PELAJARAN DARI ILC TV ONE : BETAPA SEKULERNYA NEGERI INI

Oleh : Ahmad Sastra

Seperti biasa, acara ILC TV One menjadi acara yang ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia. Kali ini ILC 07/08/18 mengangkat tema menarik yakni ‘Mendaulat UAS’. Tema ini diangkat dengan latar belakang munculnya entitas ulama dalam konstalasi politik menuju pilpres 2019. Salah satu nama ulama  yang muncul dalam bursa pilpres adalah Ustadz Abdul Somad. Seorang ulama muda yang namanya telah menyita perhatian jutaan rakyat Indonesia.

Memang idealnya ulama yang seharusnya memimpin negeri ini dengan Islam sebagai sistem ideologi. Sebab para ulamalah yang telah berjasa atas kemerdekaan bangsa ini dari kolonialisme negara-negara penjajah. Sebab ulama adalah pewaris Nabi dan Nabi Muhammad adalah seorang kepala negara Madinah.

Keagungan kepemimpinan Rasulullah telah diakui oleh cendekiawan Barat. Bagi Michael D Hart yang notabene non muslim menilai sosok Rasulullah sebagai  peletak peradaban agung. Sebagaimana dinyatakan  " …kesatuan tunggal yang tidak ada bandingannya dalam mempengaruhi sektor keagamaan dan duniawi secara bersamaan, merupakan hal yang mampu menjadikan Muhammad untuk layak dianggap sebagai sosok tunggal yang mempengaruhi sejarah umat manusia.."

Kembali ke ILC TV One, ada yang menarik dari persepsi dan interpretasi terhadap eksistensi ulama saat masuk dalam kontestasi politik praktis. Ada yang bicara berapi-api meragukan kemampuan ulama dan membedakan dengan politisi. Negara layak dikelola oleh politisi, bukan oleh ulama. Sebab politisi dengan ulama dianggap dua hal yang memiliki perbedaan paradigma.

Pernyataan diatas hanya menegaskan bahwa politik demokrasi adalah representasi ideologi sekulerisme. Sekulerisme adalah ideologi yang memisahkan antara Islam dengan negara. Karena itu jika ada Islam atau ulama yang mencoba masuk dalam bursa politik demokrasi, maka demokrasi akan sekuat tenaga melawan dan menolak Islam.  Sebab dari tempat asalnya, demokrasi memang sekuler yang anti agama.

Hanum Rais, seorang penulis buku, dengan kucuran air mata mencoba memberikan gambaran somad effect yang terus bergelombang. Baginya bahwa munculnya gelombang dukungan kepada ulama muda asal Riau bukanlah sebuah pencitraan sebagaimana tradisi politik demokrasi sekuler selama ini. Bahkan menurut Hanum, ada seratus juta rakyat Indonesia yang dengan tulus mendukung sang ulama.

Dalam perspektif psikologi politik, munculnya ulama dalam konstalasi politik demokrasi bisa jadi karena rakyat telah mencapai puncak kekecewaan dan kemuakan atas kondisi yang selama ini mereka rasakan. Masyarakat Indonesia bisa jadi sudah sadar betapa buruknya politik demokrasi sekuler yang tidak memiliki norma dan etika. Drama politik demokrasi selama ini dengan gamblang menampilkan fragmen korupsi, kolusi dan nepotisme. Demokrasi telah memamerkan kehidupan bebas tanpa batas, perilaku amoral, rakus kekuasaan, kemiskinan rakyat, kerusuhan dan tawuran, narkoba meraja lela dan bahkan negeri ini makin menggunung hutang riba dan intervensi asing atas sumber daya alam.

Mungkin rakyat sudah muak dengan kebusukan demokrasi sekuler yang selama ini makin menjadikan negeri ini carut marut. Demokrasi korporasi telah menjadikan rakyat Indonesia semakin miskin dan sengsara, sementara segelintir kapitalis makin kaya raya. Masyarakat adalah manusia juga yang memiliki batasan kesabaran.

Karena itu, jika fenomena munculnya ulama dalam bursa politik demokrasi sebagai sebuah kesadaran keislaman, maka gelombang kesadaran ini harus terus didorong. Namun demikian, jangan banyak berharap bahwa demokrasi akan memberikan peluang bagi tegaknya Islam di negeri ini. Sebab selama masih ada demokrasi, maka Islam tidak bisa tegak. Islam tidak bisa tegak dengan demokrasi, ini catatan penting.

Dalam konstitusi demokrasi yang berlaku di negeri ini, siapapun bisa menjadi presiden, dari latar belakang apapun. Inilah bedanya dengan sistem Islam. Dalam Islam seorang pemimpin memiliki aturan yang ketat. Tidak semua orang bisa menjadi pemimpin. Islam mensyaratkan kepemimpin harus laki-laki, muslim, adil, mampu, merdeka dan berakal. Sementara demokrasi, siapapun bisa menjadi pemimpin. Politik demokrasi adalah wilayah abu-abu dan sarat tradisi transaksional, menurut Maman Imanulhaq.

Istilah ijtima’ ulama menjadi  kata kunci dalam ILC kali ini. Ada hal yang tidak disadari oleh para ulama di negeri ini. Bahwa dengan politik demokrasi, para ulama sedang diadu domba. Mungkin istilah adu domba banyak yang tidak setuju, tapi faktanya demikian, sebab akan terjadi polarisasi ulama ketika sudah bicara politik praktis.

Karena itu ulama harus benar-benar berhati-hati atas semua dinamika politik di negeri ini. Ulama harus terus fokus kepada orientasi ridho Allah dalam bersikap, berfikir dan berperilaku. Jangan sampai ulama salah jalan dan menyelisihi Islam. Sebab jika menyelisihi Islam, itu sama dengan mengundang murka Allah. Gempa bumi di Lombok NTB harus menjadi renungan yang mendalam oleh para ulama. Sebab gempa bumi bisa jadi adalah teguran Allah sekaligus azabNya.

Dalam demokrasi sekuler, ulama bisa menjadi korban dari pucuk gelombang yang tidak pernah berhenti. Jika ulama terjebak dengan kepentingan pragmatis, maka ulama telah terjebak dalam keganasan demokrasi. Karena itu ulama harus terus menjadi garda terdepan dalam mengawal perjuangan politik Islam, bukan malah menjadi korban apalagi menjadi bagian dari masalah negeri ini.

Idealnya seluruh ulama di negeri ini bersatu padu dalam satu visi membangun peradaban Islam yang rahmatan lil’alamin. Ulama jangan mau diadu domba. Bagi Fahri Hamzah kondisi kontestasi politik 2019 berpotensi muncul benturan sosial. Dalam sejarah, tatkala Islam diterapkan secara kaffah, maka keberkahan akan diturunkan dari langit dan bumi. Namun sebaliknya, jika ayat-ayat Allah diabaikan, maka kesengsaraan dan kesempitan hidup akan menimpa seluruh manusia.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, (QS Ali Imron : 103).

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)" (QS Al An’am : 162-163). 

”Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al A’raaf : 36).

Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (QS Thahaa : 124).

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf : 96)

Karena itu sebaiknya para ulama terus fokus kepada nilai-nilai Islam, jangan sampai mengikuti paradigma demokrasi yang abu-abu dan penuh transaksional. Ulama jangan sampai mengikuti keinginan orang kafir dan munafik. Sebab dengan tegas Allah menetapkan hal demikian.

” Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Al Hasyr : 23).

”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?” (QS. Al Maidah : 50).
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS Annisa : 59).

Dan janganlah kamu menuruti orang-orang  kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pelindung. (QS Al Ahzab : 48)

Meskipun umat Islam hari ini masih terpecah dan tertindas, jangan takut dan bersedih. Kita harus tetap optimis berjuang dan berharap kepada pertolongan Allah. Sebab,  kejayaan Islam dengan tegaknya daulah dan kepemimpinan Islam adalah janji Allah dan Allah tidak pernah mengingkari janjiNya.

Sebab tegaknya Islam adalah semata-mata karena pertolongan Allah. Ada kita maupun tidak ada kita dalam berjuang, maka Islam tetap akan tegak. Sebab dakwah tidak pernah kehabisan pejuang. Jika kita tidak berjuang menolong agama Allah, maka akan ada orang lain yang lebih baik  yang memperjuangkan agama Allah. Janji Allah akan tegaknya kekuasaan Islam ditegaskan dalam firmanNya :

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS Annur : 55).
 
Semoga kita dan para ulama termasuk orang-orang yang dengan ikhlas menerima seruan untuk kembali kepada hukum-hukum Allah dan melepas diri dari segala bentuk hukum thaghut. Semoga dari lisan, tenaga, harta dan jiwa kita untuk Islam akan menjadi asbab turunnya pertolonngan Allah SWT dengan tegaknya hukum Allah di muka bumi ini dengan  tegaknya daulah Islam yang menyatukan umat Islam dibawah satu pemimpin untuk menyebarkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Jika pertolongan Allah telah turun, maka tak ada satupun yang mampu menghentikannya.

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (QS An Nashr : 1-3).

Karena itu, kita berharap semoga Allah segera menurunkan pertolongan dengan wasilah semangat para ulama yang juga menolong agama Allah. Sebagaimana telah terjadi dalam sejarah ketika institusi Islam tegak dengan ideologi Islamnya, maka seluruh kebaikan dari Allah akan diturunkan. Yakinlah dengan firman Allah :

Wahai orang-orang beriman, jika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian dan akan menetapkan kedudukan kalian [QS Muhammad : 7].

[AhmadSastra,KotaHujan,07/08/18 : 23.10 WIB]

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Categories