MOSI TIDAK PERCAYA - Ahmad Sastra.com

Breaking

Selasa, 27 Februari 2024

MOSI TIDAK PERCAYA



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Mosi tidak percaya adalah mekanisme dalam sistem politik di mana anggota parlemen atau lembaga legislatif lainnya menyatakan ketidakpercayaan terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa. Biasanya, mosi tidak percaya diajukan sebagai respons terhadap kebijakan atau tindakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai atau meragukan.

 

Mosi tidak percaya bisa menjadi indikasi ketidakpuasan yang serius terhadap pemerintah dan seringkali menjadi momen penting dalam dinamika politik suatu negara. Ini dapat memicu debat publik yang luas dan bahkan mengarah pada perubahan dalam kepemimpinan atau kebijakan pemerintah. Umat Islam harus melakukan mosi tidak percaya kepada pemerintah kapitalisme demokrasi sekuler yang memang membawa kerusakan karena banyaknya kelemahan yang ada.

 

Dalam sistem demokrasi mayoritas, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Namun, hal ini bisa menyebabkan tirani mayoritas di mana kepentingan minoritas terpinggirkan atau diabaikan. Media dan propaganda dapat dimanfaatkan untuk memanipulasi opini publik, memengaruhi pemilihan umum, dan mendistorsi proses demokratis.

 

Tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap proses politik dan partisipasi dalam demokrasi. Ketidaksetaraan ekonomi, pendidikan, dan akses terhadap informasi dapat menyebabkan ketidaksetaraan dalam partisipasi politik. Demokrasi rentan terhadap korupsi, baik dalam bentuk suap maupun penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini dapat mengarah pada kehilangan kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga demokratis dan merusak prinsip akuntabilitas.

 

Sistem demokrasi seringkali rentan terhadap perubahan pemerintahan yang cepat dan ketidakstabilan politik, terutama jika terjadi konflik antara partai politik atau kelompok kepentingan yang berbeda. Praktik-praktik seperti gerrymandering (pembagian ulang wilayah pemilihan untuk keuntungan politik), voter suppression (upaya untuk mencegah atau menghambat partisipasi pemilih tertentu), dan manipulasi lainnya dapat merusak integritas proses pemilihan umum.

 

Demokrasi sering kali membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai konsensus atau membuat keputusan yang efektif, terutama jika terdapat perbedaan pendapat yang tajam di antara partai politik atau pemangku kepentingan.

 

Kapitalisme cenderung menciptakan ketimpangan ekonomi yang signifikan antara orang kaya dan miskin. Peningkatan kesenjangan pendapatan dan kekayaan dapat mengakibatkan ketidaksetaraan sosial yang merugikan bagi masyarakat. Kapitalisme sering kali rentan terhadap krisis keuangan, seperti resesi atau depresi ekonomi, yang dapat menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan. Spekulasi, gelembung ekonomi, dan ketidakstabilan pasar keuangan dapat menjadi akibat dari sistem kapitalisme yang tidak diatur dengan baik.

 

Beberapa kritikus mengklaim bahwa kapitalisme memungkinkan eksploitasi tenaga kerja, terutama di negara-negara dengan perlindungan buruh yang lemah. Pekerja sering kali harus bekerja dalam kondisi yang buruk, dengan upah rendah, dan tanpa jaminan perlindungan sosial yang memadai. Kapitalisme sering dianggap bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang serius, karena mendorong pertumbuhan ekonomi yang tidak terbatas dan eksploitasi sumber daya alam tanpa memperhitungkan konsekuensi jangka panjang bagi lingkungan.

 

Kapitalisme sering kali menghasilkan monopoli atau oligopoli di mana sejumlah kecil perusahaan mendominasi pasar dan mengontrol harga barang dan jasa. Hal ini dapat menghambat persaingan yang sehat dan inovasi, serta merugikan konsumen. Dalam kapitalisme, fluktuasi pasar dapat menyebabkan ketidakpastian pekerjaan, dengan pekerja sering kali terancam pemutusan hubungan kerja atau perubahan dalam kondisi kerja yang tidak diinginkan. Kritikus juga menyoroti bahwa kapitalisme cenderung mendorong fokus yang berlebihan pada keuntungan finansial, tanpa memperhitungkan dampak sosial atau lingkungan dari kegiatan ekonomi.

 

Pendekatan sekuler dalam beberapa kasus dapat memicu polarisasi antara kelompok agama dan sekuler. Ini terjadi ketika kelompok agama merasa bahwa nilai-nilai mereka diabaikan atau dipermalukan oleh pemerintah atau masyarakat yang menganut prinsip sekuler.Beberapa kritikus menyatakan bahwa sekularisme bisa mengakibatkan penurunan moral publik atau kepercayaan pada nilai-nilai moral absolut, karena agama sering menjadi sumber utama ajaran moral bagi banyak individu.

 

Dalam beberapa kasus, pendekatan sekuler mungkin cenderung memberikan perlakuan yang tidak adil terhadap agama atau mendiskriminasikan mereka dalam kebijakan publik atau hukum. Penghilangan agama dari kehidupan publik dapat menyebabkan krisis identitas dan makna bagi individu atau masyarakat yang sangat bergantung pada agama sebagai panduan moral dan filosofis.

 

Karena agama dipisahkan dari urusan negara, pendekatan sekuler dapat menghasilkan kurangnya pemahaman atau apresiasi terhadap nilai-nilai agama dalam pembentukan kebijakan dan masyarakat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan ketidakpekaan terhadap kebutuhan spiritual dan moral individu. Ada kekhawatiran bahwa penerapan sekularisme yang berlebihan dapat menghasilkan sikap yang terlalu toleran terhadap praktik-praktik atau kepercayaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam. Sebab bagi seorang muslim, sekulerisme adalah paham sesat yang bertentangan dengan ajaran Islam.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,27/02/24 : 10.40 WIB) 


__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories