Sebuah Renungan dari Kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud
Oleh : Ahmad Sastra
Usaha dakwah Islam adalah usaha mulia yang tidak pernah sepi dari rintangan dan halangan. Rintangan dan halangan dakwah seringkali berasal dari orang terdekat atau keluarga dan bisa juga berasal dari masyarakat bahkan penguasa. Adalah sunnatullah bahwa hadirnya para Nabi akan diikuti oleh hadirnya para musuh agama Allah. Semua Nabi adalah muslim, menyerukan Islam dan tauhid serta memiliki musuhnya masing-masing di setiap tempat dan zamannya.
Dan demikianlah untuk setiap Nabi, Kami menjadikan musuh yang terdiri atas setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan sebagian yang lain perkataan (qoul : konsepsi) yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukan, maka biarkanlah mereka bersama (kebohongan) yang mereka ada-adakan [QS Al An’am (6) : 112]
Dikisahkan dalam Kitab Qoshosul Anbiyaa karya Imam Ibnu Katsir (terj) halaman 201 bahwa Nabiyullah Ibrahim dipilih sebagai Nabi dan berdakwah di Babilonia yang menyembah patung. Berbeda dengan kaum Harran yang menyembah binatang. Ibrahim dengan tegas menentang penyembahan kepada berhala dengan merendahkan, merusak dan menjelaskan letak kesalahan peribadatan itu.
Kisah dakwah Nabi Ibrahim diabadikan Allah dan firmanNya, “Dan berkata Ibrahim: “Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu mela’nati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali- kali tak ada bagimu Para penolongpun” (QS Al Ankabut : 25).
Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. (ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Patung-patung Apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?”. Mereka menjawab: “Kami mendapati bapak-bapak Kami menyembahnya”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata”. (QS Al Anbiyaa : 51-54)
Argumentasi rasional selalu diutarakan kepada kaumnya oleh Nabi Ibrahim agar umatnya mempercayai Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah. Adanya bintang-bintang, bulan dan matahari tidaklah layak disembah, sebab pada akhirnya benda-benda itu akan menghilang seiring perubahan waktu. Benda-benda langit itu hanyalah makhluk yang diciptakan, ditata, diatur, diurusi dan dikuasai oleh Sang pencipta, Dialah Allah SWT.
Kepada kaumnya, Ibrahim bahkan menghancurkan seluruh berhala yang disembah oleh penduduk, dengan menyisakan satu berhala yang paling besar. Saat penduduk marah, Ibrahim mengabarkan bahwa berhala yang besarlah yang telah merusak berhala kecil. Tentu saja penduduk tidak percaya bahwa patung bisa berbuat demikian. Ibrahim lantas berargumen, jika tak mampu berbuata apa-apa, lantas mengapa berhala itu disembah dan dijadikan sebagai tuhan ?. (lihat QS Al Anbiyaa : 58-66).
Kekalahan intelektual penduduk Babilonia bukan menjadikan mereka bertobat dan tunduk kepada Allah dan meninggalkan berhala menyesatkan itu. Penduduk itu justru marah kepada Ibrahim dan menggunakan kekuasaan untuk mempersekusi dan mengkriminalisasi Ibrahim. Maka mereka dengan pongahnya kemudian membakar Nabi Ibrahim selama 40-50 hari. Namun Allah menyelamatkan hamba-hambaNya yang menolong agama Allah.
Mereka berkata: “Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim;lalu lemparkanlah Dia ke dalam api yang menyala-nyala itu”. Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, Maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina (QS Ash Shaaffat : 97-98)
Mereka berkata: “Bakarlah Dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, Maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. (QS Al Anbiyaa : 68-70)
Dakwah melalui perdebatan (mujadalah) argumentatif dan rasional juga dilakukan oleh Ibrahim di hadapan Raja Namrud yang congkak, zolim dan diktator. Dikisahkan oleh Mujahid dan ulama lainnya, bahwa Namrud adalah salah satu raja terbesar yang pernah ada di dunia. Kekuasaan Namrud hampir seluruh muka bumi. Selain Namrud masih ada raja kafir yang besar bernama raja Nebukadnezar.
