Oleh : Ahmad Sastra
Tahun 1441 H segera meninggalkan, sementara tahun 1442 H menjelang. Mestinya kita bertanya, kemana seharusnya bangsa ini mengarah ?. Kemana sebenarnya bangsa ini sedang mengarah ?. Sudahkah cita-cita para pendahulu bangsa telah tercapai ?. Tiga pertanyaan paling mendasar untuk menunjukkan identitas bangsa yang sebenarnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa perjalanan panjang bangsa Indonesia senantiasa diwarnai oleh berbagai peristiwa dalam rangka menemukan jati diri bangsa ini.
Pertanyaan pertama adalah pertanyaan normatif sekaligus historis. Normatif dalam arti bahwa berdirinya sebuah negara dengan segala kebijakan pemerintahnya adalah demi mewujudkan bangsa yang beriman, berdaulat, adil, makmur, aman dan sejahtera. Dalam bahasa sansekerta kondisi ini sering diungkapkan dengan istilah gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo.
Satu hal yang tidak mungkin dipungkiri adalah bahwa setiap bangsa memiliki visi bagi kesejahteraan rakyatnya, meski kadang hanya sekedar retorika politik. Instrumen fundamental yang digunakan untuk merealisasikan cita-cita kebangsaan suatu negara adalah nilai-nilai ideologis yang diyakini. Ideologi negara adalah seperangkat paham dan keyakinan yang melahirkan sistem aturan bagi kehidupan rakyatnya. Identitas negara sangat dipengaruhi oleh landasan ideologinya.
Negara-negara yang mengadopsi ideologi kapitalisme seperti Amerika dan Eropa juga memberikan janji kepada rakyatnya untuk bisa hidup sejahtera. Demikian pula ideologi komunismepun menjanjikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Apalagi ideologi Islam, sebuah ideologi yang datang dari Allah juga merupakan seperangkat sistem nilai yang bisa mengantarkan rakyatnya sejahtera lahir batin. Ketiga ideologi ini sama-sama merupakan sistem nilai yang diterapkan oleh sebuah negara, namun memiliki perbedaan yang mendasar.
Perbedaan yang fundamental antar ideologi negara akan memunculkan berbagai benturan ideologis yang tidak mungkin di satukan. Antara Islam dan komunisme tidak mungkin disatukan, kapitalisme dengan komunisme juga demikian, apalagi Islam dan kapitalisme. Sudah menjadi sunnatullah yang haq dan yang batil tidak bisa disatukan. Allah menegaskan larang mencampur aduk kebenaran Islam dan kebatilan dalam surat Al Baqarah ayat 42, “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui”.
Ideologi kapitalisme memandang kesejahteraan sosial adalah dengan pandangan pragmatis. Bagi kapitalisme, kesejahteraan adalah tercapainya keinginan materi dan kesenangan yang bersifat duniawi semata. Sebab kapitalisme memiliki fundamental nilai yang berakar dari sekulerisme. Sekulerisme memandang agama tidak punya peran bagi urusan-urusan kenegaraan. Dalam pandangan sekulerisme, agama hanya dianggap sebagai urusan private setiap individu.
Dengan ideologi kapitalisme yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi oleh segelintir pemilik modal telah mengakibatkan jurang kesenjangan ekonomi yang semakin menganga. Kemiskinan dan kesengsaraan yang dijanjikan kapitalisme justru berujung kepada kesengsaraan rakyat banyak. Sebab rakyat banyak hanyalah dianggap sebagai budak-budak kaum kapitalis demi menambah kekayaan mereka. Tidak mengherankan jika negara-negara kapitalisme justru sering terjadi krisis ekonomi.
Sebaliknya, sistem komunisme seolah berpihak kepada rakyat miskin dan menentang kaum kapitalis atau borjuis. Namun disisi lain, istilah kesejahteraan dimaknai oleh komunisme sebagai tercapinya materi semata. Bahkan ideologi ini mengabaikan sama sekali peran Tuhan dengan tidak mempercayai adanya Tuhan. Nilai keyakinan komunisme inilah yang telah melahirkan pemerintahan diktator, karena pemimpinnya menganggap dirinya sebagai tuhan. Akibatnya, bukan kesejahteraan yang didapatkan rakyat, melainkan kenestapaan dan kesengsaraan lahir batin.
Allah dengan tegas telah memberikan ilustrasi fakta ini dalam surat ar Ruum : 41, “ telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Perjalanan suatu negara di dunia adalah sebuah kontestasi nilai dan ideologi, saling mempengaruhi dan saling menguasai. Sayangnya dalam kontestasi nilai yang terjadi, nilai-nilai Islam belum dapat dirasakan pengaruh dan perannya. Padahal nilai Islam adalah nilai yang paling baik diantara nilai kapitalisme dan komunisme. Islam adalah sistem sosial yang memberikan rahmat bagi seluruh manusia dan alam semesta. Itu janji Allah, pemilik alam semesta.
Islam bukan hanya berorientasi kesejahteraan duniawi semata, melainkan juga keselamatan dan kebahagiaan di akherat. Kekuasaan dipandang sebagai amanah yang bernilai ibadah dan akan dipertanggungjawabkan di akherat. Ideologi Islam melampaui rasionalitas kapitalisme dan komunisme. Ideologi Islam bersifat suprarasional.
Dalam pandangan sistem nilai Islam, manusia adalah materi dan ruh, sebagai hamba yang ditugaskan untuk menjaga dan memakmurkan bumi atau khalifatul fil ardh. Untuk itulah manusia diberikan akal, otak, panca indera untuk diberikan kebebasan memilih dan berfikir dan membedakan kebaikan dan keburukan. Amal perbuatan manusia diperhitungkan oleh Allah apakah baik atau buruk.
Manusia dalam sistem nilai Islam harus menyadari sepenuhnya dari mana mereka berasal, untuk apa mereka hidup di dunia dan hendak kemana setelah mati. Dengan pemahaman inilah manusia dalam Islam memiliki visi mulia yang disebut dengan istilah ibadah. Ibadah dalam arti luas, termasuk dalam bidang budaya.
Perjalanan kenabian Rasulullah adalah perjalanan dakwah dan perjuangan untuk membangun sebuah peradaban agung yang sarat dengan nilai-nilai religius, menggantikan peradaban jahiliyah yang paganistik dan amoral. Beliau bukan hanya dikenal sebagai pemimpin duniawi, melainkan juga pemimpin agama sekaligus. Hal ini menegaskan bahwa Islam bukanlah agama ritualistik semata, melainkan sistem kehidupan yang sempurna dan holistik. Islam mengajak kepada kehidupan yang agung di dunia dan kebahagiaan di akherat menggantikan sistem kehidupan yang sekuleristik.
Visi peradaban profetik inilah yang mengantarkan Rasulullah memiliki peran sempurna dalam upaya merealisasikan Islam rahmatan lil’alamin sepanjang perjalanan dakwah putra Abdullah ini. Tidak mengherankan jika Michael D Hart, seorang cendekiawan Barat bahkan menempatkan Rasulullah sebagai urutan pertama tokoh dunia paling agung dan berhasil dalam menegakkan peradaban kemanusiaan.
Menurutnya, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih kesuksesan luar biasa dalam hal dunia maupun agama. Dia sukses memimpin masyarakat yang awalnya terbelakang dan terpecah belah menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.
Warisan sejarah bukanlah sekedar sebuah romantisme tanpa makna atau hanya sekedar menjadi berhala tanpa ruh yang dibanggakan dan diceritakan dimana-mana. Sejarah juga bukan sekedar dokumentasi naratif yang hanya dipampang di rak-rak perpustakaan.
Sejarah perjalanan dakwah Rasulullah adalah sebuah warisan nilai yang dibangun diatas keyakinan dan ghirah perjuangan untuk mewujudkan peradaban mulia. Karenanya sejarah Rasulullah bukanlah sekedar warisan konseptual belaka melainkan juga merupakan warisan metodologis yang bisa diaplikasikan pada masa kini untuk meraih kemajuan bangsa.
Sistem nilai Islam melarang manusia untuk berbuat buruk dan merusak kehidupan. Allah mengingatkan dalam surat al A’raaf : 85, “ dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman".
Inilah karakteristik epistemologi Islam yang mengintegrasikan antara fenomena kosmos, sains dan teologis sekaligus. Prinsip suprarasionalistik sistem Islam ini akan mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa adidaya dan super power, kokoh ekonominya, sejahtera rakyatnya, berdaulat politiknya, merdeka negaranya dan juga mulia martabatnya. Itupun jika negeri ini mau menerapkannya.
(AhmadSastra,KotaHujan,18/08/20 : 21.20 WIB)
_________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad