MANUSIA PANCASILA - Ahmad Sastra.com

Breaking

Rabu, 04 Maret 2020

MANUSIA PANCASILA



Oleh : Ahmad Sastra

Pasca ungkapan kontroversial kepala BPIP Yudian Wahyudi, kini diskursus tentang Pancasila kembali menajam. Ungkapan agama adalah musuh terbesar Pancasila adalah agama, ayat konstitusi di atas ayat suci dan ucapan salam Pancasila telah menimbulkan kegaduhan intelektual. Apakah tiga ungkapan itu sesuai Pancasila ?.

Diskursus soal Pancasila ini seolah tak pernah berhenti, dimulai sejak kelahirannya hingga implementeasinya oleh setiap rezim yang berkuasa. Hal ini menandakan bahwa Pancasila sebagai seperangkat nilai filosofis sangat terbuka atas interpretasi. Pancasila memang bukan agama dan agama juga bukan Pancasila.

Dari banyak rezim berkuasa selalu memberikan penegasan bahwa Indonesia bukanlah negara agama, namun negara berdasar Pancasila. Namun apakah keduanya saling bertentangan atau justru saling mengisi ?. Dari paradigma inilah, ungkapan Yudian dianggap menimbulkan kegaduhan yang justru berpotensi memecah belah bangsa.

Namun, sangat disayangkan, diskursus yang berkembang seringkali diwarnai oleh kepentingan politik, bukan kepada esensinya. Pemerintah sendiri yang selama ini selalu mencoba menjaga harmonisasi agama dan Pancasila justru seolah bungkam dan membiarkan ucapan kepala BPIP. Sikap pemerintah yang seolah membela Yudian justru menambah kegaduhan lagi.

Mestinya yang harus dilakukan oleh siapapun rezim yang berkuasa adalah mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat. Tugas terbesar BPIP jika isinya adalah orang-orang Pancasilais adalah mengawal, apakah negara telah mewujudkan sila persila atau justru belum. BPIP mestinya tidak bekerja di wilayah diskursus yang seolah selalu menarh curiga kepada rakyat.

Jika dilihat dari esensi nilai-nilai Pancasila, maka wajar jika rakyat selalu memberikan kritik dan masukan kepada pemerintah. Sebab rakyat adalah mareka yang diurus oleh pemerintah. Tidak ada yang salah jika rakyat menuntut agar pemerintah menjaga dan menghargai agama-agama. Pemerintah harus tegas atas penistaan agama yang sering terjadi. Sebab hal ini bertentangan dengan sila pertama.

Adalah wajar juga jika rakyat menuntut pemerintah agar mewujudkan kehidupan yang adil. Ketika kemiskinan makin meluas dan kakayaan negeri dikuasai oleh asing dan aseng, maka adalah hak rakyat untuk mengkritisinya. Sebab sumber daya alam adalah milik rakyat dan harus dikelola negara demi mewujudkan kesejahteraan rakyat. Tidak ada yang salah dari tuntutan rakyat kepada negara yang mengurusnya.

Berbagai budaya asing yang kian menggila di negeri ini juga telah memporak-porandakan moral generasi muda. Kehidupan yang penuh keadaban seolah hanya menjadi mimpi di negeri ini. Berbagai tindak kriminal dan amoral hampir setiap saat mewarnai media massa di negeri ini. Jika pemerintah adalah pancasilais, maka mestinya semua ini tidak terjadi.

Dalam salah satu hymne Pancasila disebutkan kata manusia Pancasila, namun siapakah manusia Pancasila di negeri ini. Seperti apakah karakter pancasilais bagi rezim berkuasa ?. Mengapa setiap kali didiskusikan, Pancasila selalu menghasilkan perdebatan tiada ujung. Sementara masa depan kehidupan rakyat makin hari makin tidak menentu.

Berbagai perbedaan pendapat yang terjadi di tengah-tengah masyarakat mestinya dipandang sebagai bagian dari dinamika berbangsa dan bernegara untuk mendapai kematangan. Perbedaan pendapat mestinya dipandang sebagai kekayaan intektual, bukan dituduh sebagai makar dan karenanya layak dihukum dan dibubarkan. Mestinya pemerintah tidak menjadikan Pancasila sebagai alat gebuk bagi rakyat yang mengkritisinya.

Argumentasi yang berkembang dari rakyat seharusnya didiskusikan dengan argumen yang sehat. Sebab selama argumen itu bertujuan untuk memperbaiki bangsa dan negara ini, maka tidak ada yang mustahil untuk bisa diterapkan. Pemerintah tidak selayaknya mencurigai agama-agama, sebab manusia Pancasila adalah manusia beragama.

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mestinya selalu menjadi visi utama setiap rezim berkuasa. Bangsa Indonesia adalah bangsa religius yang selalu menjadikan keyakinan agama sebagai visi hidup dan matinya. Oleh karenanya, nilai-nilai agama mestinya menjadi spirit bagi ketatalaksanaan negara ini.

Adalah paradoks jika mengaku sebagai negara Pancasila disatu sisi, namun mengabaikan hukum agama disisi lain. Adalah paradoks mewujudkan sila kelima jika yang diterapkan justru sistem ekonomi kapitalisme yang materialistik. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang tidak berorientasi kepada keadilan sosial, tapi berorientasi kepada materialisme.

Islam adalah agama sempurna yang mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan bagi kehidupan manusia seluruhnya. Beberapa kata dalam Pancasila seperti adil, beradab, musyawarah, rakyat, perwakilan dan hikmah justru berasal dari terminologi Islam. Keadilan dalam Islam adalah bersifat universal, karenanya bukan hanya manusia Pancasila yang akan merasakan rahmat, namun seluruh manusia dan alam semesta.

Ketaatan kepada hukum dan aturan agama justru akan mendatangkan keberkahan dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Sementara mengingkarinya justru akan mendatangkan kesempitan hidup bagi rakyat semuanya. Manusia Pancasila adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Pencipta manusia dan alam semesta.

Yang sering jadi persoalan adalah upaya reduksi makna setiap sila dari Pancasila oleh rezim berkuasa. Meski secara esensial, nilai-nilai Pancasila itu sifatnya universal, namun oleh tiap rezim berkuasa justru Pancasila seringkali dipolitsir dna bahkan menjadi alat untuk menjegal masuknya agama dalam ranah negara.

Secara epistemologi, nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, keadaban dan hikmah dalam pandangan Pancasila tidak ditemukan kejelasannya. Bahkan setiap rezim menafsirkan sesuai dengan kepentingan dan ideologinya masing-masing. Namun, ironis, ujungnya rakyat tetap sengsara dari rezim ke rezim.

Oleh karena itu, bagi seorang muslim, mejadi manusia muslim telah cukup, tidak perlu lagi menjadi manusia Pancasila. Sebab Islam adalah ajaran sempurna, maka muslim adalah manusia yang sempurna. Sebagai contoh adalah Rasulullah, manusia sempurna karena ketundukan kepada hukum dan syariat Allah.

Menjadi manusia muslim tidak akan melanggar Pancasila, namun menjadi manusia Pancasila bisa saja melanggar Islam. Menjadi manusia muslim adalah beyond Pancasila atau lebih dari seorang pancasilais, meski tidak mesti harus mengucapkan saya Pancasila. Sebab Al Qur’an tidak memerintahkan untuk menjadi manusia Pancasila, namun menjadi manusia muslim sehidup semati.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”. (QS Al ‘Ashr : 1-3)

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS Az Zariyat : 56). Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al An’am : 162)

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (QS Thaha : 124).

Kesimpulannya bahwa menjadi manusia muslim akan lebih dari sekedar manusia Pancasila (beyond Pancasila). Menjadi manusia Pancasila tidak harus menjadi manusia muslim. Kemusliman akan membawa keselamatan dunia akherat, sementara menjadi pancasilais adalah absurd, belum jelas nasibnya. Maka, jadilah muslim, tanpa teriak saya Pancasila, sebab sudah otomatis.

Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepadaNya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (QS Ali Imran : 102).

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf : 96).

(AhmadSastra,KotaHujan,04/03/20 : 13.00 WIB)

_____________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories