AKIBAT UMAT ISLAM TIDAK PUNYA SATU PIMIMPIN - Ahmad Sastra.com

Breaking

Jumat, 08 Juli 2022

AKIBAT UMAT ISLAM TIDAK PUNYA SATU PIMIMPIN



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Meskipun perbedaan di kalangan umat Islam, seperti waktu idul fitri dan idul adha masih dalam ranah khilafiyah yang mesti saling mengerti, memahami dan bertoleransi, namun umat juga harus sadar bahwa semua ini akibat dari ketidakadanya satu pemimpin untuk umat Islam seluruh dunia. Negara bangsa dengan ikatan nasionalisme sempit akan terus menjadi persolan bagi umat Islam sedunia, bahkan bisa menjadi pemicu perselisihan yang tidak produktif.

 

Sementara umat Islam terkotak-kotak dalam negara-negara kebangsaan yang dipimpin oleh para pemimpin sekuler yang tidak peduli dengan urusan umat Islam. Sebenarnya persoalan khilafiyah atau perbedaan pendapat itu sudah biasa, bahkan telah menjadi kekayaan hasanah Islam, namun ketika memiliki satu pemimpin, maka umat Islam tetap akan bisa bersatu. Sebab seorang khalifah bisa menyelesaikan perbedaan.

 

Sementara di negara sekuler dimana umat Islam hidup dan tak memiliki satu kepemimpinan, maka berbagai perbedaan di kalangan umat Islam dijadikan pemicu agar umat Islam saling bersengketa. Di antara persengketaan umat Islam itulah, negeri-negeri muslim terus dijajah, dieksploitasi dan dihinakan. Pemimpin umat Islam hakikatnya adalah sebuah perisai yang berfungsi menjadi junnah atau tameng bagi umat Islam seluruh dunia.

 

Karena itu bagi umat Islam sedunia, mestinya ada kesadaran fundamental terkait pentingnya persatuan umat sedunia dengan adanya satu pemimpin dan satu negara. Jika masih dalam sekat-sekat nasionalisme, maka perbedaan akan kontraproduktif, padahal perbedaan pendapat dalam Islam justru bagian dari produktifitas. Perbedaan pendapat para imam mazhab adalah bagian dari kekayaan khasanah Islam. Karena itu umat Islam harus fokus kepada usaha untuk menyatukan umat Islam di seluruh dunia dengan hadirnya satu pemimpin. Jangan fokus kepada berbagai perbedaan yang ada.

 

Di antara pelajaran terpenting dari ibadah haji ini adalah pesan persatuan umat (wahdah al-ummah). Pesan ini tampak jelas sekali. Jamaah haji akan dapat menyaksikan berkumpulnya umat Islam dari seluruh pelosok dunia untuk melakukan ibadah yang sama, zikir yang sama, di tempat yang sama dan dengan busana ihram yang sama; tanpa mempedulikan lagi batasan negara bangsa (nation state), perbedaan suku, warna kulit dan bangsa. Semua itu semestinya mengingatkan umat Islam akan karakter mereka sebagai umat yang satu (ummat[an] wahidah), sebagaimana pernah ditegaskan sendiri oleh Nabi Muhammad saw.

 

Berkumpulnya jamaah haji dengan sesama Muslim dari seluruh pelosok dunia akan menyadarkan mereka, bahwa yang mempersatukan umat Islam hanya satu faktor saja, tidak lebih, yaitu agama Allah (Islam). Tak ada faktor pemersatu lainnya; apakah itu suku, warna kulit, bangsa ataupun negara bangsa (nation state).

 

Faktor suku, warna kulit dan kebangsaan sesungguhnya bukanlah faktor pemersatu. Semua itu tidak layak menjadi faktor pemersatu. Semua itu sekadar qadha‘ yang memang bukan dalam kuasa dan hak pilih seorang anak manusia. Tak ada manusia yang memilih menjadi suku Jawa, atau memilih berkulit hitam, atau memilih menjadi bangsa Indonesia. Semua itu merupakan qadha` yang terkait dengan penciptaan manusia, tanpa ada hak memilih bagi manusia. Jadi faktor kesukuan, warna kulit dan kebangsaan itu bukanlah pemersatu; juga bukan pula sebagai dasar pembentukan sebuah negara, melainkan qadha` Allah dalam penciptaan yang menjadi sarana untuk saling mengenal. Nah disinilah urgensitas adanya satu pemimpin dalam satu daulah bagi umat Islam seluruh dunia.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,08/07/22 : 00.40 WIB)

 

 

 

 

 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories