POLITIKUS DAN AIR MATA BUAYA - Ahmad Sastra.com

Breaking

Jumat, 06 Mei 2022

POLITIKUS DAN AIR MATA BUAYA



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Selama berada di dunia, maka akan ada kondisi yang menjadikan senang, sedih, marah, dan perasaan yang lain. Karena itu di dunia akan akan didapati senyum, tawa, dan juga tangis.

 

Menangis adalah manusiawi, bahkan hewan sekalipun bisa menangis, apalagi manusia. Bahkan para Nabi dan Rasul sekalipun pernah menangis. Hal ini menegaskan bahwa setiap orang punya air matanya sendiri. Buktinya, Anda pernah menangis kan ?

 

Menangis termasuk perbuatan yang dikenal sebagai salah satu ekspresi batin bagi manusia. Banyak faktor yang membuat orang menangis. Kadang seseorang menagis karena datangnya sebuah kondisi yang memilukan dan menyedihkan. Kadang menangis juga terjadi karena berada dalam kondisi begitu bahagia, yang dikenal sebagai terharu. Contohnya misalnya, seorang anak yang telah puluhan tahun tidak bertemua ibunya, lantas bertemu. Terharu hingga menangis juga bisa dialami oleh orang tua yang menyaksikan kesuksesan anaknya.

 

Tetesan air mata manusiawi adalah ekspresi kesedihan seseorang saat sakit atau kehilangan orang-orang yang dicintai. air mata manusiawi adalah refleksi kejujuran sekaligus tanda keterbatasan manusia. Air mata manusiawi adalah air mata karena gejala psikologis.

 

Ada juga air mata yang menetes sebagai ekspresi penyesalan atas dosa dan maupun curahan cinta kepada Allah SWT. Kecintaan seorang hamba kepada Allah seringkali ditandai dengan tetesan air mata.

 

Bahkan Allah memuliakan hamba-hambaNya yang meneteskan air mata yang ditujukan kepada Allah. Air mata dari hamba-hamba Allah yang soleh adalah air mata spiritualis. Air mata seorang muslim adalah air mata kemuliaan karena rasa takut kepada Allah.

 

Rasulullah bersabda : dua mata yang selamanya tidak akan disentuh oleh api neraka yakni mata yang semalaman menjaga kaum muslimin di peperangan dan mata yang menangis karena takut pada Allah (Ahmad bin Abi Bakar al-Bushiry, Ittihaf al-Kiyaroh al-Maharoh Bi Zawaid al-Masanid al-Asyaroh, j. 5 h. 125).

 

Seseorang yang menagis karena takut pada Allah Tidak akan pernah masuk neraka  sampai susu kembali ke dalam kantong kelenjar susu binatang dan selamanya tidak akan  berkumpul antara debu yang ada dalam peperangan dengan asap api neraka jahanam pada hidung orang muslim. (al-Hakim, al-Mustadrak ‘ala as-Shahihayn)

 

Tidak ada mata yang dipenuhi oleh cucuran air kecuali Allah haramkan jasadnya atas api neraka, dan bila air mata itu mengalir pada pipinya maka wajahnya tidak akan pernah ditimpa kesusahan dan kehinaan, tidak ada perbuatan yang tidak ada nilai dan pahalanya kecuali tetesan air mata karena tetesan itu dapat memadamkan lautan api neraka, dan andaikan ada seseorang yang menangis karena takut pada Allah ta’ala di antara satu umat dari berbagai umat di dunia niscaya aku akan menyangi umat itu karena tangisanya. (al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman)

 

Air mata psikologis adalah air mata kejujuran sekaligus keterbatasan. Air mata spiritualis adalah air mata kesholehan. Namun ada tipe air mata yang justru menipu, namanya air mata politis.

 

Air mata politis adalah tetesan air mata bukan karena kejujuran dan kesholehan namun digunakan untuk menipu manusia lain agar bersimpati kepadanya dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Misalnya seorang pengemis yang berpura-pura kakinya buntung untuk mendapatkan simpati orang lain. Begitupun air mata, bisa digunakan untuk menipu.

 

Air mata politis biasanya juga dipakai oleh para politisi yang ketahuan korupsi. Saat ditangkap, dia seperti menyesal dan meminta maaf kepada rakyat karena dirinya telah menjadi pengkhianat. Biasanya dia akan mengucurkan air mata sebagai tanda penyesalan, padahal kebanyakan hanya tipuan belaka. Setelah bebas, mungkin dia akan korupsi lebih besar lagi.

 

Air mata politik juga didramatisir oleh para politikus busuk, seolah dia simpati atas penderitaan rakyat. Air matanya dipake untuk menipu rakyat, seolah dia membela rakyat, padahal tujuannya hanya untuk menarik simpati rakyat belaka. Setelah dia terpilih sebagai pemimpin, ternyata kebijakannya justru lebih menyengsarakan rakyat. Politikus busuk pandai bersandiwara untuk menipu rakyat, maka waspadalah. Guffman membahasakan sebagai dramaturgi atau dalam bahasa nusantara sebagai air mata buaya.

 

Air mata politis juga didramatisir oleh para politikus busuk untuk mendapatkan simpati dan empati rakyat saat menjelang pemilu. Air mata politis ini digunakan dia untuk pura-pura simpati kepada nasib rakyat yang kurang beruntung atau kepada sekelompok organisasi agar agar mendapatkan dukungan. Air mata politis para politikus busuk adalah ritual tipu daya setiap jelang pemilu. Aneh, jika masih ada rakyat yang percaya kepada air mata mereka.

 

Setiap orang memiliki air matanya sendiri. Ya, setiap orang memiliki air matanya sendiri. Menangislah karena kejujuran dan kesholehan, jangan keluarkan air mata tapi untuk menipu manusia. Hindari air mata politis yang banyak muncul menjelang pemilu.

 

Air mata itu ada tiga, air mata psikologis, air mata spiritualis dan air mata politis. Kapan terakhir Anda menangis ?.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,06/05/22 : 10.15 WIB)

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories