Oleh : Ahmad Sastra
Alumni Pesantren Ulil Al Baab Bogor
Melalui berbagai cara kebencian musuh-musuh Islam akan terus berusaha memadamkan dan merusak ajaran Islam. Melalui gerakan imperialisme epistemologi, maka Barat kini menjajah pemikiran kaum muslimin dengan paham sesat pluralisme, liberalisme dan sekularisme agama. Bahkan kini virus sepilis ini tengah menyasar pesantren dan para santri.
Sebenarnya fenomena ini sangat jelas telah diingatkan oleh Allah bahwa musuh-musuh Islam tidak akan pernah ridho kepada kaum muslimin. Jika kaum muslimin bersatu, maka mereka akan mencerai-beraikan. Jika umat Islam berjaya, maka mereka berusaha meruntuhkannya. Jika umat Islam menjadi umat beradab, maka mereka akan merusak adab dan akhlak.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS Al Baqarah : 120)
Sebagaimana diketahui, segala media digunakan oleh musuh-musuh Islam untuk merusak Islam. Kaum kafir melakukan perusakan kaum muslimin melalui food atau makanan, fun atau hiburan dan fashion atau busana. Media yang digunakanpun lengkap, mulai dari televise, radio, koran hingga sosia media.
Lihatlah budaya kaum muda muslimin milenial yang telah terpapar virus liberalisme, maka mereka akan makan makanan Barat yang tidak jelas halal haramnya. Mereka juga akan mengenakan pakaian yang membuka aurat, bahkan mereka menikmati berbagai hiburan busuk yang penuh dosa dan maksiat.
Lihatlah berbagai film barat yang sering tayang di media televisi dan gedung film, maka isinya selalu kekerasan, pembunuhan, mabok-mabokan, seks bebas dan peperangan. Film adalah salah satu media efektif untuk mempengaruhi kaum muda milenial muslim. Dengan memasukkan unsure-unsur paham liberalisme, sebuah film menyasar para penonton agar terjangkiti liberalisme.
Para musuh Allah selalu membuat makar kepada Allah dan kaum muslimin dengan berbagai cara. Allah berfirman, “ Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya”. (QS Ali Imran : 54).
Pluralisme, sekulerisme dan liberalisme adalah paham yang telah tegas dinyatakan haram oleh MUI pada tahun 2005. Memang ketiga paham itu sepertinya indah jika diuraikan, namun itulah gaya orang kafir menipu umat Islam. Allah pun telah mengingatkan akan hal ini.
Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS Al An’am : 112).
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 7/Munas Vii/Mui/11/2005, Tentang Pluralisme, Liberalisme Dan Sekularisme Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dalam Musyawarah Nasional , MUI VII, Pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H / 26-29 Juli 2005 M, mendefinisikan sebagai berikut :
Pluralisme agama adalah suatu paham yang meng-ajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.
Liberalisme agama adalah memahami nash-nash agama (Al-Qur’an & Sunnah) dengan menggunakan akal pikiran yangg bebas; dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata.
Sekularisme agama adalah memisahkan urusan dunia dari agama; agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial.
Maka jika ada film yang di dalamnya ada propaganda liberalisme, pluralisme dan sekulerisme, maka haram menontonnya. Film berjudul The Santri misalnya, menurut KH Luthfi Bashori berwasiat untuk para santri agar tidak menonton film tersebut. Karena film itu, menurut beliau tidaklah mendidik.
Di dalam film tersebut ada acting pacaran, cenderung liberal, campur aduk laki perempuan dan ada acting membawa tumpeng ke gereja. Maka oleh KH Luthfi Bashori film ini dianggap melanggar syariat dan bukan merupakan tradisi pesantren aswaja. Sekedar untuk informasi bahwa film The Santri disutradarai oleh Livi Zheng yang non muslim.
Meski film ini mendapat dukungan dari Said Aqil, namun tokoh NU ini juga sering kontroversial pemikirannya. Secara kontens, menurut saya sebagai santri (alumni), film The Santri sama sekali tidak mencerminkan hakekat santri dan pesantren. Film ini justru cenderung membawa propaganda kuat agenda liberalisasi santri dan pesantren.
Idealnya justru kaum nahdhiyin menolak kehadiran film ini, bukan malah mendukungnya. Padahal film ini sebenarnya secara esensial justru telah merendahkan konsepsi santri dan pesantren. Jika film ini mendapat dukungan dari NU, maka akan melahirkan bahaya yang lebih besar, dimana santri melalui film ini diajarkan untuk menjadi pribadi liberal, pemuja pluralisme dan berfikir sekuleristik.
Penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dengan latar belakang historis adanya resolusi jihad KH Hasyim Asy’ari mestinya menjadi renungan akan sejarah peran santri melawan penjajah zaman dahulu dan bagaimana membangun ghirah perjuangan santri melawan neokolonialisme zaman sekarang. Jangan malah sebaliknya, dengan adanya hari santri, justru akan merusak para santri itu sendiri.
Adanya film tentang santri mestinya membawa misi yang lebih jauh, yakni usaha untuk mengungkap kebenaran sejarah. Misi ini sangat penting karena pelurusan sejarah akan berpengaruh besar dalam ikhtiar membangun kesadaran publik yang benar pada masa mendatang.
Ghirah santri adalah ghirah perjuangan Islam. Santri adalah cermin kepribadian Islam. Santri adalah pribadi yang beriman dan bertaqwa. Pesantren adalah Darul Muttaqien, rumah untuk mengkader generasi beriman dan bertaqwa. Santri adalah generasi muslim yang anti liberalisme, sekulerisme, pluralisme dan apalagi komunisme. Kaum muslimin harus waspada terhadap propaganda busuk kaum liberal dalam merusak generasi muslim melalui hiburan seperti film.
Jika ada santri liberal, maka dia adalah santri palsu. Jika ada pesantren liberal, maka pesantren itu palsu. Jika ada kyai liberal, maka dia adalah kyai palsu. Jika ada ormas Islam liberal, maka ormas itu palsu dan menyesatkan. Jika ada film yang justru membawa pesantren santri dan pesantren liberal, maka film itu sesat menyesatkan dan karenanya haram ditonton.
[AhmadSastra,KotaHujan,16/09/19 : 00.40 WIB]
__________________
Website :
www.ahmadsastra.com
Facebook :
http://facebook.com/sastraahmad