NORMAL, ABNORMAL, NEW NORMAL, TRUE NORMAL



Oleh : Ahmad Sastra

Istilah normal, abnormal dan new normal mencuat seiring dengan munculnya pandemi global covid-19. Oleh Amerika, virus yang dinamakan china virus ini memang pertama muncul di Kota Wuhan China akhir tahun 2019. Kebijakan new normal yang diserukan pemerintah menuai kontroversi.

Sebuah istilah memang erat kaitannya dengan sebuah kondisi tertentu, selain juga bergantung kepada pandangan hidup tertentu pula. Pandangan hidup sekuler tentu sangat berbeda dengan pandangan hidup Islam. Begitupun istilah normal, abnormal maupun new normal sangat berbeda jika diukur dengan timbangan sekulerisme dan Islam.

Sekulerisme adalah ideologi yang memisahkan agama dari kehidupan dimana kebenaran ditentukan oleh kesepakatan manusia berdasarkan seberapa jauh memberi manfaat materi. Sementara Islam menimbang sebuah kondiri berdasarkan hukum syariah, dimana halal dan haram sebagai ukurannya. Tidak semua yang memberikan manfaat dihalalkan dalam Islam.

Kata normal dalam konteks ini adalah sebuah kondisi kehidupan masyarakat sebelum munculnya wabah coronavirus. Kehidupan normal yang dimaksud adalah berjalannya seluruh kegiatan sosial, baik yang negatif maupun positif tanpa ada kendala jarak, waktu dan tempat.

Istilah normal yang dimaksud adalah seperti kehidupan di pasar, pabrik, sekolah, perkantoran dan bahkan kehidupan maksiat tidak terkendala oleh social distancing. Sholat di masjid masih berjalan seperti biasa tanpa ada jarak dan masker. Sholat jumat berjamaah dilakukan seperti biasa tanpa ada kendala.

Kehidupan normal menurut sekulerisme adalah tatkala seluruh aktivitas kehidupan, meski melanggar syara’, berjalan tanpa kendala. Kehidupan malam dengan berbagai kemaksiatan seperti perjudian, pelacuran, diskotik dianggap sebuah kenormalan bagi ideologi sekuler. Kehidupan ekonomi ribawi juga dianggap normal bagi sekulerisme.

Padahal menurut pandangan Islam, kehidupan sekuleristik yang demikian justru terkategori abnormal atau melanggar hukum syara’. Normal menurut sekulerisme justru abnormal menurut Islam. Karena itu hadirnya pandemi corona ini sebagai sebuah qodho dari Allah selalu mengandung hikmah yang bisa diambil.

Oleh sekulerisme, hadirnya pandemi menilai kehidupan sosial manjadi abnormal. Ketika sekolah libur panjang dan belajar di rumah disebut abnormal. Ketika pabrik-pabrik berhenti berproduksi disebut abnormal. Ketika perkantoran ditutup dan work from home disebut abnormal. Disaat kehidupan malam yang penuh kemaksiatan terhenti karena corona disebut juga abnormal. Ketika ada social distancing dan menggunakan masker disebut juga abnormal.

Abnormal menurut sekulerisme belum tentu abnormal menurut Islam. Berhentinya segala macam kehidupan maksiat yang disebabkan oleh merebaknya virus corona justru merupakan kehidupan yang normal menurut Islam. Terhentinya pabrik-pabrik yang selama ini menyumbang banyak polusi udara adalah kehidupan yang normal menurut Islam. Bekerja dari rumah, belajar di rumah, menggunakan penutup mulut, diskusi menggunakan aplikasi zoom adalah sesuatu yang mubah dalam pandangan Islam.

Nah setelah itu muncullah istilah new normal yang digaungkan oleh pemerintah yang dikaitkan dengan kembalinya aktivitas secara normal di tengah pandemi covid-19. Sontak gagasan ini menuai protes karena terkesan dipaksakan dan bahkan prematur. Agumentasi yang berkembang adalah karena new normal akan diberlakukan justru disaat pandemi masih tinggi. Perkembangan sampai tanggal 6 Juni 2020, positif corona di Indonesia mencapai 30.514, sembuh 9.907 dan meninggal 1.801 orang.

Perancis dan Korea bahkan gagal menerapkan new normal di tengah pandemi, karena justru menyebabkan lonjakan tinggai masyarakat yang terpapar corona. New normal juga mendapatkan protes karena hanya berorientasi ekonomi dan mengabaikan keselamatan nyawa rakyat Indonesia. New normal juga menunjukkan kegagalan negara ini dalam menangani pandemi covid-19 ini.

New normal yang berorientasi kapitalistik justru akan memunculkan kondisi abnormal jika yang menjadi timbangan adalah sekulerisme. New normal jika yang diinginkan pemerintah adalah berjalannya kembali semua aktivitas sosial yang melanggar hukum Allah, maka new normal adalah kembali kehidupan yang abnormal. New normal kapitalistik juga berarti kembalinya kehidupan gelap yang sekuleristik.

Lebih ironis lagi ketika pemerintah justru menggolkan berbagai kebijakan yang sangat menyakitkan hati rakyat di tengah pandemi ini. Kenaikan iuran BPJS, undang-undang minerba, undang-undang HIP dan perppu corona adalah sejumlah peraturan yang justru menegaskan bahwa pemerintah ini tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Negeri ini justru tengah terjerembab dalam jebakan kapitalistik dan komunistik.

New normal di tengah pandemi yang belum landai dan bahkan masih eksponensial adalah sebuah kebijakan yang berbahaya bagi keselamatan nyawa rakyat, jika tidak diikuti oleh disiplin protokol corona yang ketat. New normal yang hanya karena desakan para kapitalis justru berpotensi menambah jumlah orang yang terpapar corona.

New normal yang berarti penyesuaian kehidupan yang berbasis teknologi komunikasi seperti zoom dalam rapat adalah sesuatu yang mubah dalam pandangan Islam. Sementara pembukaan sekolah-sekolah dan tempat ibadah dengan dalih new normal namun tidak diikuti oleh hilangnya pandemi, maka akan sangat berbahaya juga bagi keselamatan. Idealnya new normal itu dilakukan disaat pandemi telah selesai dan telah pula ditemukan vaksinnya.

Islam adalah solusi, sementara sekulerisme adalah pembawa masalah. Islam membawa kehidupan yang normal secara hakiki. Jika saat pandemi, masyarakat menggunakan masker, maka dalam Islam muslimah memang diwajibkan mengenakan jilbab. Islam juga melarang kehidupan malam yang penuh kemaksiatan. Islam mengajarkan kehidupan sosial yang baik bagi masyarakat.

Kehidupan Islami adalah kehidupan true normal, kenormalan yang sesungguhnya. Sementara kehidupan sekuler adalah kehidupan abnormal yang sesungguhnya. Islam tidak hanya menawarkan new normal, namun true normal. Kehidupan true normal adalah kehidupan masyarakat islami yang sejalan dengan hukum syariah dalam seluruh aspekanya, baik berpakaian, makan, ekonomi, pendidikan, politik dan budaya.

Kehadiran pandemi virus corona, jika disikapi dalam timbangan iman, maka akan didapatkan hikmah besar di balik musibah ini. Corona adalah bukti kekuasaan Allah yang mampu merobohkan kesombongan peradaban kapitalisme sekuler. Tinggal kaum muslimin mengambil kesempatan ini untuk mewujudkan true normal, yakni kehidupan islami dibawah penerapan syariah secara kaffah.

Istilah normal, abnormal, new normal maupun true normal adalah bergantung kepada timbangan apa yang mendasarinya. Sebagai muslim, maka hanya Islamlah yang menjadi timbangan pikiran dan sikap dalam kehidupan, bukan sekulerisme. Selain yakin akan qodho Allah, maka seorang muslim juga diminta berikhtiar maksimal dalam menyikapi wabah corona ini.

(AhmadSastra,KotaHujan,06/06/20 : 19.10 WIB)

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Categories