BERSEPAKAT UNTUK GILA BERSAMA ?
Rabu, Maret 11, 2020
0
Oleh : Ahmad Sastra
Telah dikabarkan oleh lisan Rasulullah bahwa orang gila yang sesungguhnya memiliki empat karakter utama. Pertama sombong. Kedua berbuat maksiat. Ketiga membuat orang lain merasa tidak aman. Keempat, manusia tak berharap kebaikan darinya.
Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan kemuliaan orang lain. Penolakan Iblis atas kebenaran perintah Allah untuk menghormati Nabi Adam dan ungkapan merendahkan asal usul penciptaan Adan yang dari tanah adalah bentuk kesombongan nyata.
Maka sombong sesungguhnya adalah menolak kebenaran hukum Allah. Sementara kemaksiatan sesungguhnya adalah melakukan pelanggaran hukum-hukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan.
Kehadiran orang sombong dan selalu bermaksiat tentu saja membuat orang di sekitarnya merasa tidak aman, sebab ia bisa melakukan apa saja tanpa merasa bersalah, karena jiwanya telah dikuasai oleh nafsu setan. Perilaku orang mabok sering disebut kesetanan.
Semisal orang maksiat mabok minuman keras, maka jiwanya tak terkendali, bisa saja dia membunuh dan melukai tetangganya. Orang mabok juga sering bikin gaduh dan onar yang mengganggu ketenangan suasana hidup bertetangga. Jika dinasihati, maka orang mabok itu akan menjawab dengan sombong dan menolak kebaikan. Maka akhirnya orang-orang di sekitarnya tak lagi mau banyak berharap kebaikan dari orang seperti itu.
Menolak kebenaran Islam dan melanggar hukum-hukum Islam juga merupakan perilaku orang-orang yang memusuhi para Nabi yang diutus, semisal fir’aun dan abu lahab. Keduanya hanya contoh manusia sombong dan maksiat yang selalu memusuhi para Nabi, bahkan mencelakai Nabi dan berusaha membunuhnya.
Padahal para Nabi memberikan nasihat dan dakwah Islam demi keselamatan mereka. Namun balasan para penguasa kafir itu justru berupa permusuhan, kezaliman dan kebiadaban. Begitulah watak sistem kufur dan para pemujanya.
”Sesungguhnya Telah datang Rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS. Al a’raf : 43).
Fir’aun dengan kesombongannya berusaha membunuh Nabi Musa. abu lahab dengan kecongkakannya berusaha membunuh Nabi Muhammad. Keduanya telah terjerat dan memuja sistem jahiliyah anti Islam. Sebab hanya sistem Islam yang dibawa seluruh nabi-nabi, karena seluruh Nabi adalah muslim.
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma´il, Ishaq, Ya´qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami semua adalah muslim [hanya tunduk patuh kepada-Nya]" [QS Al Baqarah : 136].
Kesombongan iblis dengan merendahkan Adam, kesombongan fir’aun dengan merendahkan Musa dan kesombongan abu lahab dengan merendahkan Rasulullah tidak akan pernah berhenti hingga kapanpun. Sebab sistem jahiliyah anti Islam masih banyak dipuja hingga kini. iblis, fir’aun dan abu lahab adalah contoh orang-orang gila yang sesungguhnya [majnuun haqqul majnuun].
Padahal yang berhak sombong hanyalah Allah pencipta manusia dan alam semesta. “ Kesombongan adalah selendangKu dan keagungan adalah sarungKu. Karena itu siapa saja yang merampas salah satunya dari Ku, pasti aku akan melemparkannya ke dalam neraka” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Bagaimana dengan zaman now, sistem jahiliyah itu kini muncul dengan nama baru yakni sekulerisme dan atheisme. Keduanya menjelma dalam sistem politik kapitalisme demokrasi dan komunisme sosialis. Liberalisme dan materialisme dijadikan sebagai berhala pujaan yang disembah oleh kedua ideologi ini.
Sekulerisme, demokrasi dan atheisme memiliki kesamaan dengan karakter iblis, fir’aun dan abu lahab. Ketiga ideologi ini dengan congkak dan sombong selalu menolak hukum Islam dan bahkan menistakan Islam dan kaum muslim. Manusia yang telah menjadi hamba dan penyembah ideologi ini-pun akan berperilaku gila, yakni sombong, gila maksiat dan selalu memusuhi/melecehkan Islam dan kaum muslim.
Dalam pandangan ideologi demokrasi sekuler, Islam dituduh sebagai ideologi radikal yang membahayakan. Penyembah ideologi demokrasi sekulerpun lantas beramai-ramai bersepakat menjadi orang gila dengan melakukan kemaksiatan dan pelecehen kepada Islam dan kaum muslimin.
Beberapa contoh pelecehan kepada Islam dan kaum muslimin misalnya munculnya gambar kartun Rasulullah, dibuangnya al Qur’an ke toilet, pelecehkan gerakan shalat, pembakaran dan penginjakan al Qur’an, pelecehan visualisasi Allah dan Rasulullah, kriminalisasi dan pembunuhan ulama, munculnya nabi palsu, serta munculnya berbagai aliran sesat yang mengatasnamakan Islam.
Kesombongan musuh-musuh Islam karena telah menjadi penyembah demokrasi sekuler memang berperilaku seperti orang gila saat melecehkan simbol-simbol Islam. Dari raut wajahnya nampak begitu stress dan depresi, kadang tertawa sendiri sambil menari, kadang nampak bengis saat mereka melecehkan al Qur’an. Perilaku mereka sama persis dengan perilaku orang gila yang sering berkeliaran di pinggir jalan.
Bahkan orang gila yang mengalami gangguan jiwa sekalipun tidak melecehkan Al Qur’an dengan cara menginjak dan membakarnya. Pantas jika Rasulullah memberikan predikat gila diatas gila kepada musuh-musuh Islam yang sombong dan melecehkan Islam. Bagi Rasulullah, orang yang mengalami gangguan jiwa adalah orang yang tertimpa musibah, tidak disebut sebagai orang gila.
Bersepakat untuk menetapkan kebenaran dengan suara terbanyak dan mengabaikan kebenaran dari Allah adalah bentuk kesombongan, kegilaan dan kesesatan yang sebenarnya. Secara genealogis, demokrasi menolak kebenaran Islam, tapi menetapkan kebenaran berdasarkan konsensus sosial.
”Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al A’raaf : 36).
”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?” (QS. Al Maidah : 50).
Kebalikan dari kegilaan adalah kewarasan. Orang gila adalah yang memusuhi Islam dan orang waras adalah orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Kecerdasan manusia ditandai oleh ketundukannya kepada hukum Allah, kebodohannya adalah sebaliknya.
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarang bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al Hasyr: 7).
Demokrasi sekuler ibarat kendaraan yang sopirnya pemabok, kondekturnya penipu, kernetnya pezina sementara pemilik kendaraannya pembunuh. Jika demikian, kira-kira penumpangnya seperti apa ?
Lihatlah kehidupan masyarakat di alam demokrasi saat ini. Lihatlah maraknya peredaran narkoba, ganja, miras dan zat memabokkan lainnya, dari sabu-sabu satu ons hingga tiga ton. Lihatlah korban-korban tewas akibat barang-barang memabokkan ini. Lihatlah pesta uang para bandar diatas jutaan korban tewas bisnis mereka.
Lihatlah maraknya penipuan dari kelas amatir hingga kelas kakap. Berapa banyak korban penipuan dari masalah bisnis hingga travel haji dan umroh. Lihatlah maraknya perjudian, baik langsung maupun melalui media sosial. Penipuan dan perjudian adalah setali mata uang.
Lihatlah maraknya perzinahan, pelacuran, prostitusi, seks bebas, pemerkosaan, perselingkuhan hingga homoseksual dan lesbian. Bukan hanya sampai disitu, bahkan oleh demokrasi perilaku maksiat mereka dilindungi.
Lihatlah berbagai tindakan pembunuhan yang memandang begitu murah nyawa manusia. Pembunuhan terjadi dimana-mana, dari jalanan saat tawuran pelajar, di kantor, di pabrik, di sawah hingga di tempat tidur rumah tangga.
Lihatlah, lihatlah, apakah kita buta dengan semua ini. Maka orang cerdas tidak akan pernah mau menjadi penumpang demokrasi. Tapi anehnya masih banyak yang rela menjadi penumpangnya dan bahkan pemujanya.
Dengan demikian, bersepakat untuk menyembah demokrasi sekuler adalah bersepakat untuk menjadi orang gila diatas orang gila. Bersepakat kok untuk menjadi gila bersama, aneh bukan ?. Bersama kita bisa, bersama kita gila, mungkin begitu kesepakatannya. Inilah zaman edan dan begitulah faktanya.
Masih mau ikut kendaraan demokrasi ?. Kalo begitu pesta demokrasi itu apa dong artinya ?. Semoga kita bukan penumpang demokrasi, apalagi penyembahnya. Meski kita berada di tengah-tengah sistem jahiliyah ini. Jadilah ikan laut yang tidak asih, meski hidup di tengah laut yang asin.
Jadilah seperti para Nabi yang tidak ikut kendaraan jahiliyah, meski mereka hidup di zaman jahiliyah. Justru para Nabi berjuang mengubah sistem jahiliyah menjadi sistem Islam. Semoga kita masih cerdas dan waras. Kita ? ya kita !
[AhmadSastra,KotaHujan,13/02/18 : 10.23 WIB].
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags