SPIRITUALISASI DIGITAL - Ahmad Sastra.com

Breaking

Rabu, 23 September 2020

SPIRITUALISASI DIGITAL

 


 

 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Revolusi teknologi informasi yang ditandai oleh adanya internet, smart phone dan aplikasi virtual telah memberikan pengaruh besar terhadap pola kehidupan masyarakat dunia. Melalui landskap digital, hampir tak ada jarak lagi antar manusia, bahkan antar negara. Revolusi informasi ini telah membawa dilema sosial, sebab ada kepentingan kapitalisme di belakangnya.

 

Internet telah berhasil menghubungkan seluruh manusia di dunia dalam satu ruang digital untuk saling berkomunikasi, baik verbal maupun visual. Konten negatif maupun positif terus menggelombang setiap detiknya memenuhi  ruang digital. Setiap detik, jutaan manusia mengakses informasi digital, bahkan tidak pernah berhenti, silih berganti.         

 

WeareSocial dan Hootsuite, tiap tahun merilis tentang lanskap digital. Data tahun 2020 mengungkap beberapa hal menarik terkait perkembangan dunia digital di seluruh dunia. Berdasarkan Digital 2020 terungkap bahwa pengguna internet di seluruh dunia telah mencapai angka 4,5 milyar orang. Angka ini menunjukkan bahwa pengguna internet telah mencapai lebih dari 60 persen penduduk dunia yang kini mencapai angka  7.794.798.739.         

 

Sebanyak 4,5 milyar, dari jumlah penduduk dunia 7,8 milyat, ternyata yang telah menggunakan sosial media sebanyak 3,8 milyar. Angka pengguna sosial media dengan demikian sangat tinggi, sebab dengan perbandingan seperti ini pengguna sosial media itu ibarat ada 10 orang berkumpul dan ada 8 orang yang telah menggunakan sosial media.

 

Jika dilihat dari sisi waktu penggunaan internet, maka didapatkan data bahwa pengguna internet masyarakat dunia rata-rata menghabiskan waktu selama 6 jam 43 menit. Sepertiga dari waktu atau sekitar 2 jam 24 menit untuk online tersebut digunakan untuk mengakses sosial media setiap harinya.

 

Masih berdasarkan hasil riset  WeareSocial dan Hootsuite yang dirilis Januari 2019 pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Jumlah tersebut naik 20% dari survei sebelumnya. Sementara pengguna media sosial mobile (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi yang kini mencapai angka 269,6 juta jiwa.

 

Youtube menjadi platform yang paling sering digunakan pengguna media sosial di Indonesia berusia 16 hingga 64 tahun. Persentase pengguna yang mengakses Youtube mencapai 88%. Media sosial yang paling sering diakses selanjutnya adalah WhatsAppa sebesar 84%, Facebook sebesar 82%, dan Instagram 79%.

 

Bahkan dari 200 negara, terdapat lima negara yang penduduknya telah melakukan penetrasi digital mencapai angka 99 persen. Negara-negara tersebut adalah Islandia, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab dan Bahrain. Kelima negara tersebut merupakan negara dengan pendapatan per kapita di atas 50.000 dolar per tahun.

 

Menurut Yudha Pedyanto, ketika orang mengakses Google, Facebook, WhatsApp atau Instagram, maka pengakses bukanlah sebagai konsumen, melainkan sebagai produk, sebab konsumennya mereka adalah para pemasang iklan.  Ada adagium yang mengatakan: “If you're not paying for the product you are the product”. Jika Anda tidak membayar sebuah produk, maka Anda adalah produknya.

 

Lebih tepatnya ditegaskan oleh Yudha, atensi netizen adalah produknya yang dijual kepada para pemasang iklan. Atensi manusia telah menjadi produk yang telah mengantarkan Google dan Facebook menjadi perusahaan-perusahaan super kaya. Yudha menyebut produk atensi ini sebagai emas pikiran, untuk membedakan dengan produk-produk lain sebelum ada revolusi digital.

 

Kapitalisme ada di belakang semua ini. ideologi ini tak peduli dengan nilai-nilai baik buruk, sebab yang terpenting adalah terpenuhinya orientasi materi. Semakin banyak terjadi persoalan di media sosial, justru semakin dimanfaatkan untuk menambah pundi-pundi materi. Media sosial berbasis kapitalisme tak lagi peduli antara fakta atau hoak, antara baik dan buruk bahkan antara halal dan haram.

 

Berdasarkan data yang disajikan Kemkominfo di hadapan rapat kerja dengan Komisi I DPR, Selasa (28/11), dalam periode Januari-Oktober 2017, ada 51.456 konten negatif di internet yang dilakukan berdasarkan aduan masyarakat di Indonesia. Konten pornografi berada di tempat teratas dengan 16.902 pemblokiran, selanjutnya hoax sebanyak 7.633 konten, konten perjudian sebanyak 4.319, dan konten penipuan online 2.457.

 

Tentu saja konten negatif ini bisa merusak mentalitas bangsa ini, mengingat pengakses internet di negeri ini dari berbagai umur. Bagaimana mungkin bisa membentuk generasi berkarakter, jika generasi bangsa ini justru terjerembab dalam jurang kegelapan lubang digital. Pemerintah mestinya lebih serius menangani masalah besar ini, jika masih ingin negeri ini bermartabat.

 

Pemerintah dengan kekuatan kewenanagan dan regulasinya adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas baik atau buruknya generasi bangsa di negeri ini. Sementara masyarakat Indonesia bertugas membanjiri ruang digital dengan konten-konten positif seperti spiritualitas dan intelektualitas. 

 

Spiritualisasi digital ini sifatnya mendesak dan sangat penting, sebab hal ini berkaitan erat dengan upaya pembentukan generasi masa depan bangsa ini. Dapat dibayangkan jika generasi negeri ini telah terpapar pornografi, maka masa depan bangsa ini sedang menuju kegelapan peradaban.

 

Spiritualisasi digital juga bisa dimulai dari pendidikan keluarga kepada anak-anaknya agar bisa berkontribusi positif saat menggunakan dunia maya. Sekolah juga harus dengan serius memberikan bimbingan dan pengawasan kepada para muridnya agar tidak terjerumus dalam gelapnya lubang digital. Sementara pemerintah mesti tegas membangun spiritualitas dan intelektualitas berbasis digital ini.

 

Gerakan internet sehat harus terus menjadi gerakan sosial di negeri ini. Spiritualisasi digital akan mengubah generasi negeri ini menjadi lebih positif, produktif dan konstributif. Meski secara bisnis, dunia digital sangat menggiurkan, namun pengaruhnya terhadap mentalitas dan kepribadian bangsa sangat besar. Kerusakan karakter suatu bangsa adalah awal dari kehancuran sebuah negara.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,23/09/20 : 08.00 WIB)

 

 

 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

1 komentar:

Categories