Oleh : Ahmad Sastra
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11).
Alhamdulillah, mari senantiasa bersyukur kepada Allah karena limpahan nikmat yang tak terkira dari Allah SWT. Diantara nikmat-nikmat besar adalah usia, kesehatan, kebebasan, akal sehat, islam, iman dan terselamatnya kita dalam agama ini. Islam mengajarkan untuk senantiasa bersyukur dan berdoa, salah satunya adalah doa selamat.
Ya Allah, kami memohon kepada Engkau akan keselamatan agama, kesehatan badan, tambahnya pengetahuan, berkahnya rezeki, mendapatkan taubat sebelum mati, mendapat rahmat ketika mati, mendapat ampunan sesudah mati. Dan ringankanlah kiranya dalam sakaratul-maut, dan selamatkanlah kiranya dari siksaan neraka, dan dapatkanlah kami ampunan pada hari hisab (perhitungan).
Ramadhan transformatif hari keduabelas yang akan kita bahas masih seputar perubahan keluarga. Dalam tulisan sebelumnya, keluarga harus ada perubahan menjadi keluarga ahli ilmu, ahli ibadah dan ahli dakwah serta perjuangan. Tentu saja hal ini tidak mudah, sebab di tengah kehidupan yang serba bebas seperti sekarang ini begitu cepat pengaruh buruk bisa merasuki anak-anak kita.
Perkembangan teknologi informasi begitu luar biasa masuk hingga ruang-ruang private seluruh individu di dunia, termasuk anak-anak kita di kamar, bukan di rumah. Jika dahulu dari berkembang media televisi, maka media ini masih bisa dikendalikan chanelnya karena ditontong oleh satu anggota keluarga. Namun setelah ada android, ada ribuan channel dan mungkin jutaan link digital yang setiap saat bisa diakses oleh anak-anak. Sebab setiap anak memiliki handphone dan dibawa kemana saja dan dimana saja.
Banyak kontens yang sebenarnya sangat tidak layak untuk ditonton anak-anak, namun karena memiliki HP, merekapun mengaksesnya. Resikonya terbentuklah persepsi, asumsi dan asosiasi dalam pikiran anak-anak sekarang. Tidak hanya sampai disitu, bahkan resiko kanal digital ini adanya pergeseran idola hidup bagi anak-anak. Rasulullah tergantikan dengan berbagai tokoh fiktif yang kemudian dijadikan sebagai idola. Ini adalah malapetaka bagi keluarga. Idealnya baitiy jannati, namun dengan adanya era disrupsi ini, rumah bisa menjadi neraka dunia.
Karena itu Ramadhan transformatif edisi duabelas ini kita akan bahasa soal perubahan persepsi anggota keluarga di tengah gelombang pengaruh negatif dari perkembangan teknologi informasi ini. Persepsi adalah proses pengambilan informasi melalui indra kita, seperti penglihatan, pendengaran, dan lain sebagainya, dan kemudian menginterpretasikan informasi tersebut untuk memberikan makna kepada dunia di sekitar kita. Dalam kata lain, persepsi adalah cara kita melihat dan memahami dunia di sekitar kita. Persepsi lahir dari proses penginderaan. Persepsi ini bisa melahirkan pemikiran dangkal, mendalam dan cemerlang. Disinilah pentingnya anak-anak dihadirkan dalam lingkungan yang baik, sehingga dia senantiasa mengindera yang baik-baik saja, sehingga melahirkan persepsi yang baik dan benar atas hidup dan kehidupan.
Berfikir dangkal adalah melihat alam semesta dengan berbagai gejalanya sebatas fenomena alam yang berdiri sendiri. Pikiran dangkal hanya melihat sebatas empirisme dan inderawi. Obyek yang diindera dilihat sebagai material belaka. Berfikir mendalam yakni berfikir bukan sekedar empirisme dari apa yang terindera, melainkan memikirkan juga hakekat dibalik realitas yang ada.
Berfikir cemerlang adalah melakukan penginderaan terhadap semua relaitas alam semesta lantas mengkaitkan dengan kuasa ilahi Allah SWT sang pencipta. Pemikiran cemerlang adalah pemikiran yang benar dan akan meningkatkan keimanan seorang ilmuwan. Pemikiran cemerlang (al fikru al mustanir) selain akan menghasilkan hakekat kebenaran realitas juga akan menjadikan pemikirnya mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan. Pemikiran cemerlang akan memberikan pencerahan bagi manusia. Islam telah meletakkan pondasi yang kokoh di bidang metode berfikir ini.
Karena itu ajarkan anak-anak untuk berpikir cemerlang, sehingga akan mengubah persepsi yang salah menjadi persepsi yang islami. Anak-anak diajarkan untuk melihat segala sesuatu dengan sudut pandang Islam. Inilah persepsi yang benar yang mesti ada pada anggota keluarga. Meski gelombang pengaruh negatif yang disebabkan kemajuan teknologi informasi, namun jika anggota keluarga telah dibekali dengan pemikiran cemerlang, maka seetidaknya akan menjadi penyaring dan bahkan penangkal pengaruh negatif. Lebih dari itu muslim yang memiliki pemikiran cemerlang mampu melakukan kritik dan memberikan solusi yang islami.
Jika telah benar persepsinya atas Rasulullah sebagai yang wajib dijadikan teladan, maka tokoh-tokoh yang muncul akan bisa dinilai secara kritis, bukan malah dijadikan idola oleh anak-anak dan anggota keluarga. Persepsi yang benar atas tokoh-tokoh negatif dan menjadikan Rasulullah sebagai idola utama bagi anak-anak tentu harus diusahakan oleh kedua orang tuanya.
