasta, yakni 30 persen. 

Data lainnya menunjukan 15 persen terjadi pada wiraswasta dan 11 persen pada Ibu Rumah Tangga (IRT). Sebanyak 99 anak laki-laki berhasil diselamatkan Bareskrim Polri dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari tangan AR (41) yang berperan sebagai germo. Mereka adalah korban prostitusi gay di Cipayung Puncak Bogor yang dipekerjakan sebagai budak seks bagi laki-laki penyuka sesama jenis. Kasus ini sudah terjadi agak lama, namun belum lama ini juga ada kasus penggerebekan pesta gay di bilangan ibu kota. Di seluruh dunia, angka kasus HIV/AIDS pada pasangan laki-laki sesama laki-laki (gay) terus mengalami peningkatan. 

Pada awalnya, kasus ini banyak ditemui di negara-negara maju seperti Amerika Serikat pada tahun 1980an. Saat ini kasus HIV/AIDS pada pasangan gay telah menurun di negara-negara maju, tapi mulai merebak di negara-negara berkembang di Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sebuah penelitian yang dimuat dalam International Journal of Epidemiology mengungkapkan bahwa tingkat risiko penularan HIV/AIDS lewat seks sesama jenis 18% lebih beresiko dibandingkan hubungan lawan jenis. 

Sementara melonjaknya penderita HIV/AIDS di negeri ini yang akhir-akhir ini muncul diakibatkan seks bebas di kalangan remaja dan mahasiswa. Kasus prostitusi atau pelacuran adalah tindakan menyalurkan libido seks seseorang dengan menghiraukan etika dan adab. Setiap manusia, bahkan hewan memang telah diberikan dorongan seksual oleh Allah, namun pola penyalurannya banyak yang menyimpang dari aturan-aturan agama. penyimpangan itu bisa berupa aksi pemerkosaan, perzinahan, pedopilia, homoseksual atau lesbian, dan pelacuran. Amoralitas seksual ini sangat berpengaruh atas lanjakan penderita HIV/AIDS. 

Pola manusia yang menyelurkan dorongan seksual dalam dirinya tanpa mengikuti adab dan nilai agama telah terjangkiti virus sekulerisme. Virus sekulerisme memandang dorongan seksual adalah alamiah dan harus disalurkan secara alamiah pula tanpa harus terikat dengan nilai-nilai agama. Pandangan seperti ini berkembang pesat di dunia Barat yang memang sekuler. Tokoh pencetus sekulerisasi seksualitas adalah Sigmund Freud dengan teori psikoanalisanya. Manusia, dalam pandangan filsafat komunisme tak ubahnya sebagai binatang ekonomi [economic animals]. Psikoanalisa Freud mengawali asumsinya tentang hukum kausalitas atau psychological determination. 

Teori ini menyatakan bahwa segala sebab pasti ada akibatnya dan segala akibat pasti ada sebabnya. Tidak ada suatu aktivitas yang dibuat oleh manusia kecuali ada sebab yang mendorongnya melakukan tindakan tersebut. Mungkin sebab itu nyata dan bisa jadi tidak nyata. Mungkin sebab itu logis dan bisa jadi tidak logis. Dalam prinsip psikoanalisa pertama ini, kasus prostitusi gay dengan korban sejumlah anak laki-laki yang dijajakan kepada para pria homoseksual setidaknya disebabkan oleh tiga faktor. 

Pertama karena adanya motif ekonomi yang ditangkap oleh sang germo ketika ada peluang permintaan para lelaki homoseksual untuk melampiaskan libido seksualnya. Kedua karena adanya penyimpangan seksual para kaum homo yang oleh semua agama di larang. 

Ketiga ketidakberdayaan anak-anak untuk menolak tekanan orang dewasa. Keempat sebagai faktor utama adalah tidak adanya kesadaran spiritual dalam diri sang germo, anak-anak korban prostitusi dan para lelaki kaum homoseksual. Kelima, tentu saja karena sistem hukum sekuler yang memberikan ruang kebebasan berperilaku atas nama HAM. Psikoanalisa Freud juga mengenal istilah psychological forces atau kekuatan psikologis. 

Prinsip ini mengasumsikan bahwa terdapat kekuatan asas dalam alam nyata dan kekuatan psikologis adalah salah satu jenisnya. Dari berbagai makanan yang dikonsumsi, prinsip kekuatan psikologi mengasumsikan akan menimbulkan semacam kekuatan yang diekspresikan dalam bentuk tindakan seperti tanggapan, pernafasan dan aktivitas gerak. Kekuatan ini juga bisa terekspresikan dalam bentuk psikologis seperti penanggapan, pemikiran, dan ingatan. Paradigma sekuler yang menjauhkan nilai-nilai etis agama dalam kehidupan manusia mendorong orang untuk berfikir dan bertindak sekuleristik dalam segala hal. 

Setiap pikiran dan tindakan yang diekspresikan bukanlah lahir dari kesadaran agama seseorang, melainkan berakar dari nafsu dan keinginan untuk mendapatkan manfaat pragmatis. Sebab paradigma sekulerisme tidak menimbang tindakan berdasarkan hala dan haram, melainkan berdasarkan manfaat pragmatis yang akan didapatkan. Dari sinilah munculnya dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan amoral yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Dalam kasus prostitusi gay ini yang disebut dengan dorongan dalam diri adalah dorongan untuk mendapatkan manfaat pragmatis berupa kepuasan seksual oleh kaum homoseks dan manfaat pragmatis ekonomis oleh sang germo. 

Keduanya adalah orang yang telah terlepas dari kesadaran agama demi meraih manfaat pragmatis, tanpa mengindahkan hukum halal dan haram. Sekulerisme telah menjadi energi kuat bagi perilaku menyimpang. Ketidakseimbangan psikologis akibat tingginya dorongan seksual (libido) seseorang akan mengakibatkan kondisi ketidaknyamanan hingga ada katarsitas yang dilakukan. 

Katarsitas psikologis dalam paradigma sekuler adalah upaya penyaluran kegalauan psikologis tanpa disandarkan oleh etika. Sandaran katarsitas psikologis sekuleristik hanya bertumpu kepada kepuasan psikologis. Sekulerisme menganggap psikologi seseorang berdiri sendiri tanpa ikatan etika agama tertentu. Dari sinilah paham sekulerisasi seksual dapat ditemukan korelasinya. Dengan demikian upaya katarsitas psikologisnya tanpa terlebih dahulu menimbang dengan etika agama. Dalam kondisi inilah manusia akan lebih banyak dikuasai oleh nafsu dibandingkan keimanan dalam dirinya. Ketiadaan kesadaran etika agama mendorong manusia untuk melanggar nilai-nilai agama. Meski kadang mereka tidak menyadari itu. 

Meskipun ada kesadaran, namun jika dorongan nafsu lebih mendominasi, maka tindakan amoralpun akan dilakukan. Jika masih ada sedikit kesadaran etika agama, biasanya setelah melakukan tindakan amoral, mereka akan mengalami penyesalan dan kegelisahan yang semakin mendalam. Berbeda dengan orang yang tidak memiliki kesadaran etika agama sama sekali. 

Mereka akan melakukan tindakan apapun demi memenuhi dorongan nafsunya, meskipun bertentangan dengan hati nuraninya. Dalam belenggu paradigma sekulerisme dan tiadanya kesadaran etika agama dalam diri seseorang terbukti akan menimbulkan berbagai keruskan moral dan berpotensi menghancurkan peradaban manusia. 

Orientasi ekonomi yang sekuleristik akan melahirkan perilaku ekonomi yang melanggar etika agama. orientasi seksual yang sekuleristik akan melahirkan perilaku seksual yang amoral dan menyimpang dari kodrat manusia itu sendiri. Penguatan sistem etika agama dan membuang jauh-jauh paradigma sekulerisme adalah langkah awal untuk menyelesaikan berbagai kasus penyimpangan seksual di negeri ini.

________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories