RAMADHAN DAN BUDAYA ILMU



Oleh : Ahmad Sastra

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS Al ‘Alaq : 1-5)

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS Al Mujadilah : 11)

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS Az Zumar ; 9)

Ramadhan stay at home adalah kesempatan terbaik bagi kaum muslimin untuk mendalami ilmu, memahami dan menyebarkannya. Budaya ilmu masih tergolong rendah di kalangan kaum muslimin, padahal Islam adalah agama yang sangat menekankan kepada budaya ilmu ini.

Agama Islam tidak hanya bersifat ritual, namun ilmu dan peradaban. Islam adalah pandangan hidup di semua aspeknya dengan dasar akal dan wahyu. Islam mungkin satu-satunya agama yang mendorong umatnya untuk menjadi ilmuwan sekaligus penjaga kehidupan dan peradaban manusia. Sifat rahmatan lil’alamin agama Islam menjadikan ilmu dan wahyu sebagai pilar peradaban mulia sepanjang sejarah.

Berbeda dengan pandangan Barat tentang manusia, kehidupan dan alam semesta yang berdasarkan sains dan akal semata. Barat mendasarkan pandangan alamnya dengan sekulerisme, dimana agama dipisahkan dari kehidupan. Sementara Islam mendasarkan pandangan alamnya berdasarkan wahyu Al Qur’an. Landasan akal dan wahyu inilah yang kelak melahirkan para ilmuwan muslim penegak peradaban Islam yang berlangsung selama berabad-abad.

Islam secara terminologis didefinisikan oleh Mahmud Syaltut sebagai agama Allah yang ajarannya (ta’alim) dalam bidang ushul dan syari’ahnya diwasiatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kepada beliau tanggungjawab untuk menyampaikan dan menyerukan kepada semua umat manusia diberikan. (Mahmud Syaltut, al Islam ‘Aqidatan wa Syari’atan, Darul Qalam, cet. III 1966. H. 9). Menurut ‘Atif al Zayn Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW untuk mengatur interaksi manusia dengan Tuhannya, sesamanya juga dengan dirinya. (‘Atif al Zayn, al Islam, h. 66).

Islam sebagai agama wahyu memandang ilmu berbeda dengan pandangan Barat. Karena hari ini terjadi hegemoni sekulerisme atas kaum muslim, maka muncullah gerakan islamisasi sains. Sains yang berdasarkan ajaran Islam biasanya disebut dengan istilah tsaqafah. Ilmu sendiri bermakna umum, sementara tsaqafah lebih khusus. Beranjak dari istilah tersebut maka makna keduanya adalah sebagai berikut. Ilmu adalah pengetahuan yang diambil melalui cara penelaahan, eksperimen dan kesimpulan. Misalnya ilmu fisika, ilmu kimia dan berbagai ilmu eksperimental lainnya.

Menurut Raghib As Sirjani dalam Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia menulis bahwa dalam sejarah peradaban Islam, pemerintahan Islam (khilafah) sangat memperhatikan budaya ilmu dan ilmuwan. Daulah Islam sangat memperhatikan perkembangan tradisi ilmu sebagai bentuk komitmen untuk membangun jalan kebebasan ilmuwan menuju kebangkitan peradaban Islam.

Perbedaan antara tsaqafah dan ilmu adalah, bahwa ilmu bersifat universal untuk seluruh umat, tidak dikhususkan kepada satu umat saja lalu umat lain tidak berhak; sedangkan tsaqafah sifatnya khusus dan dinisbahkan kepada umat yang memunculkannya, yang memiliki ciri khas dan berbeda dengan yang lain. Misalnya, sastra, sejarah para pahlawan, dan filsafat tentang kehidupan.

Kadangkala tsaqafah bersifat umum, seperti perdagangan, pelayaran, dan yang semisalnya. Oleh karena itu ilmu diambil secara universal. Artinya diambil dari umat mana saja, karena ilmu bersifat universal tidak dikhususkan untuk satu umat saja. Sedangkan tsaqafah, maka umat harus mulai (mempelajari) tsaqafahnya sendiri dan jika telah dipelajari, difahami dan telah mengakar dalam benaknya, barulah dia (boleh) mempelajari tsaqafah-tsaqafah lainnya.

Kaum Muslim membedakan antara ilmu-ilmu yang diperoleh seseorang melalui dirinya sendiri dengan ilmu-ilmu yang diperoleh dari orang lain secara talaqqiy. Ibnu Khaldun dalam kitabnya al-Muqaddimah mengatakan, bahwa ‘ilmu itu ada dua macam. Pertama, ilmu thabi’i (natural) dimana manusia mendapatkannya melalui pemikirannya. Kedua, ilmu naqli (pemberitaan) yang diperolehnya dari yang membuatnya.

Yang pertama adalah ilmu-ilmu yang bersifat hikmah dan filsafat, dimana seseorang bisa mengetahuinya melalui tabiat pemikirannya, dan memperoleh topik-topiknya, masalah-masalahnya dan seluruh bukti-buktinya, disamping aspek pe-ngajarannya melalui kemampuan otak manusianya, sehingga ia mengetahui pandangan dan pembahasannya terhadap yang benar dan salah dari sisi ia sebagai manusia yang memiliki akal pikiran.

Kedua adalah ilmu-ilmu an-naqliyah al-wadh’iyah. Ilmu ini seluruhnya bersandarkan kepada khabar (berita) dari al-waadhi’ asy-syar’i (Allah) dan akal tidak turut campur didalamnya kecuali mengkaitkan perkara-perkara yang bersifat furu’ (cabang) dari masalah-masalah ushulnya’.

Ibnu Khaldun berkata pula bahwa ‘ilmu-ilmu al-‘aqliyah wa at-tabii’iyah (yang bersifat rasional atau natural) dimiliki oleh (seluruh) umat, karena manusia memperoleh ilmu-ilmu tersebut melalui tabi’at pemikirannya. Sedangkan ilmu-ilmu an-naqliyah (pemberitaan) dikhususkan kepada agama Islam dan pemeluknya’.

Tampaknya yang dimaksud Ibnu Khaldun bahwa ilmu-ilmu naqliyah khusus pada agama Islam hanyalah sebagai contoh saja. Sebab, selain umat Islam juga memiliki ilmu-ilmu naqliyah yang bersifat khusus untuk mereka. Misalnya syari’at (hukum-hukum)nya atau bahasanya. Pernyataan Ibnu Khaldun tidak menunjukkan bahwa dia membedakan antara ilmu dan tsaqafah, akan tetapi menunjukkan adanya perbedaan antara ilmu-ilmu naqliyah dan ilmu-ilmu ‘aqliyah. Jadi, pernyataan beliau tidak dianggap sebagai dalil bahwa kaum Muslim pernah membedakan antara ilmu dan tsaqafah.

Tsaqafah Islam adalah pengetahuan-pengetahuan yang menjadikan akidah Islam sebagai sebab dalam pembahasannya. Pengetahuan tersebut bisa mengandung akidah Islam dan membahas tentang akidah, seperti ilmu tauhid. Bisa juga pengetahuan yang bertumpu kepada akidah Islam, seperti fiqih, tafsir dan hadits. Juga pengetahuan yang terkait dengan pemahaman yang terpancar dari akidah Islam barupa hukum-hukum, seperti pengetahuan-pengetahuan yang mengharuskan ijtihad dalam Islam, seperti ilmu-ilmu bahasa Arab, musthalah hadits dan ilmu ushul. Semuanya termasuk tsaqafah Islam, karena akidah Islam menjadi sebab dalam pembahasannya.

Tsaqafah Islam seluruhnya kembali kepada al-Quran dan Sunnah. Dari keduanya, dengan memahami keduanya, dan yang mengharuskan keduanya, muncul seluruh cabang tsaqafah Islam. Keduanya termasuk juga dalam tsaqafah Islam, karena akidah Islam mengharuskan meng-ambil keduanya, dan terkait dengan apa yang dibawa oleh keduanya.

Al-Quran telah turun kepada Rasulullah saw agar beliau menjelaskannya kepada manusia. Allah Swt berfirman: Dan Kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan kepada umat manusia. (TQS. an-Nahl [16]: 44). Al-Quran menyuruh kaum Muslim agar mereka mengambil apa yang telah dibawa oleh Rasul. Allah Swt berfirman : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (TQS. al-Hasyr [59]: 7).

Nah, di bulan Ramadhan kali ini, dimana sebagian besar umat Islam stay at home akibat merebaknya wabah coronavirus, alangkah baiknya dijadikan sebagai kesempatan untuk menghidupkan budaya ilmu ini. Selama di rumah bisa memperbanyak membaca Al Qur’an dan tafsirnya. Bisa juga memperdalam hadist dan menghafalkannya. Membaca sirah Nabi juga sangat bagus sebagai bekal ta’lim dan dakwah di masa pandemi.

Maraknya kajian-kajian keislaman via on line semisal aplikasi zoom adalah hal yang sangat positif, meskipun tidak bisa bertatap muka. Namun, yang terpenting adalah ada upaya transformasi ilmu dan nilai kepada umat Islam. Kelebihan aplikasi zoom adalah bisa mengajak 100 orang dan bisa langsung berdialog on line.

Berdasarkan pengamatan penulis, webinar atau kajian ilmu via zoom mengalami perkembangan pesat dari hari ke hari selama masa pandemi yang bersamaan juga dengan hadirnya bulan suci Ramadhan. Hal ini menunjukkan bahwa, meski dalam masa pendemi, kaum muslimin tetap bersikap positif, produktif dan kontributif.

Berbagai kajian tsaqafah Islam seperti Hadist, Tafsir, Sirah Nabi, wawasan keislaman, parenting, pendidikan Islam, ekonomi hingga kajian-kajian politik tersebar luas di berbagai komunitas umat Islam di Indonesia. Gairah tradisi ilmu ini mestinya tidak hanya berhenti sampai bulan Ramadhann atau masa pendemi saja, namun terus dilanjutkan seterusnya.

Imam Abu Hanifah pernah mengatakan bahwa,’ Barang siapa mempelajari ilmu demi harta duniawi, maka ia tidak akan memperoleh keberkahan dari ilmu dan justru membuat hatinya menjadi bodoh. Dan barang siapa mempelajari ilmu karena Allah, maka amal perbuatannya akan diberkahi dan hatinya dicerdaskan serta orang-orang yang dapat mengambil ilmu darinya akan memperoleh berkah juga’.

Ada empat kriteria orang yang tidak pantas diambil ilmunya dari mereka. Pertama adalah orang bodoh. Kedua orang yang sering memperturutkan hawa nafsu, sering berbuat maksiat. Ketiga, orang yang sering berdusta dan menyeru kepada kesesatan. Keempat orang yang tidak memahami isi kandungan dari apa yang diucapkan, meski dia seorang ahli ibadah.

Imam Syafi’i pernah berkata,’ sewaktu saya keluar dari kota Baghdad, tidak ada orang yang saya kenal di sana yang lebih mengetahui fiqh, lebih zuhud, lebih wara’, dan lebih pintar daripada Ahmad bin Hanbal’. Saat ditanya tentang kesungguhan mencari ilmu, ‘Wahai Imam, hingga kapankah Anda akan terus mencari ilmu, padahal Anda telah sampai kepada kedudukan yang terhormat ini dan telah menjadi imam bagi kaum muslimin ?. Imam Ahmad bin Hanbal menjawab,’ dengan tinta akan kubawa hingga kuburan’.

Nah, tunggu apa lagi, mari kita jadikan Ramadhan stay at home ini untuk menghidupkan budaya ilmu, semoga menambah keberkahan bulan suci ini.

(AhmadSastra,KotaHujan,03/05/20 : 14.20 WIB)

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Categories