Ketika argumentasi Ibrahim dinyatakan menang, Raja Namrud justru semakin sombong dan congkak, bahkan mengaku dirinya sebagai tuhan yang bisa mematikan dan menghidupkan orang. Dengan memilih dua orang, yang satu dibunuh dan satunya lagi dibiarkan hidup, Namrud mengaku dirinya sebagai tuhan dan tidak mempercayai Tuhannya Nabi Ibrahim. Namun saat Ibrahim meminta Namrud menerbitkan matahari dari Barat setelah diterbitkan oleh Tuhan dari timur, maka Namrud diam seribu bahasa.
Saat terjadi perdebatan, Nabi Ibrahim baru saja bertemu raja Namrud pertama kali setelah keluar dari api pembakaran. Atas undangan Namrud kepada penduduk untuk makan di istananya, maka kekalahan debat dengan Ibrahim menjadikan dirinya tidak memberikan makanan kepada Ibrahim. Kekalahan debat, telah menjadikan Namrud sebagai raja yang zolim kepada Nabi Ibrahim. Namun Allah akan tetap menolong hambanya yang sholeh, maka Ibrahim tetap membawa makanan ke rumah atas karunia Allah.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah Dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS Al Baqarah : 258).
Belajar dari perjuangan dakwah Islam Nabi Ibrahim menyisakan suatu pesan bahwa penghalang perjuangan Islam akan selalu ada sepanjang waktu hingga kiamat. Dimulai dari pihak keluarga yang diwakili oleh ayahnya nabi Ibrahim yang membuat patung sebagai sesembahan. Diikuti oleh mayoritas masyarakat yang bodoh atas agama, percaya kepada ajaran nenek moyang dan selalu bertahan kepada kekufuran dan kemusyrikan. Ditambah lagi yang paling berat adalah ditentang oleh penguasa zolim dan diktator.
Sebab dengan kekuasaan yang dimilikinya, penguasa bisa lebih jahat dibanding masyarakat. Sebagaimana raja Namrud yang jahad dan zolim dan bertahan kepada kekufurannya, meski Allah sampai mengutus raja lain untuk mendakwahinya. Hingga pada akhirnya seluruh pasukan dan pengikut Namrud dibinasakan Allah dengan datangnya jutaan nyamuk yang memakan daging dan menghisab darah seluruh bala tentara Namrud hingga tinggal tulang-belulang yang bergeletakan.
Salah satu dari jutaan nyamuk itu mendatangi istana Namrud, karena dia tidak ikut berperang, lalu nyamuk itu masuk dan tinggal di dalam hidung Namrud hingga empat ratus tahun. Itulah azab Allah bagi Raja Namrud. Selama empat ratus tahun itu, Raja Namrud selalu memukuli kepalanya dengan tongkat yang terbuat dari besi agar nyamuk itu keluar dari hidungnya. Pada akhirnya raja congkak dan diktator itu tewas oleh seekor nyamuk yang kecil. (lihat Tafsir Ath Thabari 3/25).
Setidaknya ada empat konsekuensi dakwah Islam dalam setiap tempat dan zaman. Keempatnya adalah resiko yang harus dihadapi. Pertama, berhadapan dengan rezim penguasa anti Islam. Kedua, dakwah akan dihadapkan dengan perang pemikiran. Ketiga, dihadapkan dengan resiko dan mara bahaya yang menimpa diri sendiri. Keempat, bisa terpengaruh atau terpapar dengan fakta buruk yang menimpa umat pada umumnya.
Inilah akhir kisah penguasa zolim dan diktator yang menolak dakwah Islam. Dengan kekuasaannya, rezim zolim melakukan berbagai bentuk persekusi, kriminalisasi hingga penangkapan dan penyiksaan kepada para pengemban dakwah Islam. Peristiwa ini akan terus berjalan, tinggal kita mau mengambil peran apa dalam sejarah ini. Apakah kita mau mengambil peran sebagai musuh Allah, pengikut dan pemuja rezim zolim atau tetap tegus sebagai pejuang agama Allah. Hidup adalah pilihan dan sejarah akan terus berulang.
….dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang beriman dengan (orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikanNya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zolim. [QS Ali Imran : 140]
Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir [QS Ali Imran : 141] []
Artikel ini juga telah dimuat di :
https://mediaumat.news/menelusuri-jejak-sejarah-para-pembenci-islam-dan-nabi-hingga-akhir-zaman/
Artikel ini juga telah dimuat di :
https://mediaumat.news/menelusuri-jejak-sejarah-para-pembenci-islam-dan-nabi-hingga-akhir-zaman/