Oleh : Ahmad Sastra
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung [QS Ali Imran : 104].
Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah [hizbullah]. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. [QS Al Mujadilah : 22]
Dua ayat ini diatas dengan tegas merupakan perintah kepada umat Islam untuk membentuk sebuah kelompok atau partai atau golongan jamaah yang menyerukan Islam. Partai dakwah penyeru kepada Islam dilandasi oleh visi mulia dan aktivitas mulia, jauh dari kepentingan duniawi. Dalam bahasa modern, sekelompok penyeru kepada Islam disebut sebagai partai Islam yang merupakan manifestasi golongan Allah melawan segala bentuk kezaliman partai setan.
Maksud kata ummah dalam ayat di atas adalah kelompok/jamaah/partai di tengah-tengah kaum Muslim. As-Sa'di dalam tafsirnya menjelaskan, "Hendaklah di antara kalian, wahai kaum Mukmin yang telah Allah kokohkan dengan iman dan terikat dengan tali (agama)-Nya, ada satu ummah, yakni jamaah yang menyerukan al-khayr (Islam)..." (As-Sa'adi, Taysiir al-Kariim ar-Rahmaan fii Tafsiir Kalaam al-Manaan, 1/42)."
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta. Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan [hizbusyaithon]. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi [QS Al Mujadilah : 19].
Partai Islam berhaluan Islam dan partai setan berhaluan sekuler, sebab sekulerisme adalah ideologi yang bertujuan menjauhkan Islam dari kehidupan manusia. Partai Islam adalah partai yang berlandaskan Islam, beraktivitas islami dan hanya memperjuangkan tegaknya Islam. Berjuanglah bersama partai Islam dan jauhi partai sekuler. Ketika disorientasi, maka partai Islam bisa menjadi partai sekuler, ini namanya inkonsistensi akibat tergoda oleh rayuan dunia.
Sekulerisme sebagai ideologi yang menjauhkan manusia dari agama dan melahirkan ideologi politik demokrasi. Sekulerisme dan demokrasi setali mata uang, tak terpisahkan, sama-sama ideologi sesat. Sifat antroprosentrisme demokrasi meniscayakan penyembahan kepada manusia dengan menuruti segala aturan yang perundang-undangan yang lahir dari akal dan nafsu manusia. Demokrasi adalah syirik peradaban dan sekulerisme adalah biangnya.
Demokrasi menurut Plato dalam buku Filsafat Politik Plato karya JH. Rapar, TH.D, Ph.D halaman 102 adalah kondisi penuh sesak dengan kemerdekaan dan kebebasan berbicara dan setiap orang dapat berbuat sesuka hatinya. Kebebasan yang berlebihan itulah yang membawa bencana bagi negara dan warganya, karena kebebasan yang demikian itu akan melahirkan anarki. Dan dari anarkilah tirani tercipta. Oleh sebab itu dapatlah dikatakan bahwa sesungguhnya demokrasilah yang telah merangsang dan menyebabkan terciptanya tirani.
Karena keburukan demokrasi, John Adam, presiden Amerika ke 2 mengingatkan bahwa demokrasi tidak akan bertahan lama. Ia akan segera terbuang, melemah dan membunuh dirinya sendiri. Demokrasi pasti akan bunuh diri. Demokrasi akan segera memburuk menjadi anarki, tegasnya.
Islam adalah sumber kebanaran yang datang dari Allah Sang Maha Benar. Kebenaran Islam adalah mutlak sebagaimana kemutlakan kebenaran Al Qur'an. Jika ada manusia yang meragukan kebenaran Islam dan kebenaran Al Qur'an, mereka adalah manusia-manusia dungu yang sedang mengalami sakit jiwa.
Sepatutnya umat bertanya: Benarkah partai-partai politik yang ada sekarang ini berjuang untuk kepentingan umat? Ataukah mereka hanya mencari kekuasaan semata dengan memanfaatkan suara umat?
Sistem demokrasi juga membuat parpol bergantung pada suara rakyat. Akibatnya, parpol Islam sering bersikap ambigu dalam perjuangan Islam. Mereka takut—jika konsisten memperjuangkan Islam—mendapat label sebagai kelompok radikal, lalu ditinggalkan pemilihnya. Padahal Nabi saw. mengingatkan: Siapa saja yang mencari ridha Allah meski harus menghadapi kemarahan manusia, Allah pasti akan mencukupi dia sehingga bebas dari ketergantungan pada manusia. Sebaliknya, siapa saja yang mencari ridha manusia dengan mengundang kemurkaan Allah, Allah pasti akan membiarkan dia bergantung pada manusia (HR at-Tirmidzi).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad), juga jangan kalian mengkhianati amanat-amanat yang telah dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahui (TQS al-Anfal [8]: 27).
Maksud kata ummah dalam ayat di atas adalah kelompok/jamaah/partai di tengah-tengah kaum Muslim. As-Sa'di dalam tafsirnya menjelaskan, "Hendaklah di antara kalian, wahai kaum Mukmin yang telah Allah kokohkan dengan iman dan terikat dengan tali (agama)-Nya, ada satu ummah, yakni jamaah yang menyerukan al-khayr (Islam)..." (As-Sa'adi, Taysiir al-Kariim ar-Rahmaan fii Tafsiir Kalaam al-Manaan, 1/42)."
Islam membolehkan jumlah kelompok/jamaah/partai ini boleh lebih dari satu. Hanya saja, kelompok/jamaah/partai ini haruslah berlandaskan aqidah Islam. Pasalnya, mereka memiliki dua fungsi politik yakni: mendakwahkan Islam dan melakukan amar makruf nahi mungkar.
Sebagaimana diketahui, politik (siyaasiyah) dalam Islam bermakna ri'aayah syu'uun al-ummah bi ahkaam al-Islam, yakni pengaturan urusan umat dengan hukum-hukum Islam. Dengan demikian partai politik dalam Islam adalah partai yang bergerak untuk memastikan urusan umat selalu diatur sesuai dengan ketentuan syariah Islam.
Menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahulLaah, partai politik Islam harus berasas akidah Islam. Para anggotanya wajib terikat dengan syariah Islam. Tujuannya adalah untuk menegakkan Islam. Karena itu kegiatan dan cara-cara yang digunakan tidak bertentangan dengan Islam.
Berdasarkan QS Ali Imran ayat 104 di atas, partai politik Islam harus hadir di tengah umat untuk mendakwahkan Islam dan melakukan amar makruf nahi mungkar. Di antaranya dengan menjelaskan keunggulan Islam dibandingkan dengan ideologi dan ajaran-ajaran selain Islam. Dengan itu umat yakin bahwa hanya Islam satu-satunya sistem kehidupan yang layak diterapkan.
Parpol Islam juga wajib membongkar kebatilan paham dan ideologi selain Islam seperti sekulerisme, kapitalisme, liberalisme, sosialisme dan komunisme. Partai ini harus beraktivitas memperingatkan umat, misalnya, tentang bahaya liberalisasi ekonomi pada sektor SDA, atau liberalisasi perdagangan yang akan menghancurkan ekonomi dalam negeri dan menguntungkan pihak asing.
Parpol Islam juga wajib membongkar siasat jahat negara-negara adidaya kafir dan konspirasi mereka dengan para penguasa Muslim. Contohnya adalah bahaya jerat utang luar negeri, ancaman dari pangkalan militer asing terhadap kedaulatan negeri kaum Muslim, konspirasi negara-negara adidaya kafir dengan memanfaatkan PBB untuk kepentingan mereka, dsb.
Aktivitas dakwah ini wajib dilakukan oleh partai politik Islam secara terus-menerus. Dengan itu akan terbentuk opini umum dan kesadaran umum yang menguat pada umat. Selanjutnya umat akan bergerak menuntut penegakan kehidupan Islam, yakni dengan penerapan syariah Islam dalam naungan institusi pemerintahan Islam (Khilafah Islamiyah).
Inilah karakter partai politik Islam yang dibutuhkan umat. Partai ini hanya berkhidmat pada Islam dan melayani umat. Tidak akan bersikap pragmatis apalagi mencari muka agar mendapatkan kekuasaan. Fokus mereka hanyalah mendakwahkan Islam dan melakukan amar makruf nahi mungkar. Inilah yang juga dilakukan oleh Rasulullah saw.
Beliau terus menyampaikan Islam secara utuh tanpa mempedulikan para penentangnya. Ini sesuai dengan firman Allah SWT: Sampaikanlah oleh kamu (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepada kamu) dan berpalinglah kamu dari kaum musyrik (TQS al-Hijr [15]: 94).
Disorientasi yang dialami oleh partai-partai Islam menjadi akar munculnya inkonsistensi. Hal ini sangat mungkin terjadi karena partai dalam jangka panjang tentu saja semakin dihadapkan dengan berbagai tantangan dan godaan. Partai juga mengalami proses pergantian pengurus yang tentu saja dari sisi kualitas orang perorang sangat berbeda. Jika pakai teori siklikal Ibnu Khaldun, maka akan lahir generasi pelopor, pengembang, penikmat dan perusak. Dalam tradisi demokrasi, juga ada tradisi saling mengusup ke partai-partai dengan tujuan politis. Jadi jika ada partai Islam mengalami disorientasi dan inkonsistensi, adalah hal yang sangat mungkin terjadi.
Terkait dengan penyakit al wahn yang menjadi salah satu indikator disorientasi yang dapat menyebabkan inkonsistensi, Rasulullah bersabda : "Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring. Kemudian seseorang bertanya, 'Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?' Rasulullah bersabda, "Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian 'Wahn'. Kemudian seseorang bertanya, 'Apa itu 'Wahn?' Rasulullah berkata, "Cinta dunia dan takut mati." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Secara bahasa, Wahn bermakna lemah baik secara materi atau maknawi. Wahn juga bisa diartikan Jubn (takut atau pengecut). Cinta dunia berarti lebih mementingkan dunia daripada kehidupan akhirat yang dijanjikan Allah Ta'ala. Dia akan mengagumi dunia dan mencintai kemewahan. Yang ada di hatinya hanya bagaimana mengejar harta, tahta, syahwatnya, rumah mewah, kendaraan dan uang.
Rosulullah SAW bersabda : "Cinta dunia adalah pangkal dari semua kesalahan". (Jami`ul `Ulum wal Hikam, jilid 3 hlm. 203).
Cinta dunia yg tidak terkendali menjadi biang keladi kesalahan.Semua kejahatan bermula dari cinta dunia seperti korupsi bermula dari cinta uang dan ingin hidup mewah. Ketika diberi amanah jabatan, dia berpikir bagaimana menumpuk kekayaan, bukan mensejahterakan rakyat yang dipimpinnya. Perampokan juga bermula dari cinta uang. Pemerkosaan juga bermula dari cinta wanita dan syahwat. Merasa kekal di dunia, suka menumpuk harta, selalu mencari kekayaan, kedudukan dan popularitas.
Ketika virus cinta dunia ini menjangkiti seseorang, ia akan menempuh segala cara untuk mendapatkan sesuatu. Tak peduli haram dan halal, ia menjadi rakus, tamak dan curang dalam bermuamalah. Mereka tergila-gila mencintai dunia, padahal dunia itu pasti ditinggalkan. Allah Ta'ala berfirman: "...Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Surah Al- Hadid: ayat 20)
Soal virus takut mati, Allah berfirman : Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
Kematian adalah sunnatullah yang menjadi ketetapan Allah Ta'ala. Takut mati adalah tidak percaya adanya kehidupan setelah mati sehingga menyebabkan tergadainya aqidah. Hidupnya dihabiskan untuk bersenang-senang tanpa menyiapkan bekal akhirat. Ia larut menikmati dunia dan sibuk memuaskan syahwatnya. Orang yang takut mati, hatinya akan bergantung dengan dunia sehingga sulit memandang kebenaran akhirat.
Dia tidak percaya janji Allah dan peringatan Rasul-Nya. "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya". (QS Ali Imran: ayat 185).
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 09/09/24 : 08/08 WIB)