Oleh : Ahmad Sastra
Syahid merupakan salah satu terminologi dalam Islam yang artinya adalah seorang Muslim yang meninggal ketika berperang atau berjuang di jalan Allah membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk menegakkan agama Allah. Menegakkan agama Allah maknanya adalah berperang dijalan Allah membela Islam. Meski demikian, dalam Islam, mati syahid tidak hanya ketika gugur di medan perang.
HR An-Nasa`i menyebutkan mati syahid ada tujuh macam selain berperang di jalan Allah Azza wa Jalla; Orang yang meninggal karena penyakit tha’un (wabah pes) adalah syahid, orang yang meninggal karena sakit perut adalah syahid, orang yang meninggal tenggelam adalah syahid, orang yang meninggal tertimpa benda keras adalah syahid, orang yang meninggal karena penyakit pleuritis adalah syahid, orang yang mati terbakar adalah syahid dan seorang wanita yang mati karena hamil adalah syahid.”
Mati syahid saat perang membela agama Islam memiliki keistimewaan dalam Islam. Syekh Majdi Muhammad Asy-Syahawi dalam bukunya yang berjudul Bekal Menggapai Kematian yang Husnul Khatimah menuliskan enam keistimewaan mati syahid di medan perang. Ciri ini diisyaratkan oleh sabda Rasulullah SAW, "Orang yang mati syahid memperoleh enam keistimewaan di sisi Allah, Yaitu: Diampuni ketika tetesan darah pertamanya jatuh dan langsung melihat surga tempat tinggalnya seketika itu, dia dilindungi dari siksa kubur, dia aman dari ketakutan yang paling besar, dikenakan padanya pakaian keimanan, dia dinikahkan dengan bidadari, dan dia diizinkan untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh orang kerabatnya." (HR Ahmad).
Indonesia berduka, 53 anggota TNI AL meninggal dunia bersamaan tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402. Terlepas dari berbagai spekulasi yang berkembang atas penyebab tenggelamnya KRI 402 yang hingga kini masih belum bisa dipastikan, jika para awak adalah seorang muslim, maka mereka gugur dalam keadaan syahid. Kematian adalah ajal yang tidak mungkin dimajukan atau dimundurkan oleh manusia.
Berbagai spekulasi liar berkembang seputar penyebab tenggelamnya KRI Nanggala 402 yang membawa 53 awak anggota TNI AL ini. Dari mulai spekulasi sabotase hingga diakibatkan oleh faktor alam. Pemerintah tetap yang paling bertanggungjawab untuk mengungkap kepastian penyebab tenggelamnya KRI Nanggala 402 tersebut untuk kemudian menjadi bahan evaluasi komprehensif.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengatakan, analisis awal tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 lebih pada faktor alam. Ia mengatakan, dari sejumlah laporan awal penyebab tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 buatan Jerman ini juga bukan karena kesalahan manusia mau pun black out atau mati listrik.
Seluruh awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang berjumlah 53 dinyatakan gugur, Minggu (25/4/2021) sore. Hal ini disampaikan oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Minggu petang. "Berdasar bukti-bukti otentik tersebut dapat dinyatakan bahwa KRI Nanggala-402 telah tenggelam dan seluruh awaknya telah gugur," kata Hadi.
KRI Nanggala (402), juga dikenal sebagai Nanggala II, merupakan kapal selam kedua dalam jenis kapal selam kelas Cakra. KRI Nanggala berada di bawah kendali Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur. Kapal selam KRI Nanggala 402 ditemukan di kedalaman 838 meter di perairan utara Bali, dan 53 awaknya dinyatakan gugur.
Secara spiritual, sudah sangat banyak berbagai bencana alam dan non alam terjadi di negeri ini yang seharusnya menjadi renungan mendalam apa gerangan yang terjadi di negeri ini sehingga banyak bencana yang menimpa. Islam memberikan peringatan tegas bahwa berbagai bentuk musibah dan kerusakan di dunia ini adalah akibat kesalahan manusia itu sendiri, sebab Allah tidak pernah menzalimin manusia.
Sesungguhnya Allah tidak Menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar (QS An Nisaa’ : 40)
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30). Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS Ar Rum : 41).
(AhmadSastra,KotaHujan,26/04/21 : 11.15 WIB)
__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad