Oleh : Ahmad
Sastra
Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah : 183). Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran :
110).
Alhamdulillah kembali
berjumpa dengan muhasabah diri hari ketiga dari Bulan Istimewa tahun 1445 H.
Semoga ibadah puasa kita tahun ini benar-benar menjadi kebaikan untuk kita. Semoga
selama menjalankan puasa, kita benar-benar menghayati tiap detik dari
waktu-waktu Ramadhan ini. Semoga The Power Of Ramadhan kali ini menjadi sumber
kekuatan untuk mampu bermuhasabah diri.
Muhasabah diri
artinya menghitung diri. Dalam muhasabah diri, yang terpenting adalah
kesungguhan dan kejujuran dalam menghadapi kenyataan. Selain itu, selalu
berusaha untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Muhasabah
diri dapat membawa manfaat dan
membimbing langkah-langkah menuju perbaikan yang lebih baik dalam hidup kita
sebagai seorang muslim. Allah berfirman : "Dan janganlah harta dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka
mereka itulah orang-orang yang merugi." (Q.S. Al-Munafiqun [63] : 9).
Dalam
konteks psikoanalisis, refleksi diri atau dalam bahasa Islam muhasabah diri merujuk
pada proses introspeksi atau pemikiran yang mendalam tentang diri sendiri. Ini
adalah konsep yang penting dalam psikoanalisis, terutama dalam konteks terapi
psikoanalitik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan dikembangkan lebih
lanjut oleh para psikoanalis setelahnya.
Refleksi
diri dalam psikoanalisis mendorong individu untuk menggali secara mendalam
pikiran, perasaan, dan pengalaman mereka sendiri. Ini melibatkan pengenalan dan
pemahaman terhadap motif, keinginan tersembunyi, dan konflik psikologis yang
mungkin mempengaruhi perilaku dan emosi seseorang.
Psikoanalisis
menekankan pentingnya menelusuri akar masalah psikologis yang mendasari
perilaku dan gejala seseorang. Melalui refleksi diri yang dalam, individu dapat
mulai mengidentifikasi pola-pola perilaku yang mungkin berasal dari pengalaman
masa lalu atau konflik yang belum terpecahkan.
Refleksi
diri membantu individu memahami hubungan kompleks antara pikiran, perasaan, dan
perilaku mereka. Ini dapat membantu dalam mengidentifikasi pemikiran atau pola
perilaku yang mungkin tidak sehat atau merugikan, serta memahami bagaimana pola
tersebut berkembang.
Melalui
refleksi diri yang terus-menerus, individu dapat memperoleh wawasan yang lebih
dalam tentang diri mereka sendiri dan bagaimana mereka berinteraksi dengan
lingkungan mereka. Ini dapat membantu dalam pertumbuhan pribadi dan
pengembangan diri yang lebih baik.
Refleksi
diri dalam psikoanalisis adalah proses yang berkelanjutan. Individu didorong
untuk terus-menerus mengeksplorasi dan merenungkan diri mereka sendiri secara
mendalam, karena pemahaman tentang diri sendiri dapat terus berkembang seiring
berjalannya waktu dan pengalaman hidup.
Banyak sekali
pertanyaan yang mesti kita jawab sebagai seorang muslim dalam rangka muhasabah
diri. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penting disaat kita muhasabah diri
di bulan Ramadhan ini. Bagaimana tingkat ketaatan kita pada ajaran Islam? Seberapa konsisten dalam
menjalankan ibadah wajib dan sunnah ?. Apakah telah melaksanakan kewajiban
seperti shalat, puasa, zakat, dan haji (jika mampu)?
Sejauh mana kita
menerapkan nilai-nilai akhlak Islam dalam kehidupan sehari-hari?. Bagaimana
sikap kita terhadap sesama, termasuk keluarga, tetangga, dan masyarakat?
Apakah telah
meningkatkan pengetahuan kita tentang Islam? Mungkin dengan mendalami Al-Quran,
hadis, atau studi agama lainnya. Sejauh mana kita berusaha memahami ajaran
Islam dengan mendalam?
Bagaimana
hubunganmu dengan keluarga? Sejauh mana kamu memenuhi hak-hak mereka?. Apakah
sudah berusaha menjalin dan memperkuat hubungan keluarga dengan keharmonisan
dan kerjasama?. Bagaimana perkembangan karier kita dan apakah kita telah
berusaha menjalani pekerjaan dengan etika Islam?. Sejauh mana kita terlibat
dalam pengembangan diri dan kontribusi positif pada masyarakat?
Seberapa besar
peran kita dalam amal sosial dan kegiatan kemanusiaan serta dakwah Islam ?.
Apakah sudah terlibat dalam kegiatan bersedekah dan memberikan kontribusi
positif pada masyarakat?. Sejauh mana kita merasa bersyukur atas nikmat yang
diberikan Allah dan menerima qodho dan takdir-Nya dengan ikhlas?. Bagaimana
hubungan kita dengan ujian dan cobaan yang mungkin telah dihadapi?
Bagaimana rencana
masa depan kita, baik dari segi kehidupan spiritual, keluarga, karier, dan
pengembangan diri?. Apakah sudah ada langkah-langkah konkret yang diambil untuk
mencapai tujuan tersebut ?. Apakah kita telah melakukan taubat dan berusaha
memperbaiki diri dari kesalahan di masa lalu?. Sejauh mana kita bersedia untuk
terus meningkatkan diri secara spiritual dan moral?
Bagaimana
perkembangan spiritual kita selama beberapa tahun terakhir ?. Apakah telah ada
usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas ibadah ?. Apakah
telah ada rencana konkret untuk mengembangkan aspek spiritual dalam hidup
kita?. Bagaimana langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai pertumbuhan
spiritual yang lebih baik ?
Sejauh mana kita
memahami arti kematian dan persiapan untuk akhirat ?. Apakah kita memperbaiki
amal perbuatan dan ketaatanmu dengan kesadaran bahwa hidup ini adalah ujian
menuju kehidupan akhirat ?.
Muhasabah juga
bisa dilalukan oleh bangsa ini, dimana negeri ini mayoritas dihuni oleh umat Islam.
Para pemimpin dan seluruh rakyat ada baiknya muhasabah kebangsaan selama bulan
suci Ramadhan ini. Sebenarnya negeri ini sedang berjalan kemanakah ?. apakah
negeri ini telah berjalan di atas hukum dan aturan Allah ?. Mengapa kehidupan
masyarakat negeri ini semakin susah ?.
Baiknya para
pemimpin negeri ini merenungkan firman Allah berikut : Dan barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku
dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?".
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka
kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (QS
Thahaa : 124-126)
Muhasabah juga
bisa kita lakukan atas kondisi umat Islam di seluruh penjuru dunia, apakah
benar-benar telah menjadi umat terbaik ataukah sebaliknya, menjadi umat yang
teraniaya, terjajah, terzolimi, miskin, terpuruk, mundur dan selalu menjadi
obyek kebijakan tidak adil dari para penguasa dunia ?.
Di tengah
kegembiraan kaum muslimin menyambut bulan Ramadhan di negeri ini, di saat yang
sama saudara muslim lain di negara lain justru dalam kondisi yang sangat
menyedihkan. Mereka terjebak dalam situsi perang, kelaparan, kezaliman dan
bahkan pengusiran. Padahal umat ini adalah umat terbaik yang dilahirkan di
dunia. Hingga tulisan ini dibuat, genocida atas kaum muslimin Palestina oleh
zionis israel laknatullah belum juga berhenti. Lebih dari 30.000 umat Islam menjadi
korban kebiadaban zionis yahudi. Lantas apa yang bisa dilakukan oleh umat Islam
yang berjumlah hamper dua milyar ini, apakah bisa menghentikan kezaliman ini ?.
Jika tidak bisa, mengapa umat muslim selemah ini ?.
Berbagai tragedi
dan kezaliman kini tengah dihadapi oleh kaum muslimin di berbagai negara dari
Palestina, Suriah, Irak, Myanmar hingga negara-negara Eropa. Tragedi Palestina
berupa pembunuhan dan penjajahan atas kaum muslimin tentu bukan semata-mata
masalah kemanusiaan, tetapi masalah akidah seorang muslim. Dalam pandangan
Islam, Tanah Palestina (Syam) adalah tanah milik kaum Muslim.
Kaum muslimin di
seluruh dunia adalah bersaudara, satu kesatuan bagai satu tubuh. Jika sakit
salah satu anggota tubuh, maka anggota tubuh yang lain ikut merasakana
sakitnya. Di tanah ini berdiri al-Quds,
yang merupakan lambang kebesaran umat ini, dan ia menempati posisi yang sangat
mulia. Umat Islam jangan melupakan sejarah, jangan melupakan sejarah.
Dan Kami
seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya
untuk sekalian manusia dan Kami telah memberikan kepada-Nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah
(daripada Kami). dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh (QS Al Anbiya : 71-72)
Yang dimaksud
dengan negeri di sini ialah negeri Syam
termasuk di dalamnya Palestina. Allah
memberkahi negeri itu karena kebanyakan Nabi dilahirkan di negeri ini
dan tanahnyapun subur. Ibnu Abbas menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Para nabi tinggal di Syam dan tidak ada sejengkal pun kota Baitul Maqdis
kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR
at-Tirmidzi).
Khalifah terakhir
turki ustmani sultan Abdul Hamid II, mengatakan Sesungguhnya aku tidak akan
melepaskan bumi Palestina meskipun hanya sejengkal…Tanah Palestina bukanlah
milikku, tetapi milik kaum Muslim…Rakyatku telah berjihad untuk menyelamatkan
bumi ini dan mengalirkan darah demi tanah ini…Hendaknya kaum Yahudi menyimpan
saja jutaan uangnya…Jika suatu hari nanti Khilafah terkoyak-koyak, maka saat
itulah mereka akan sanggup merampas Palestina tanpa harus mengeluarkan uang
sedikit pun. Selagi aku masih hidup, maka goresan pisau di tubuhku terasa lebih
ringan bagi diriku daripada aku harus menyaksikan Palestina terlepas dari
Khilafah. Ini adalah perkara yang tidak boleh terjadi
Syeikh Ahmad
Yasin dengan lantang pernah berucap : Umat ini tidak akan pernah memiliki
kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Tanpa Islam tidak pernah
ada kemenangan. Kita selamanya akan selalu berada dalam kemunduran sampai ada
sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemimpinan yang
berpegang teguh dengan Islam, baik sebagai aturan, perilaku, pergerakan,
pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilihlah oleh Anda: Allah
atau binasa.
Sementara di
negeri pertiwi ini, dimana kaum muslimin adalah mayoritas juga tidak sepi dari
berbagai cobaan dan ujian hidup. Kehidupan sempit tengah melanda negeri ini. Di
negeri ini begitu mahal yang namanya keamanan, kesejahteraan, keadilan apalagi
kebahagiaan. Kesulitan ekonomi dengan banyaknya pengangguran dan PHK tengah
dirasakan oleh kaum muslimin. Ironisnya yang justru merasakan kesejahteraan
materi adalah orang-orang asing yang diberikan ruang untuk menguasai sumber
daya alam milik rakyat.
Negeri ini juga
tengah menghadapi berbagai kerusakan kehidupan akibat runtuhnya sendi-sendi
moral bangsa. Maraknya miras, pornografi, pornoaksi telah menjerumuskan bangsa
ini kepada kubangan perilaku amoral. Akibatnya marak tindak kriminal,
pembunuhan, pemerkosaan, seks bebas, LGBT, perzinahan, pelacuran hingga
tawuran. Entah sudah berapa nyawa melayang akibat kriminalitas yang disulut
oleh tenggakan miras ini. Padahal Allah sang Pemilik kehidupan ini telah dengan
tegas mengharamkan biang dosa ini.
Baik di Indonesia
maupun di belahan bumi lainnya, dapat disaksikan bagaimana kaum muslimin tengah
menghadapi ujian berat dalam berbagai bentuknya. Kekompakan kaum muslimin di
seluruh dunia dalam melaksanakan perintah puasa Ramadhan adalah refleksi
ketundukan kepada Allah. Karena itu, hendaknya moment Ramadhan tahun ini
semestinya dijadikan sebagai bentuk muhasabah kebangsaan atas apa yang menimpa
kaum muslimin.
Muhasabah
kebangsaan adalah refleksi ketaqwaan kolektif kaum muslimin di seluruh dunia
untuk kembali bersatu membangun kepemimpinan dan peradaban Islam dengan ikatan
al Qur’an dan al Hadist. Umat Islam adalah bangsa yang satu dengan ikatan
persaudaraan berdasarkan aqidah. Bukankah umat Islam diseluruh dunia memiliki
Tuhan yang Satu, Kitab yang satu, Nabi yang satu, dan negara yang satu. Sebab
ketaqwaan adalah kembalinya manusia dalam ketundukan kepada Allah semata.
Kepemimpinan
peradaban Islam inilah yang akan mampu memerdekakan kaum muslimin dari berbagai
bentuk perpecahan, kezaliman dan segala bentuk keterjajahan. Semoga Ramadhan
kali ini memberikan inspirasi agung bagi persatuan, kebangkitan dan kemerdekaan
seluruh kaum muslimin hingga kembali menjadi umat terbaik dengan segala
kemuliaannya. Semoga syariah Islam kembali menghiasi peradaban dunia.
Muhasabah adalah
konsep penting dalam Islam yang merujuk pada introspeksi atau evaluasi diri.
Dalam pandangan Islam, muhasabah melibatkan penilaian terhadap perilaku, niat,
dan amalan seseorang, serta memperbaiki apa yang kurang atau salah dalam upaya
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Muhasabah
mengajarkan pentingnya memiliki kesadaran diri yang tinggi terhadap tindakan
dan niat kita sehari-hari. Ini melibatkan pengenalan terhadap kebaikan yang
telah dilakukan dan kesalahan yang telah dibuat. Muhasabah mendorong untuk
menilai diri secara objektif, tanpa terlalu keras atau terlalu santai. Ini
melibatkan pengakuan jujur terhadap kekurangan dan dosa-dosa yang dilakukan.
Muhasabah sering
kali diikuti dengan bertobat kepada Allah SWT. Ini mencakup penyesalan yang
tulus atas kesalahan yang telah dilakukan, tekad untuk tidak mengulangi
kesalahan tersebut, dan memohon ampun kepada Allah SWT. Muhasabah tidak hanya
tentang mengidentifikasi kesalahan, tetapi juga tentang perbaikan diri. Ini
melibatkan usaha aktif untuk memperbaiki perilaku, meningkatkan kualitas iman,
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Muhasabah bukanlah sekadar kegiatan
sesekali, tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Ini
melibatkan refleksi terus-menerus tentang tindakan dan niat kita, serta
kesediaan untuk terus memperbaiki diri.
Semoga Ramadhan
tahun 1445 H ini benar-benar menjadi kekuatan untuk bermuhasabah diri sebagai
pribadi muslim maupun sebagai bangsa Indonesia yang mayoritas muslim. Mengapa diri
ini belum bisa memberikan konstribusi maksimal untuk agama ini, mengapa bangsa
mayoritas muslim belum menjadi tuan di negerinya sendiri, mengapa umat Islam
yang berjumlah 2 milyar ini justru masih dalam kondisi keterbelakangan,
terjajah, terzolimi dan bahkan terusir dari negerinya.
(Rabu, Kota Hujan,
13/03/24 H – 3 Ramadhan 1445 H : 06. 30 WIB)