ULAMA PENJAGA AL QUR’AN ITU TELAH TIADA - Ahmad Sastra.com

Breaking

Kamis, 14 Januari 2021

ULAMA PENJAGA AL QUR’AN ITU TELAH TIADA



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhari)

 

An Nawawi mengatakan bahwa hadits ini menjelaskan bahwa maksud diangkatnya ilmu yaitu sebagaimana pada hadits-hadits sebelumnya secara mutlak. Bukanlah menghapuskannya dari dada para penghafalnya, akan tetapi maknanya adalah wafatnya para pemilik ilmu tersebut. Manusia kemudian menjadikan orang-orang bodoh untuk memutuskan hukum sesuatu dengan kebodohan mereka. Akhirnya mereka pun sesat dan menyesatkan orang lain (Syarh Nawawi lishahih Muslim 16/223-224)

 

Beberapa minggu ke belakang, Indonesia banyak kehilangan para ulama, kyai dan pimpinan pesantren yang wafat. Syaikh Ali Jaber, ulama yang melahirkan banyak penghafal Al Qur’an di negeri inipun wafat pada Kamis 14/1 di Rumah Sakit Yarsi, Jakarta, pukul 08.30 WIB.

 

Tentu saja duka mendalam bagi negeri ini dan umumnya umat Islam seluruh dunia tatkala para suluh pencerah umat banyak yang meninggal dunia. Peristiwa meninggal sebenarnya peristiwa yang biasa terjadi, namun meninggalnya ulama yang sulit tergantikan, kehilangan ulama ibarat kehilangan suluh dan lentera yang selama ini menjadi penerang bagi perjalanan kehidupan.

 

Syaikh Ali Jaber adalah ulama asal Madinah, Arab Saudi yang kini telah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Di negeri ini, nama Syaikh Ali Jaber semakin kondang setelah menjadi juri kontes Hafiz Indonesia. Ulama Madinah ini telah banyak memberikan kebaikan bagi negeri ini dengan terus melahirkan dan mengkader para penghafal Al Qur’an.

 

Ali Saleh Mohammed Ali Jaber atau yang lebih dikenal dengan Syaikh Ali Jaber adalah pendakwah dan ulama yang telah banyak memberikan pencerahan kepada bangsa ini. Ulama yang lahir di Madinah 3 Pebruari 1976 ini kini telah meninggalkan negeri ini dan umat untuk selamanya dalam usia 44 tahun.

 

Ulama adalah mutiara yang tak bisa tergantikan. Negeri ini akan kehilangan aset paling berharga, jika ditinggal ulama. Negeri ini termasuk zalim jika tidak serius menjaga dan melindungi keselamatan para ulama. Tidak mudah melahirkan kembali ulama besar, jika tidak hendak dikatakan mustahil. Ulama adalah pencerah dalam kegelapan kehidupan. Dalam arus politik sekuleristik, peran ulama dalam meluruskan arah bangsa sangat dibutuhkan.


Ditegaskan dalam Islam bahwa ulama adalah pewaris para nabi. Ulama pewaris nabi adalah orang-orang yang mengetahui ajaran Nabi saw, baik yang menyangkut perkara-perkara akidah maupun syariah. Mereka pun berusaha menyifati budi pekerti dan seluruh amal perbuatannya dengan ilmu yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah Nabi saw. Mereka takut berpaling atau dipalingkan dari syariah Islam karena makrifatnya yang sempurna kepada Allah SWT dan sifat-sifat-Nya.

 

Sebab, mereka menyadari sepenuhnya bahwa keulamaan seseorang ditentukan sejauh mana ketakutannya kepada Allah SWT. Imam Hasan al-Bashri berkata:  “Orang alim adalah orang yang takut kepada Ar-Rahmân, berhasrat pada apa yang Allah cintai, dan meninggalkan apa yang Allah benci.” Lalu Imam Hasan al-Bashri membaca firman Allah (yang artinya): Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah di antara para hamba-Nya hanyalah para ulama. Sesungghuhnya Allah Maha Mulia dan Maha Pengampun (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, III/668).

 

Ulama adalah sosok yang berjalan di belakang keteladanan Rasulullah. Terkait peran strategis ulama, Rasulullah bersabda,”Ingatlah, sejelek-jelek keburukan adalah keburukan ulama dan sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan ulama”. [HR Ad Darimi].

 

Dari ucapan Rasulullah itulah muncul istilah dalam literatur Islam frasa ulama su’ dan ulama yang lurus. Kata ulama adalah bentuk jama’ dari ‘alim yang artinya ahli ilmu atau ilmuwan. Sementara kata su’ adalah masdar dari sa’a-yasu’u-saw’an yang artinya jelek, buruk dan jahat. Secara bahasa arti ulama su’ adalah ahli ilmu atau ilmuwan yang buruk dan jahat.

 

Ilmu dan ulama adalah dua kata yang saling berkaitan. Ulama adalah orang berilmu. Secara garis besar ulama terbagi tiga  (1) yang mengenal Allah; (2) yang memahami perintah Allah; (3) yang mengenal Allah dan memahami perintah-Nya. Ulama yang mengenal Allah adalah mereka yang takut kepada Allah, namun tidak memahami Sunnah.

 

Ulama yang memahami perintah Allah adalah mereka yang memahami Sunnah, tetapi tidak takut kepada Allah. Adapun ulama yang mengenal Allah dan memahami perintah-Nya adalah mereka yang memahami Sunnah dan takut kepada Allah. Inilah orang yang disebut-sebut dengan kebesaran di kerajaan langit (HR al-Baihaqi, Syu’âb al-Imân).

 

Shaikh Ali Jaber dikenal sebagai ulama yang banyak melahirkan kader-kader penghafal Al Qur’an di negeri ini. Para penghafal Al Qur’an adalah mereka yang menjaga al Qur’an, baik dari sisi hafalan maupun perbuatan. Islam sangat memuliakan para penghafal Al Qur’an. Sebab Al Qur’an adalah sumber kebenaran yang mampu menyelamatkan manusia dan bangsa di dunia dan akhirat selama mau terikat kepada hukum-hukum yang ada di dalamnya. Salah satu keutamaan penghafal Al Qur’an adalah bahwa dia yang pertama layak dipilih sebagai imam atau pemimpin.

 

Dari Abu Mas’ud Al-Ansori berkata, Rasulullah sallallah  bersabda, “Yang mengimami suatu kaum adalah yang paling banyak hafalan Kitab Allah, kalau dalam bacaan (hafalan) itu sama, maka yang lebih mengetahui sunnah. Kalau dalam sunah sama, maka yang paling dahulu hijrahnya. Kalau dalam hijrahnya sama, maka yang paling dahulu masuk Islam. Dan jangan seseorang menjadi Imam atas saudaranya dalam kekuasaannya. Dan jangan duduk di tempat duduk khusus di rumahnya kecuali atas seizinnya” ( HR. Muslim, 673).

 

Para ulama pasti akan Allah wafatkan karena setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Hendaknya kita terus semangat mempelajari ilmu dan mengamalkannya. Shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu berkata,  “Wajib atas kalian untuk menuntut ilmu, sebelum ilmu tersebut diangkat/dihilangkan. Hilangnya ilmu adalah dengan wafatnya para periwayatnya/ulama. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh orang-orang yang terbunuh di jalan Allah sebagai syuhada, mereka sangat menginginkan agar Allah membangkitkan mereka dengan kedudukan seperti kedudukannya para ulama, karena mereka melihat begitu besarnya kemuliaan para ulama. Sungguh tidak ada seorang pun yang dilahirkan dalam keadaan sudah berilmu. Ilmu itu tidak lain didapat dengan cara belajar .” (Al-’Imu Ibnu Qayyim, hal. 94)

 

Akhirnya, semoga Shaikh Ali Jaber mendapatkan husnul khotimah dan seluruh amal baiknya bisa dilanjutkan oleh generasi umat mendatang hingga lahir kembali ulama-ulama penjaga Al Qur’an sebagai penerus beliau. Semoga Al Qur’an menjadi sumber nilai kebenaran bagi perjalanan umat dan bangsa ini agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,14/01/20 : 12.11 WIB)

 

 

 

 

 

 

 



 

 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories