[8] RAMADHAN TRANSFORMATIF - Ahmad Sastra.com

Breaking

Kamis, 30 Maret 2023

[8] RAMADHAN TRANSFORMATIF



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11).

 

Alhamdulillah, jumpa lagi dengan rubrik Ramadhan Transformatif edisi 8 yang artinya kita telah menempuh perjalanan ibadah puasa hari ke 8. Melalui berbagai  aturan yang ditetapkan Allah selama Ramadhan, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh membuktikan bahwa Ramadhan adalah bulan tarbiyah atau bulan pendidikan. Allah SWT adalah Pendidik terbaik dan segala bentuk pengetahuan dan kebijaksanaan berasal dari-Nya. Allah SWT memiliki sifat-sifat yang sempurna, termasuk sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim (Maha Penyayang), Al-'Alim (Maha Mengetahui), Al-Hakim (Maha Bijaksana), dan Al-Hadi (Maha Pemberi Petunjuk).

 

Ramadhan disebut sebagai bulan tarbiyah, yang berarti bulan pelatihan atau pendidikan. Selama Ramadhan, umat Muslim di seluruh dunia berusaha untuk memperkuat ikatan mereka dengan Allah SWT dengan cara menjalankan ibadah puasa, salat, membaca Al-Quran, berzikir, berdakwah amar ma’ruf nahi munkar dan memperjuangkan Islam. Dalam hal ini, Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk memperkuat keimanan dan meningkatkan pengendalian diri, karena orang yang berpuasa harus menahan diri dari makan, minum, dan tindakan yang tidak layak.

 

Dalam konteks tarbiyah, Ramadhan memberikan kesempatan kepada umat Muslim untuk melatih diri mereka sendiri dalam hal disiplin, kepatuhan, kebersihan, dan kerendahan hati. Melalui puasa, seseorang belajar untuk menahan diri dari nafsu dan keinginan, dan ini memperkuat keimanan dan ketaqwaan. Dengan demikian ujung dari misi pendidikan adalah perubahan kepribadian menjadi lebih baik, lebih matang dan lebih berkualitas.

 

Ramadhan sebagai bulan tarbiyah juga dapat dimaknai bahwa seorang muslim harus selalu mengevaluasi diri mereka sendiri dan memperbaiki diri mereka dengan cara mengidentifikasi kelemahan mereka dan berusaha untuk memperbaikinya. Dengan cara ini, Ramadhan membantu umat Muslim untuk tumbuh dan berkembang secara intelektual, spiritual, mental, dan emosional. Tentu saja sumber tarbiyah adalah Al Qur’an dan As Sunnah sebagai inspirasi rumusan visi misi, kurikulum, dan program.

 

Allah SWT telah memberikan pedoman dan tuntunan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW untuk menjalani kehidupan yang benar dan bermanfaat bagi manusia. Allah SWT juga memberikan berbagai kejadian dan pengalaman dalam hidup manusia sebagai sarana untuk belajar dan mengambil pelajaran. Allah SWT menciptakan manusia dengan kecenderungan untuk mencari pengetahuan dan belajar, dan dengan memberikan kemampuan otak dan akal yang berfungsi dengan baik, manusia dapat belajar dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman.

 

Dalam Islam, pendidikan dan pengetahuan sangat penting dan dianjurkan untuk diperoleh sepanjang hayat. Allah SWT juga menempatkan para ulama dan guru sebagai pengajar untuk memberikan bimbingan dan mengajarkan pengetahuan dalam berbagai bidang dengan sumber firman Allah dan sabda Rasulullah.

 

Ramadhan sendiri adalah bulan dimana Al Qur’an diturunkan oleh Allah di malah lailatul qadr : Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Lailatul Qadr. Dan tahukah kamu apakah malam Lailatul Qadr itu? Malam Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan." (QS Al-Qadr: 1-3). Bulan Ramadan ialah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang salah).  (QS Al-Baqarah: 185).

 

Ramadhan bulan tarbiyah juga memberikan penjelasan bahwa kehidupan dunia ini begitu cepat dan hanya sesaat, sementara kehidupan akhirat itu abadi selama-lamanya. Jika demikian, maka seorang muslim mestinya sangat memahami ajaran ini yang akan membentuk sikap yang benar atas kehidupan dunia ini. Dengan kata lain, semestinya seorang muslim mengubah orientasi hidupnya dengan pandangan akhirat. Dengan pengertian bahwa kehidupan di dunia yang singkat ini adalah jalan menuju kehidupan abadi di akhirat. Kehidupan di dunia ini ibarat kita sedang menanam yang akan dipanen hasilnya kelak di akhirat.

 

Betapa kecilnya dunia ini di mata Allah dibandingkan kebesaran kehidupan akhirat, baik dari sisi waktu, maupun dari sisi kelengkapan. Oleh karena itu betapa ruginya jika ada seorang muslim hidupnya hanya sebatas berorientasi kepada dunia semata, tanpa memikirkan akhirat. Jika yang melakukan itu orang kafir yang tidak percaya akhirat ya sangat mungkin. Sementara muslim adalah orang yang percaya kehidupan abadi akhirat. Allah berfirman : Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, telah Kami sediakan bagi mereka siksaan yang pedih. (QS Al-Jinn: 15).

 

Nah oleh sebab itu, Ramadhan transformatif edisi ke delapan ini memotivasi untuk melakukan perubahan orientasi hidup, dari orientasi dunia menjadi hidup yang berorientasi akhirat. Orientasi akhirat ditandai dengan cara pandang akhirat atau kaca mata akhirat yang akan memperngaruhi pola pikir dan pola sikap seorang muslim yang tentu saja membedakan dengan sikap orang kafir yang tidak percaya akhirat dan orang-orang sekuler.

 

Banyak dalil Al Qur’an yang menegaskan akan kehidupan akhirat, diantaranya adalah : Dan Kami jadikan segala sesuatu di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang paling baik perbuatannya. Dan sesungguhnya Kami akan menjadikan apa yang ada di atas bumi itu sebagai debu yang beterbangan. (QS Al-Kahfi: 7). Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan beramal saleh, dan tetap beribadah kepada Tuhan mereka, mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. (QS Fussilat: 30).

 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal. Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak akan menginginkan tempat lain." (QS Al-Kahfi: 107-108). Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, telah Kami sediakan bagi mereka siksaan yang pedih. (QS Al-Jinn: 15)

 

Semestinya kita benar-benar paham akan pentingnya waktu di dunia ini sebagai bekal kehidupan abadi di akhirat, sehingga tidak menyia-nyiakan waktu walaupun hanya sedetik sekalipun. Sebab sedetik waktu di dunia ini bisa saja diisi dengan kebaikan, keburukan atau kesia-siaan, padahal sedetik di dunia ini tetap menjadi modal bagi akhirat. Dengan demikian, waktu adalah sumber daya yang sangat penting dan menentukan kondisi kita kelak di akhirat, bahkan perdetiknya.

 

Ya, waktu juga dapat dianggap sebagai sumber daya. Waktu adalah suatu hal yang tidak bisa diproduksi kembali dan jumlahnya terbatas. Kita semua memiliki jumlah waktu yang sama setiap harinya, yaitu 24 jam atau 1.440 menit. Dalam satu hari terdapat 24 jam, dan setiap jam terdiri dari 60 menit. Oleh karena itu, dalam satu hari terdapat 24 x 60 = 1440 menit. Setiap menit terdiri dari 60 detik, sehingga jumlah detik dalam satu hari adalah : 1440 menit x 60 detik/menit = 86.400 detik. Jadi, terdapat 86.400 detik dalam 24 jam.

 

Perhatikan beberapa firman Allah yang menegaskan akan pentingnya waktu : Sesungguhnya waktu manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran. (QS. Al-'Asr: 1-3)

 

Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. (QS. Al-'Asr: 1-2). Katakanlah: 'Sesungguhnya jangka waktu yang ditentukan bagi kamu adalah hari kiamat, tidak dapat kamu mundur sedikit pun daripadanya dan tidak dapat (pula) kamu mendahului.' (QS. Al-Munafiqun: 4)

 

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakannya besok,' tanpa mengucapkan, 'Jika Allah menghendaki.' Dan ingatlah akan Rabbmu apabila kamu lupa dan katakanlah, 'Mudah-mudahan Rabbku memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat dengan kebenaran dari pada ini.'" (QS. Al-Kahfi: 23-24)

 

Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hashr: 18-19).

 

Dalam Islam, waktu juga dianggap sebagai sumber daya yang berharga dan penting. Berikut adalah beberapa pandangan Islam tentang waktu : pertama, waktu adalah anugerah dari Allah: Dalam Islam, waktu dipandang sebagai anugerah dari Allah SWT. Waktu adalah sesuatu yang diberikan oleh Allah untuk kita manfaatkan sebaik mungkin dalam menjalankan tugas-tugas kita sebagai hamba-Nya.

 

Kedua, waktu adalah hal yang berharga. Dalam Islam, waktu dipandang sebagai hal yang sangat berharga dan penting. Setiap momen yang kita miliki harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam kegiatan yang bermanfaat dan positif. Ketiga, waktu adalah ujian. Waktu dipandang sebagai ujian bagi manusia dalam kehidupan. Allah SWT memberikan waktu sebagai kesempatan bagi manusia untuk beribadah dan beramal saleh.

 

Ketiga, menghargai waktu. Dalam Islam, kita diminta untuk menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dalam menjalankan tugas-tugas kita sebagai hamba-Nya. Kita harus memperhatikan setiap detik yang kita miliki dan menjalankan tugas-tugas kita dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan.

 

Keempat, kebersihan waktu. Dalam Islam, waktu juga dianggap sebagai hal yang harus dijaga kebersihannya. Kita harus menjauhi hal-hal yang bisa mengganggu penggunaan waktu kita dengan baik, seperti menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat atau menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak produktif.

 

Kelima, kebebasan waktu: Dalam Islam, waktu juga dianggap sebagai hal yang memberikan kebebasan bagi manusia untuk memilih kegiatan yang sesuai dengan tuntunan agama dan berdampak positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

 

Dalam Islam, waktu dipandang sebagai anugerah yang diberikan oleh Allah SWT untuk kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik dalam kegiatan yang bermanfaat dan positif serta menjaga kebersihan waktu.

 

Kesimpulannya, Ramadhan Transformatif menegaskan akan pentingnya perubahan orientasi duniawi menjadi orientasi akhirat. Perubahan pandangan duniawi menjadi pandangan akhirat. Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita harus menggunakan pandangan akhirat, bukan pandangan dunia.

 

Setidaknya ada beberapa manfaat dan prinsip tentang pandangan akhirat ini, diantaranya adalah : 1) Kesadaran bahwa di dunia sangat singkat, 2) Menjadikan akhirat sebagai pusat orientasi hidup dan kehidupan, 3) Kenikmatan di dunia tak sebanding dengan di akhirat, 4) Sadar bahwa pintu menuju akhirat adalah kematian, 5) Berani menjaga harga diri dan memperjuangkan Islam, 6) Memanfaatkan waktu di dunia untuk meraih ketaqwaan, 7) Tak akan mengalami penyesalan sebagaimana orang kafir  dan 8) Cepat menyadari kesalahan dan cepat bertobat serta 9) Selalu berdoa akan mati dalam keadaan muslim dan bersama orang-orang sholih (QS Yusuf : 101).

 

(AhmadSastra,KotaHujan,30/03/23 : 06.15 WIB)

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories