LIMA LEVEL PEMIMPIN, KITA LEVEL BERAPA ?



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Kepemimpinan merupakan elemen kunci dalam keberhasilan organisasi, baik di sektor bisnis, pendidikan, pemerintahan, maupun organisasi sosial. John C. Maxwell, seorang pakar kepemimpinan terkenal, mengembangkan konsep Lima Level Kepemimpinan yang menggambarkan perjalanan seorang pemimpin dari sekadar posisi formal hingga menjadi figur yang mampu membentuk pemimpin lain.

 

Model ini tidak hanya teoritis, tetapi sangat aplikatif dalam kehidupan nyata, terutama dalam menghadapi tantangan kepemimpinan abad ke-21.

 

Level 1: Position (Posisi). Pada level ini, seseorang menjadi pemimpin semata-mata karena jabatan atau posisi yang dimilikinya. Kewenangan datang dari struktur organisasi, bukan dari pengaruh pribadi. Bawahan mengikuti perintah karena mereka harus, bukan karena mereka ingin. Kepemimpinan jenis ini sangat rentan, terutama dalam konteks organisasi modern yang menekankan partisipasi dan kolaborasi.

 

Di era digital saat ini, otoritas berdasarkan jabatan saja tidak lagi cukup. Generasi milenial dan Gen Z, misalnya, lebih menghargai pemimpin yang autentik dan inklusif daripada yang otoriter. Maka, pemimpin yang hanya mengandalkan posisi tanpa membangun hubungan dan kredibilitas akan sulit mempertahankan pengaruhnya.

 

Level 2: Permission (Izin). Pada tahap ini, kepemimpinan berkembang melalui hubungan. Orang mulai mengikuti karena mereka ingin, bukan karena mereka harus. Pemimpin yang berada di level ini membangun hubungan yang kuat dengan tim, menunjukkan empati, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif.

 

Kepemimpinan berbasis relasi sangat relevan dalam konteks kerja hybrid dan remote. Karyawan tidak hanya mencari pemimpin yang kompeten, tetapi juga yang peduli. Hal ini menuntut pemimpin untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan komunikasi interpersonal yang baik.

 

Level 3: Production (Produktivitas). Pemimpin di level ini memperoleh pengaruh karena hasil nyata yang mereka capai. Orang mengikuti mereka karena apa yang telah mereka lakukan bagi organisasi. Kepemimpinan pada level ini mendorong efektivitas, produktivitas, dan hasil yang terukur.


Dalam lingkungan kerja yang kompetitif dan berbasis target, hasil menjadi indikator keberhasilan utama. Namun, produktivitas harus diimbangi dengan nilai-nilai etis dan keberlanjutan. Pemimpin yang efektif tidak hanya mengejar angka, tetapi juga membangun proses kerja yang sehat dan adil.

 

Level 4: People Development (Pengembangan Orang). Pada level ini, pemimpin mulai mengembangkan orang lain menjadi pemimpin. Mereka tidak hanya memimpin, tetapi juga melahirkan pemimpin. Mereka memberi pelatihan, mentoring, dan mendelegasikan tanggung jawab sebagai bentuk investasi jangka panjang.


Di tengah perubahan teknologi dan kebutuhan akan adaptabilitas, pengembangan sumber daya manusia menjadi sangat penting. Organisasi yang ingin bertahan dan berkembang harus memiliki pemimpin yang mampu menciptakan pemimpin baru. Dalam konteks ini, pemimpin perlu memiliki kemampuan coaching dan strategi pengembangan talenta.

 

Level 5: Pinnacle (Puncak). Ini adalah level tertinggi, di mana pemimpin dihormati dan diikuti bukan hanya karena posisi, hubungan, hasil, atau kontribusi pada pengembangan orang lain—tetapi karena siapa mereka dan apa yang mereka wakili. Pengaruh mereka bersifat transformasional dan berjangka panjang.

 

Level ini dicapai oleh segelintir orang. Pemimpin pada level ini biasanya menjadi role model dan memiliki warisan kepemimpinan yang menginspirasi lintas generasi.  Model Lima Level Kepemimpinan Maxwell bukan hanya sebuah teori, tetapi merupakan peta perjalanan bagi setiap individu yang ingin berkembang sebagai pemimpin sejati.

 

Setiap level memiliki tantangan dan tuntutan tersendiri, namun yang terpenting adalah kesediaan untuk terus belajar dan bertumbuh. Dalam dunia yang terus berubah, pemimpin tidak hanya dituntut untuk cerdas dan kompeten, tetapi juga manusiawi, visioner, dan memberdayakan. Kepemimpinan sejati bukan soal posisi, tetapi tentang pengaruh. Dan pengaruh terbesar berasal dari karakter, integritas, dan kontribusi nyata terhadap orang lain dan organisasi.

 

Rasulullah sebagai Pemimpin Terbesar Sepanjang Sejarah

 

Dalam sejarah peradaban manusia, banyak tokoh besar yang meninggalkan jejak luar biasa sebagai pemimpin. Namun, di antara mereka, Nabi Muhammad SAW menempati posisi paling menonjol. Bahkan, penulis dan sejarawan non-Muslim ternama seperti Michael H. Hart menempatkan beliau di urutan pertama dalam bukunya “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History”. Hal ini bukan tanpa alasan—Nabi Muhammad SAW tidak hanya sukses sebagai pemimpin agama, tetapi juga pemimpin negara, militer, sosial, dan moral.

 

Pertama, Kepemimpinan yang Komprehensif. Rasulullah SAW memimpin dengan pendekatan yang menyeluruh. Beliau membangun masyarakat Madinah berdasarkan prinsip keadilan, persamaan hak, dan toleransi antarumat beragama. Piagam Madinah adalah bukti nyata bahwa beliau adalah pemimpin visioner yang mampu membangun sistem sosial-politik inklusif di tengah keberagaman.

 

Di bidang militer, Rasulullah dikenal sebagai panglima yang cerdas dan berani. Namun, keistimewaannya bukan hanya dalam kemenangan strategis, melainkan dalam etikanya saat berperang. Beliau melarang membunuh anak-anak, wanita, dan orang tua, serta menekankan untuk tidak merusak lingkungan atau tempat ibadah.

 

Kedua, Kepemimpinan Berbasis Akhlak. Apa yang membedakan Nabi Muhammad SAW dari pemimpin besar lainnya adalah karakter dan integritas moralnya. Beliau tidak memimpin dengan ketakutan atau kekuasaan semata, melainkan dengan keteladanan. Al-Qur’an menyebut beliau sebagai “uswatun hasanah” (teladan yang baik). Beliau adalah pemimpin yang rendah hati, sabar, jujur, dan selalu menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi.

 

Kepemimpinan Rasulullah tetap relevan hingga hari ini. Di tengah krisis moral dan kepemimpinan global, dunia membutuhkan sosok pemimpin yang mengedepankan etika, keadilan, kasih sayang, dan keberanian moral, nilai-nilai yang seluruhnya dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Kepemimpinan Rasulullah didasarkan oleh arahan wahyu Allah. Itulah mengapa Negara Islam Madinah yang beliau pimpin menjadi contoh terbaik sepanjang zaman.

 

Rasulullah SAW bukan hanya pemimpin bagi umat Islam, tetapi inspirasi universal bagi seluruh umat manusia. Kepemimpinannya yang transformatif, adil, dan penuh kasih menjadikannya pemimpin terbesar sepanjang sejarah, tidak hanya karena keberhasilannya, tetapi karena pengaruh dan warisannya yang abadi bagi peradaban mulia.

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, No.1130/12/09/25 : 08.58 WIB)

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.