Idola merujuk pada sesuatu yang dipuja atau diidolakan secara berlebihan, baik itu benda, konsep, atau individu. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani "eidolon" yang artinya adalah citra atau bayangan. Dalam konteks populer, idola seringkali merujuk pada selebriti, atlet, atau tokoh publik yang sangat terkenal dan dikagumi oleh banyak orang. Pemujaan yang berlebihan terhadap idola seringkali dapat menyebabkan fanatisme dan mengabaikan kenyataan serta kesalahan-kesalahan yang mungkin dimiliki oleh idola tersebut.
Dalam konteks filosofi, idola atau biasa disebut juga sebagai "idola pikiran" atau "idola pemikiran" merujuk pada kesalahan-kesalahan dalam berpikir yang disebabkan oleh kecenderungan alami manusia untuk membuat asumsi-asumsi dan generalisasi yang tidak selalu benar. Menurut Francis Bacon, terdapat empat jenis idola yaitu idola market place (idola pasar), idola cave (idola gua), idola tribe (idola suku), dan idola theater (idola teater).
Idola dapat memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku anak-anak. Anak-anak cenderung mengagumi idola mereka dan meniru perilaku dan gaya hidup yang mereka lihat dari idola tersebut. Jika idola mereka menampilkan perilaku yang positif seperti kesederhanaan, kerja keras, dan integritas, maka anak-anak dapat dipengaruhi untuk meniru perilaku tersebut.
Namun, jika idola mereka menampilkan perilaku yang kurang positif seperti penggunaan narkoba, perilaku kasar, atau perilaku yang tidak pantas, maka anak-anak dapat terpengaruh untuk meniru perilaku tersebut juga. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik anak-anak, serta dapat memicu perilaku yang tidak pantas dan bahkan berbahaya.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memantau idola yang diikuti oleh anak-anak dan membimbing mereka untuk memilih idola yang positif dan memberikan pengaruh yang baik pada kehidupan mereka. Selain itu, penting juga untuk membimbing anak-anak untuk membedakan antara perilaku yang positif dan perilaku yang tidak pantas serta membantu mereka untuk mengembangkan nilai-nilai yang baik dan benar.
Karena itu orang tua dalam keluarga muslim di bulan Ramadhan ini mesti ada proses transformatif, yakni perubahan idola bagi anak-anak. Orang tua harus benar-benar mengajarkan bahwa Rasulullah adalah idola terbaik yang tidak mungkin tergantikan dengan siapapun. Orang tua harus menyampaikan bahwa kelak di akhirat, setiap orang akan berkumpul dengan orang yang dicintai atau diidolakan.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.” (HR. At Tirmidzi). Siapa saja yang menghidupkan sunnahku, ia telah mencintaiku. Siapa saja yang telah mencintaiku, aku akan bersama dia di surga (HR. At Tirmidzi).
Bagaimana caranya agar anak-anak di rumah mengidolakan Rasulullah dan meninggalkan idola lain yang tidak islami. Pertama, mengajak anak berpikir tentang siapa yang seharusnya dicintai dan pantas menjadi idola. Kedua, mengenalkan Rasulullah SAW kepada anak-anak secara detail kepada anak-anak. Ketiga, memahamkan anak bagaimana cara yang benar mencintai dan menjadikan Rasulullah sebagai idola, yakni berusaha untuk mengikuti sunnahnya, meneladani sikap perilakuknya.
Keempat, menjauhkan anak dari sosok-sosok idola yang akan memberikan pengaruh buruk pada pola pikir dan pola sikapnya. Kelima, banyak menyebut nama Rasulullah dengan istiqomah bersalawat kepada beliau, sebab menyebut namanya sebagai tanda mencintanya. Keenam, , terus panjatkan doa terbaik untuk anak-anak kita berharap kepada Allah agar anak-anak dijaga dan tetap istiqomah menjadikan Rasulullah sebagai idolanya.
Allah berfirman : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21). Demi zat yang diriku dalam genggamannya. Siapapun tidak beriman hingga aku lebih dicintai daripad dirinya sendiri, hartanya, anaknya dan seluruh manusia (HR. Al Bukhari)
Ayat ini menjelaskan tentang betapa pentingnya mengambil teladan dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai contoh dan idola utama dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam hubungan dengan Allah, sesama manusia, maupun dengan lingkungan sekitar. Rasulullah adalah teladan yang terbaik bagi kita, dan wajib dicintai melebihi cinta kita kepada manusia lainnya.
Rasulullah adalah contoh dalam segala hal, mulai dari aqidah, ibadah, syariah, muamalah dan akhlak. Sebab meneladani atau mengidolakan Rasulullah itu harus totalitas, bukan hanya urusan pribadi, namun juga semua jalan hidup Rasulullah, baik sebagai pribadi, suami, ayah, kakek, anggota masyarakat dan bahkan sebagai pemimpin daulah Islam di Madinah.
Ayat ini juga menekankan pentingnya mengingat Allah dan mempersiapkan diri untuk hari kiamat, yaitu hari di mana manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas semua perbuatan dan amalannya selama hidup di dunia. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mengingat Allah dan berusaha untuk melakukan amalan-amalan sesuai sunnah Rasulullah agar dapat mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat nanti.
Nah, Ramadhan transformatif kali ini semoga kita sebagai orang tua ikhtiar maksimal untuk melakukan proses tarbiyah, ta’lim dan ta’dib kepada anak-anak agar terbangun persepsi dan pikiran cemerlang dengan menjadikan Islam sebagai standar pola pikir dan pola sikap di tengah dahsyarnya pengaruh negatif sosial media, sehingga anak-anak tetap menjadikan Allah sebagai Tuhan yang disembah dan Rasulullah sebagai Rasul utusanNya yang dicintai dan dijadikan teladan serta idola hidupanya.
(AhmadSastra,KotaHujan,03/04/23 : 08.47 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad