NAMBAH PERIODE, NAMBAH SENGSARA RAKYAT ? - Ahmad Sastra.com

Breaking

Selasa, 06 September 2022

NAMBAH PERIODE, NAMBAH SENGSARA RAKYAT ?

Oleh : Ahmad Sastra

Pemimpin negara adalah orang yang diberikan amanah untuk mengurus urusan umat atau rakyat yang dipimpinnya. Dalam hal menjaga akal, jiwa, harta dan agama rakyat, Umar bin Khathab ketika menjabat sebagai khalifah berkata, “demi Allah jika ada seekor keledai jatuh terperosok dari negeri Irak aku khawatir keledai itu akan menuntut hisab aku di hari kiamat. ”Waktu itu Umar bin Khatab tinggal di Madinah, sedang jalanan yang berlubang berada di Irak.  Betapa bertanggungjawabnya seorang khalifah bernama Umar Bin Khathab ini, jangankan jiwa manusia, bahkan hanya seekor keledai pun dia perhatikan jangan sampai terpeleset gara-gara jalannya tidak bagus. Jika seekor keledai terpeleset karena jalannya licin akibat tidak diurus, beliau begitu takut akan ditanya Allah kelak di akhirat. Inilah contoh kepemimpinan yang penuh tanggungjawab dan ksatria mengakui kesalahan.

Bagaimana jika ada suatu negara pemimpinnya tidak tanggungjawab dan tidak ksatria, mungkin saja akan membiarkan rakyatnya mati kelaparan dan mati karena wabah dan tidak berusaha menyelamatkan dengan kebijakan yang benar. Mungkin dia juga akan merasa tidak bersalah dengan apa yang dia lihat. Bahkan meskipun sudah ribuan rakyat meninggal karena kesalahan kebijakan, dia pun tidak mau mengakui kesalahan dan tidak mau mundur, malah mau nambah periode kekuasaan. Inilah contoh pemimpin yang tidak punya rasa malu, tidak punya tanggungjawab dan tidak ksatria mengakui kesalahan. Pemimpin penyengsara rakyat yang mau nambah periode, berarti dia sedang mau menambah kesengsaraan rakyatnya. 


Saat dibaiat menjadi seorang khalifah, Umar Bin khathab berpidato : Saudara-saudara! Aku hanya salah seorang dari kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah (Abu Bakar) aku enggan memikul tanggung jawab ini. Ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah aku sangat lemah, maka berikanlah kekuatan. Ya Allah aku ini kikir, jadikanlah aku dermawan bermurah hati." "Bacalah Al Qur’an, dalami, dan bekerjalah dengannya. Jadilah salah satu umatnya. Timbang dirimu sebelum menimbang, hiasi dirimu untuk persembahan terbesar pada hari ketika kamu akan dipersembahkan kepada Allah SWT. Bukan aku menurunkan diriku dari kekayaan Allah SWT dalam status sebagai wali yatim piatu. Jika kalian puas, maka akan diampuni, jika kalian miskin, maka akan makan enak." Selanjutnya, Umar bin Khattab menyampaikan: "Allah telah menguji kalian dengan diriku dan menguji diriku lewat kalian. Sepeninggal sahabat-sahabatku, sekarang aku ada di tengah-tengah kalian. Tidak ada persoalan kalian yang harus aku hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain kecuali kepadaku. Dan tak ada yang tak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau berbuat baik, akan kubalas dengan kebaikan, tetapi kalau berbuat jahat, terimalah bencana yang akan kutimpakan." 

Perhatikanlah ucapan pidato Abu Bakar As Shiddiq saat dilantik menjadi seorang khalifah pertama dalam kekhalifahan Islam: 
(1) Wahai manusia, aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu (ri’ayatu suunul ummah). 
(2) Padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu (berakhlak : rendah hati dan tahu diri). 
(3) Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku (merangkul rakyat, bukan memusuhi). 
 (4) Tetapi jika aku berlaku salah, maka luruskanlah (tidak anti kritik, mengakui kesalahan, mendengar masukan para ahli dll). Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya (ekonomi keseimbangan, bukan kapitalisme : menerapkan sistem ekonomi Islam). Sejalan dengan firman Allah 59 : 7 “….agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya diantara kamu. 
 (5) Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya (meratakan kesejahteraan rakyat sebagai hak fundamental terutama kepada fakir miskin). 
(6) Maka hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya (sistem baiat dalam kepemimpinan Islam, taat kepada hukum Allah, bukan kepada pemimpin semata). 
(7) Namun bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu mematuhiku (bahkan seorang khalifah wajib diberhentikan jika tidak taat kepada hukum Allah). 
(8) Berdirilah (untuk) shalat, semoga rahmat Allah meliputi kamu (kepemimpinan Islam adalah memiliki visi keselamatan ketakwaan rakyat di dunia dan keselamatan di akhirat ). 

Sungguh luar biasa contoh para pemimpin daulah Islam. Sebab dengan dasar aqidah Islam mereka menjalankan kepemimpinannya. Para khalifah berakad kepada Allah. Meski pada awalnya Abu Bakar menolak kepemimpinan, karena amanah itu berat. Namun karena rakyat menghendaki, maka beliau siap. Jangan malah nambah periode, padahal rakyat sudah muak. Ini pemimpin tak tahu diri dan tak tahu malu namanya. Apalagi kalo tujuannya hanya untuk menyengsarakan rakyat dan membudak kepada oligarki, maka neraka adalah tempat yang tepat untuk pemimpin semacam itu.

(AhmadSastra,KotaHujan,06/09/22 : 10.05 WIB)
 __________________________________________
Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories