Oleh :
Ahmad Sastra
Mengapa marak
aksi protes di Eropa dan Amerika terkait genosida rakyat palestina oleh entitas
yahudi ?. Jawabannya, karena di Eropa dan Amerika masih ada manusia.
Manusia adalah makhluk yang istimewa yang membedakan
dengan hewan dan makhluk lainnya. Sebab manusia diberikan akal untuk mampu
berpikir. Jika fungsi kemanusiaannya ini baik, maka siapapun manusia, apapun
agamanya, dimanapun berada, maka akan bisa memahami bahwa betapa kejamnya
entitas yahudi melakukan berbagai bentuk kejahatan kemanusiaan terhadap
anak-anak, ibu-ibu yang tidak bersalah.
Al Ghazaly memperlihatkan,
bahwa diantara makhluk-makhluk hidup terdapat perbedaan-perbedaan yang
menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing. Keistimewaan makhluk hidup dari
benda mati adalah sifat geraknya. Benda mati mempunyai gerak monoton dan
didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan adalah makhluk hidup yang paling
rendah tingkatannya, selain mempunyai gerak yang monoton, juga mempunyai
kemampuan bergerak secara bervariasi. Prinsip tersebut disebut jiwa vegetatif.
Hewan mempunyai prinsip
yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan hewan, selain mampu
bergerak bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini disebut jiwa sensitif.
Manusia selain mempunyai kelebihan dari hewan, juga mempunyai semua yang
dimiliki jenis-jenis makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan mempunyai
pilihan untuk berbuat atau untuk tidak berbuat. Ini berarti manusia mempunyai
prinsip yang memungkinkan berpikir dan memilih. Prinsip ini disebut an nafs
al insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul membedakan manusia dari
segala makhluk lainnya.
Manusia juga diberikan naluri untuk bisa merasakan,
sebagaimana hewan juga diberikan naluri. Semua manusia memiliki naluri kasih saying,
naluri mempertahankan hidup dan naluri berketuhanan, begitupun dengan hewan,
memiliki naluri-naluri tersebut. Sebagai contoh, seekor induk ayam akan marah
jika anaknya diganggu, sebuas-buasnya singa tidak akan makan anaknya sendiri. Inilah
yang disebut naluri kasih sayang.
Cukuplah menjadi manusia untuk bisa merasakan
penderitaan rakyat palestina dibawah penjajahan entitas yahudi. Manusia akan
bisa merasakan bagiamana jika apa yang terjadi di Palestina dirasakan oleh
dirinya atau keluarganya. Di saat melihat anak-anak Palestina yang makan rumput
karena ketiadaan makanan, maka tiap diri manusia akan timbul rasa iba.
Saat melihat anak-anak kecil di Pelestina menangis
karena tak lagi punya ayah ibu karena menjadi korban kebiadaban tentara yahudi,
maka siapapun manusia akan merasakan
kesedihan yang luar biasa. Bisa dibayangkan jika hal demikian dialami oleh
anak-anak mereka sendiri. Pemikiran dan perasaan kemanusiaan ini bersifat
universal, maka cukuplah menjadi manusia untuk bisa merasakan penderitaan yang
luar biasa yang dirasakan oleh penduduk Palestina.
Banyak pandangan filsafat tentang
manusia. Naquib Al Attas memandang
keberadaan manusia di dunia ini dilengkapi dengan dua keadaan. Manusia
adalah makhluk yang terdiri dari jasad dan ruh, artinya makhluk jasadiyah
sekaligus ruhaniah. Realitas yang mendasari dan prinsip yang menyatukan
apa yang kemudian dikenal sebagai manusia bukanlah perubahan jasadnya,
melainkan keruhaniaanya.
Dengan demikian, ketika
bergelut dengan sesuatu yang berkaitan dengan intelektual dan pemahaman, ia
(yaitu, ruh manusia) disebut ’intelek’, ketika ia mengatur tubuh, ia disebut
’jiwa’ ketika sedang mengalami pencerahan intuisi, ia disebut ’hati’ dan ketika
kembali ke dunianya yang abstrak, ia disebut ’ruh’.
Pada hakekatnya, ia selalu
aktif memanifestasikan dirinya dalam keadaan-keadaan ini. Berangkat dari unsur
ruh inilah yang kemudian menjadikan manusia memiliki keterikatan khusus dengan
Tuhan sebagai pencipta. Manusia sebelum dilahirkan atau waktu sebelum
perpisahan (time of the preparation),
ruhnya telah mengadakan perjanjian, karena manusia memiliki keberutangan dengan
Allah sang pencipta dirinya. Ini yang disebut di awal tulisan sebagai naluri
ketuhanan. Bahkan, meski manusia mengaku sebagai ateis sekalipun, tidak akan
mungkin bisa lepas dari naluri ketuhanan ini. Buktinya banyak ateis yang justru
menjadi mualaf dan masuk Islam.
Manusia adalah makhluk jasadiyah sekaligus
ruhaniyah, bukan jasad murni dan bukan pula ruh murni. Kedua elemen itu
membentuk sebuah jati diri manusia. Realitas yang mendasari dan prinsip yang
menyatukan apa yang kemudian dikenal sebagai manusia bukanlah perubahan
jasadnya, melainkan perubahan keruhaniannya. Meskipun diciptakan, ruh manusia
tidak mati dan selalu sadar akan dirinya. Ia adalah tempat bagi sesuatu yang intelejibel dan dilengkapi dengan fakultas yang memiliki
sebutan berlainan dalam keadaan yang berbeda, yaitu ruh (ruh), jiwa (nafs), hati (qalb), dan intelek (aql).
Jiwa manusia menunjukkan salah satu ciri khas
manusia yang tidak inderawi, sehingga jiwa manusia dinamai jiwa rohani (spiritual soul atau anima spiritualis). Teori Naquib Al Attas, jika dikaitkan dengan tragedy kemanusiaan yang
menimpa penduduk palestina, maka timbul pertanyaan, hati manusia mana yang tidak bersedih melihat
genosida atas penduduk Palestina oleh entitas yahudi yang jahat. Bahkan beberapa
orang yahudipun melakukan protes atas kejahatan kemanusiaan ini.
Plato berpendapat bahwa manusia terdiri dari
tiga dimensi utama yakni ruh, nafsu dan rasio. Rasio digunakan manusia untuk
dapat mengendalikan kedua dimensi yang lain. Ibarat seorang kusir kereta yang
mengendalikan dua ekor kuda yang hitam dan putih sebagai gambaran nafsu dan ruh.
Berdasarkan ketiga unsur tadi, Plato membagi manusia menjadi tiga golongan. Pertama, manusia yang didominasi oleh
rasio yang hasrat utamanya adalah meraih pengetahuan. Kedua, manusia yang didominasi oleh ruh yang hasrat utamanya adalah
meraih reputasi. Ketiga, manusia yang didominasi oleh nafsu yang hasrat
utamanya adalah meraih materi. Tugas rasio adalah mengontrol roh dan nafsu.
Al Ghazaly yang hidup pada
abad pertengahan tidak terlepas dari kecenderungan umum pada zamannya dalam
memandang manusia. Di dalam buku-buku filsafatnya ia mengatakan bahwa manusia
mempunyai identitas esensial yang tetap, tidak berubah-ubah yaitu an nafs
(jiwanya). Yang dimaksud an nafs
adalah substansi yang berdiri sendiri, tidak bertempat dan merupakan tempat
pengetahuan intelektual (al makulat) yang berasal dari alam malakut atau alam amr.
Ini menunjukkan esensi
manusia bukan fisiknya dan bukan fungsi fisik. Sebab fisik adalah sesuatu yang
mempunyai tempat. Dan fungsi fisik adalah sesuatu yang tidak berdiri sendiri.
Keberadaannya tergantung kepada fisik. Alam al amr atau alam malakut adalah
realitas di luar jangkauan indra dan imajinasi, tanpa tempat, arah dan ruang.
Sebagai lawan dari alam al khalq atau alam mulk yaitu dunia tubuh
dan aksiden-aksidennya esensi manusia, dengan demikian an nafs adalah
substansi immaterial yang berdiri sendiri dan merupakan subyek yang
mengetahui (bashirah). Menghayati mulai dari kesadaran fisik sampai kepada
kesadaran transendental dimana kesejatian manusia adalah sesuatu yang bukan
fisik.
Psikologi sebagai paradigma ilmiah diakui oleh
Rita L Atkinson, Richard C Atkinson, Edward E Smith dan Daryl J Bem memiliki
kebermanfatan dan pengaruh terhadap kehidupan melalui hukum dan peraturan yang
berlaku di masyarakat. Teori dan riset psikologi telah mempengaruhi hukum
tentang kriminalitas, hukuman berat, pornografi, perilaku seksual dan kondisi
syarat penahanan seseorang untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya juga
sangat dipengaruhi oleh psikologi. Perspektif psikologi bisa memberikan
pengertian yang lebih baik mengenai sebab-sebab mengapa orang berfikir dan
bertindak seperti yang mereka lakukan, dan memberikan pandangan untuk menilai
sikap dan reaksi yang manusia lakukan.
Al Faruqi yang mengungkapkan bahwa manusia
merupakan kajian yang paling menarik, sebab manusia merupakan mahakarya Allah
SWT terbesar. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang perbuatannya mampu
mewujudkan bagian tertinggi dari kehendak Tuhan dan menjadi sejarah dan ia
makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan pembawan dan
syarat-syarat yang diperlukan.
Manusia merupakan satu kesatuan jiwa dan raga
dalam hubungan timbal balik dengan dunianya dan sesamanya. Ada unsur lain dalam
diri manusia yang dengannya manusia dapat mengatasi dunia dan sekitarnya serta
dirinya sebagai jasmani, unsur itu namanya jiwa. Kesimpulannya, dengan
potensi jiwa inilah manusia bisa merasakan berbagai kondisi menyedihkan yang
terjadi di Palestina.
Dalam pandangan Filsafat
Imam Fakhruddin al Razi tentang manusia (m. 1210) bahwa manusia memiliki
karakteristik – karakteristik yang khas diantaranya adalah manusia memiliki
akal, hikmah, serta tabiat dan nafsu. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal
dan hikmah tanpa tabiat dan nafsu. Sehingga dengan demikian malaikat senantiasa
bertasbih, bertahmid dan bertaqdis. Malaikat tidak pernah mengingkari perintah
Allah, karena tidak memiliki tabiat dan nafsu. Fakhruddin al Razi menegaskan
bahwa keempat komponen yang melekat pada diri manusia itulah yang menjadikan manusia
berbeda dengan makhluk yang lain.
Al Razi lebih jauh mengkategorisasi penciptaan
Allah menjadi empat kategori. 1). Jenis pertama adalah benda yang memiliki
kapasitas berfikir dan pemahaman (intelek) serta hikmah tapi sama sekali tanpa
sifat dasar dan syahwat, mereka adalah
para malaikat. 2). Jenis kedua adalah
benda yang tidak memiliki kapasitas berfikir dan pemahaman serta hikmah, tetapi
memiliki sifat dasar dan syahwat. Termasuk jenis ini adalah binatang dengan
perkecualian manusia. 3). Jenis ketiga adalah benda yang tidak memiliki
kapasitas berfikir dan berpemahaman, hikmah, sifat dasar dan syahwat. Contoh
jenis ini adalah benda-benda mati dan tumbuh-tumbuhan. 4) jenis keempat benda
yang memiliki kapasitas berfikir dan berpemahaman, hikmah juga sifat dasar dan
syahwat dialah manusia.
Muhaimin dan Abdul Mujib
menegaskan bahwa manusia pada hakekatnya dapat ditempatkan pada tiga kategori :
1). Manusia sebagai makhluk biologis (al Basyar) yang pada dasarnya tidak
berbeda dengan makhluk-makhluk biotik lainnya meskipun struktur organnya
berbeda. Tentu bentuk jasad manusia lebuh sempurna jika dibandingkan dengan
makhluk yang lain. 2) Manusia sebagai
makhluk psikis (al Insan) memiliki potensi rohani seperti fitrah, kalbu, dan aqal.
Petensi tersebut
menjadikan manusia sebagai makhluk yang tertinggi martabatnya dibandingkan
dengan makhluk yang lain. Jika potensi psikis manusia tidak digunakan, maka
manusia akan seperti binatang, malah lebih hina. Adapun bentuk dari
insaniyahnya (humanisme) adalah iman dan amalnya. 3). Manusia sebagai makhluk
sosial yang memiliki tugas dan tanggungjawab sosial terhadap alam semesta.
Manusia selain sebagai abdullah, juga
sebagai khalifatullah.
Berbagai kajian filsafat
tentang manusia di atas nampak dengan jelas bahwa manusia adalah makhluk
istimewa yang diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada
makhluk lainnya. Dengan potensi akal, hati dan ruh inilah, secara universal
manusia akan melakukan proses timbal balik atas kondisi yang melingkupinya.
Termasuk di dalamnya
adalah adanya genosida penduduk Palestina, maka manusia akan memberikan reaksi
negatif atas tragedi itu. Manusia akan menilai entitas yahudi sebagai entitas
jahat yang telah melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Itulah mengapa banyak
masyarakat eropa, amerika dan yahudi sendiri melakukan protes keras atas
tindakan kejahatan entitas yahudi kepada rakyat Palestina.
Berdasarkan filsafat humanitas
universal meniscayakan entitas yahudi mendapatkan hukuman berat dari seluruh
dunia atas tindakan jahatnya. Jika masih ada negara justru membela israel, maka
benar apa yang dikatakan oleh filofos muslim dari Pakistan Mohammad Iqbal,
bahwa suatu saat nanti akan ada entitas manusia dengan ras hewan. Artinya akan
lahir manusia tapi memiliki watak hewan.
(AhmadSastra,KotaHujan,30/04/24
: 10.11 Wib)
Alhamdulillaah, terus kang berkarya semoga Allooh membalasnya. Aamien
BalasHapus