PANDEMI DAN MOMENTUM HIJRAH



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Setiap kali datang tahun baru Muharam, maka peristiwa hijrah Rasulullah dari Kota Mekkah ke Madinah dijadikan sebagai spirit perubahan. Peristiwa hijrah memang sangat inspiratif bagi upaya transformasi dari suatu kondisi ke kondisi lain, baik individual maupun sosial. Momentum hijrah ini hendaknya juga menjadi renungan bangsa Indonesia di tengah deraan pandemi covid 19.

 

Pandemi covid 19 tak kunjung reda di negeri ini, juga di negara lain. Wabah yang sejak Maret 2019 ini makin banyak menelan korban dari waktu ke waktu. Di Indonesia sendiri angka kematian akibat virus corona telah mencapai diatas 100.000 jiwa dan lebih dari 11.000 anak-anak menjadi yatim piatu karena harus kehilangan ayah ibunya. Pandemi adalah sebuah musibah yang setidaknya menghajatkan tiga dimensi hijrah dalam menyikapinya.

 

Sebagai bangsa yang berkarakter religius, maka pertama-tama bangsa ini harus melakukan hijrah spiritual dalam menyikapi musibah dan wabah ini. Wabah adalah suatu kondisi yang tidak dalam kekuasaan manusia, namun semata atas kehendak Allah. Kesadaran spiritual ini menjadi penting karena akan melahirkan kesadaran bahwa betapa lemahnya manusia.

 

Sementara pada faktanya, masih ada masyarakat Indonesia yang melihat wabah ini sebagai bentuk konspirasi elit global. Cara pandang konspiratif ini tentu saja akan menghasilkan sikap kontraproduktif dalam rangka menghentikan laju wabah ini. lebih ironis lagi, jika cara pandang konspiratif ini diikuti oleh ketidakpercayaan adanya virus corona, maka akan semakin menimbulkan kompleksitas dan tentu saja tidak akan pernah ada ujungnya.

 

Keharusan hijrah dari perspektif konspirasi ke kesadaran spiritual diperkuat oleh firman Allah : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS Ar Ruum : 41).

 

Hadirnya musibah harus menjadi renungan mendalam bangsa ini, gerangan apa kesalahan yang telah diperbuat, sehingga Allah menguji dengan musibah. Kesadaran spiritual ini akan melahirkan hijrah spiritual yakni bertaubat dari segala perilaku yang menyalahi aturan Allah. Taubat menuju keimanan dan ketaqwaan bangsa ini akan mendatangkan keberkahan dari Allah.

 

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raaf : 96).

 

Selain hijrah spiritual, pandemi juga mestinya menjadi momentum bangsa ini untuk melakukan hijrah santifik yang melahirkan cara pandang sains dan meninggalkan cara pandang  pseudosains. Hijrah saintifik harus dimulai dari pemahaman sains atas virus dari otoritas, misalnya ahli virus atau tenaga medis. Sementara pseudosains adalah ilmu semu yang seolah ilmiah, namun sebenarna tidak memenuhi standar kesepakatan ilmiah.

 

Terkait dengan otoritas ilmu, Islam sendiri memberikan diskripsi bahwa orang yang memiliki pemahalam berbeda dengan orang yang tidak memiliki pemahaman. Suatu perkara jika diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan menimbulkan masalah baru. Islam juga menegaskan agar umat ini bertanya kepada ahlinya, jika tidak mengetahui sutau perkara. Sains otoritatif akan melahirkan solusi, sementara pseudosains akan melahirkan kompleksitas.

 

Otoritas sains ini harus menjadi komitmen pemerintah dan masyarakat sebagai langkah untuk menyikapi wabah dengan benar. Pemerintah juga harus kritis atas beredarnya pseudosains yang menyesatkan masyarakat. Pendapat saintis bidang virologi dan biologi molekuler semestinya menjadi pijakan sains atas menyebarnya wabah ini.

 

Dalam perspektif virologi, virus disebut virion ketika berbentuk partikel independen karena tidak sedang berada di dalam sel atau tidak dalam proses menginfeksi sel. Virion terdiri atas materi genetik berupa asam nukleat seperti DNA dan atau RNA yang diselubungi lapisan protein yang disebut kapsid.

 

Karakter dasar virus adalah hanya bisa berkembangbiak di saat berada dalam sel makhluk hidup tertentu seperti manusia, hewan dan bahkan tumbuhan. Dalam bahasa teologis, virus ditakdirkan memiliki sifat-sifat tidak seperti makhluk hidup lainnya. meski demikian, disaat menginfeksi, maka virus bisa menyebabkan penyakit dan kematian.

 

Karena itu karakter khas virus terasosiasi dengan penyakit tertentu pada makhluk hidup. Banyak virus yang menginfeksi manusia seperti virus HIV dan influenza. , virus yang menginfeksi hewan misalnya virus flu burung dan virus tumbuhan semisal virus mosaik tembakau.

 

Sementara coronavirus yang kini menjadi pendemi global di akhir 2019 yang berawal dari Kota Wuhan Tiongkok disinyalir sebagai virus jenis baru, meski SARS dan MERS juga disebabkan oleh coronavirus. Corona Wuhan oleh WHO sebagaimana dikutif dari Popular Mechanics disebut sebagai 2019-nCov.

 

Wabah sebagai momentum hijrah yang ketika adalah terkait kebijakan politik yang benar. Hijrah politik dari pandemi corona dimaksudkan pentingnya kebijakan yang tegas dan tepat atas pandemi ini. Kebijakan politik atas musibah mestinya benar-benar diarahkan kepada keselamatan nyawa rakyat dengan mengenyampingkan kepentingan lainnya, seperti ekonomi. Sebab dengan tetap sehatnya rakyat, maka otomatis pemulihan ekonomi akan lebih mudah dan cepat.

 

Sebaliknya, jika salah kebijakan politik atas pandemi dengan mengutamakan kepentingan ekonomi, maka yang akan terjadi adalah kontraproduktif. Sebab jika rakyat makin banyak yang terpapar dan bahkan meninggal, maka biaya ekonominya justru akan lebih besar jika dibandingkan dengan subsidi yang diberikan pemerintah dengan kebijakan lock down.

 

Adalah tidak bijak jika kebijakan politik atas pandemi ini dimanfaatkan oleh kepentingan kaum kapitalis semata, tanpa mengindahkan keselamatan nyawa rakyat. Adalah tidak bijak jika situasi pandemi ini justru dimanfaatkan untuk kepentingan politik jahat, semisal untuk menjatuhkan lawan politik dan mengangkat kroni politiknya.

 

Negeri ini mestinya dewasa dan mengutamakan kepentingan kesejahteraan rakyatnya. Intrik-intrik politik tidak adil dengan memanfaatkan situasi pandemi ini adalah sebuah kejahatan kemanusiaan yang akan merugikan negeri ini di masa depan. Sebab, jika politik dibalut oleh dendam, maka kebijakannya akan jauh dari keadilan.

 

Penting dipahami bahwa faktanya rakyat begitu sengsara dengan adanya pandemi corona ini, jangan malah ditambah beban lagi oleh kebijakan politik yang tidak pro rakyat. Pemerintah harus segera menghentikan kebijakan politik yang justru berpotensi ketidakadilan dan kezoliman di tengah wabah yang sedang menimpa negeri ini.

 

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al Maidah :

8).

 

(AhmadSastra,KotaHujan,13/08/21 : 21.30 WIB)  

 

 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Categories