RAMADHAN YANG DIRINDUKAN - Ahmad Sastra.com

Breaking

Senin, 16 Maret 2020

RAMADHAN YANG DIRINDUKAN



Oleh : Ahmad Sastra

Meski dunia sedang dilanda kepanikan akibat virus Corona, namun umat Islam tak mungkin bisa menyembunyikan rasa rindu dengan segera datangnya bulan suci Ramadhan. Sungguh Ramadhan tahun 2020 ini amat sangat istimewa, sangat istimewa. Sungguh hati ini sudah tak sabar ingin segera membersamai Ramadhan.

Ramadhan Mubarak sesaat lagi akan kembali menyapa kaum muslimin di seluruh dunia. Dengan berbagai kemuliaan dan keistimewaan yang ada di dalamnya, wajar jika bulan suci ini merupakan salah satu bulan yang paling dirindukan kehadirannya oleh kaum muslimin.

Berbagai cara di berbagai negara dilakukan kaum muslimin untuk menyambut bulan mulia ini dengan penuh antusias dan kebahagiaan. Sebab rasa gembira menyambut datangnya bulan Ramadhan adalah bagian dari refleksi keimanan seorang muslim.

Setiap perintah ibadah dalam Islam selalu memiliki dimensi vertikal dan horizontal, individual dan sosial. Meski puasa adalah perintah ibadah yang harus dilakukan oleh setiap individu kaum muslimin, namun tetap memberikan pesan-pesan spiritual sosial. Secara individual, pelaksanaan puasa Ramadhan memiliki dampak meningkatnya kualitas ketaqwaan.

Sebagaimana disepakati oleh jumhur ulama bahwa hakekat ketaqwaan adalah derajat mulia bagi seorang muslim karena mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dan mampu menjauhi seluruh larangan Allah. Bahkan dalam Qur’an surga juga disebut dengan istilah darul muttaqien, dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah Sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa (QS An Nahl : 30).

Sebelum dan setelah kedatangan bulan suci Ramadhan, bukan berarti tanpa hambatan, rintangan dan ujian. Karena itu kaum muslimin perlu mempersiapkan bekal ruhiyah (keimanan), Tsaqafiyah (keilmuan), jasadiyah (jasmani) dan maaliyah (harta). Orang beruntung adalah orang yang semakin meningkat ketaqwaannya kepada Allah, baik sebelum, selama dan setelah bulan Ramadhan.

Dalam konteks kebangsaan, Ramadhan adalah jalan muhasabah menuju ketaqwaan kolektif. Ketaqwaan kolektif akan mendatangkan keberkahan bagi bangsa ini. Apalagi mengingat bangsa ini sedang dirundung permasalahan besar, maka kembali kepada Allah adalah jalan terbaik.

Untuk memotivasi kaum muslimin sekaligus menyempurnakan kerinduan akan kehadiran bulan suci Ramadhan, maka ada kabar genbira dari Allah berupa pelipatgandaan kebaikan setiap amalan di bulan suci Ramadhan. Sebagai contoh saat kaum muslimin membaca al Qur’an di bulan suci Ramadhan. Jika kaum muslimin membaca satu juz Al Qur’an kira-kira berjumlah 7000 huruf, kalikan satu huruf dengan 10 kebaikan dikalikan pahala 70 kewajiban maka akan menghasilkan 4.900.000 kebaikan.

Jika satu kali saja Al Qur’an dikhatamkan selama bulan Ramadhan, maka akan didapat 147 juta kebaikan. Jika tiga kali akan didapatkan 441 juta kebaikan. Sungguh Allah melipatgandakan pahala setiap amal sholeh di bulan Ramadhan. Karena itu penting menjadikan Ramadhan sebagai ladang amal, bukan bulan untuk bermalas-malas.

Ramadhan bukanlah momen untuk bermalas-malasan apalagi berbuat maksiat. Banyak peristiwa besar dalam sejarah yang justru terjadi pada bulan Ramadhan. Kemenangan Perang Badar dibawah kepemimpinan Rasulullah terjadi di bulan Ramadhan. Pembebasan Ka’bah Al Musyarafah (Fathu Makkah) oleh 10 ribu kaum muslimin terjadi pada terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 Hijriyah.

Penaklukan kaum Tartar, Khalifah Al Mu’tasyim memenangkan perang Khiththin untuk membela seorang muslimah yang dilecehkan tentara Romawi. Penaklukan Syam oleh Shalahuddin Al Ayyubi dan kemenangan panglima Nuruddin Zanki dari kaum salibis. Bahkan Indonesia meraih pertolongan Allah bebas dari penjajah juga di bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan adalah juga merupakan bulan lahirnya tokoh-tokoh besar seperti Nabi Yahya, Al Hasan bin Ali, al Huli Al Hasan bin Yusuf bin Al Muthahhar, Mirza Baqir Az Zanjani. Bulan Ramadhan juga awal berdirinya Universitas Al Azhar Kairo oleh Jauhar Asy Syakali dimasa Khilafah Fatimiyah.

Meski kebahagiaan dan kerinduan harus terus menghiasi hati kaum muslimin menghadapi datangnya tamu agung Ramadhan, namun kesedihan atas kondisi kaum muslimin di seluruh dunia tentu juga tidak mungkin disembunyikan. Di tengah kegembiraan kaum muslimin menyambut bulan Ramadhan di negeri ini, disaat yang sama saudara muslim lain di negara lain justru dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Mereka terjebak dalam situsi perang, kelaparan, kezaliman dan bahkan pengusiran. Padahal umat ini adalah umat terbaik yang dilahirkan di dunia.

Sementara di negeri pertiwi ini, kaum muslimin juga tidak sepi dari berbagai cobaan dan ujian hidup. Kehidupan sempit tengah melanda negeri ini. Di negeri ini begitu mahal yang namanya keamanan, kesejahteraan, keadilan apalagi kebahagiaan. Kesulitan ekonomi dengan banyaknya pengangguran dan PHK tengah dirasakan oleh kaum muslimin. Ironisnya yang justru merasakan kesejahteraan materi adalah orang-orang asing yang diberikan ruang untuk menguasai sumber daya alam milik rakyat.

Negeri ini juga tengah menghadapi berbagai kerusakan kehidupan akibat runtuhnya sendi-sendi moral bangsa. Maraknya miras, pornografi, pornoaksi telah menjerumuskan bangsa ini kepada kubangan perilaku amoral. Akibatnya marak tindak kriminal, pembunuhan, pemerkosaan, seks bebas, LGBT, perzinahan, pelacuran hingga tawuran. Entah sudah berapa nyawa melayang akibat kriminalitas yang disulut oleh tenggakan miras ini. Padahal Allah sang Pemilik kehidupan ini telah dengan tegas mengharamkan biang dosa ini.

Baik di Indonesia maupun di belahan bumi lainnya, dapat disaksikan bagaimana kaum muslimin tengah menghadapi ujian berat dalam berbagai bentuknya. Kekompakan kaum muslimin di seluruh dunia dalam melaksanakan perintah puasa Ramadhan adalah refleksi ketundukan kepada Allah. Karena itu, hendaknya moment Ramadhan tahun ini semestinya dijadikan sebagai bentuk muhasabah keumatan dan kebangsaan atas apa yang menimpa kaum muslimin.

Muhasabah kebangsaan adalah refleksi ketaqwaan kolektif kaum muslimin di seluruh dunia untuk kembali bersatu membangun kepemimpinan dan peradaban Islam dengan ikatan al Qur’an dan al Hadist. Umat Islam adalah bangsa yang satu dengan ikatan persaudaraan berdasarkan aqidah.

Bukankah umat Islam diseluruh dunia memiliki Tuhan yang Satu, Kitab yang satu, dan Nabi yang satu. Sebab ketaqwaan adalah kembalinya manusia dalam ketundukan kepada Allah semata. Kepemimpinan peradaban Islam inilah yang akan mampu memerdekakan kaum muslimin dari berbagai bentuk perpecahan, kezaliman dan segala bentuk keterjajahan.

Semoga Ramadhan kali ini, meski masih banyak dihiasi dengan berbagai musibah, namun tetap mampu memberikan inspirasi agung bagi persatuan, kebangkitan dan kemerdekaan seluruh kaum muslimin hingga kembali menjadi umat terbaik dengan segala kemuliaannya.

(AhmadSastra,KotaHujan,16/03/20 : 21.30 WIB)

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories