Oleh :
Ahmad Sastra
Kecintaan
tertinggi seorang mukmin adalah kecintaan kepada Allah dan RasulNya. Ikatan terkuat
dari seorang muslim adalah ikatan aqidah atau tauhid. Ikatan tauhid inilah yang
kelak menjadi ikatan persaudaraan bagi sesama muslim sedunia. Seorang muslim
sejati akan menjadikan ketetapan Allah ini sebagai jati dirinya dan menghindari
ikatan apapun yang bukan berasal dari Allah. Sebab Islam melarang sikap
ashobiyah.
Kebenaran
bukan dilihat dari jumlah yang banyak pengikutnya, maupun sebaliknya. Tetapi
kebenaran itu adalah yang sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya.
Sebagaimana Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata: “Orang
yang berakal sehat jangan tertipu dengan kebanyakan manusia, karena kebenaran
tidak ditentukan karena banyak orang yang berbuat, akan tetapi kebenaran adalah
syariat Allah azza wa jalla yang diturunkan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [Majmu’ Fatawa wa
Maqolat Ibnu Baz: 1/231]
Ibnu
Khaldun menyebut elan vital bagi kebangkitan dan kemajuan peradaban adalah apa
yang disebutnya ashabiyah. Istilah ini sudah digunakan sejak masa pra-Islam
tetapi dengan konotasi negatif, yakni fanatisme kekabilahan yang sempit yang
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Ashabiyah
seperti itu sangat dikecam Nabi Muhammad SAW karena bisa menjadi chauvinistis
dan bahkan rasis.
Fanatisme
golongan pada zaman Jahiliyah telah mengubah pikiran manusia untuk mengutamakan
kepentingan suku, kabilah, dan bangsa di atas kepentingan yang lain melebihi
kepentingan agama sekalipun. Paham ini berbahaya bagi Islam karena bisa
menyebabkan terkotak-kotaknya persaudaraan kaum Muslimin. Buktinya hari ini,
umat Islam terkotak-kotak dalam nation state lebih dari 54 negara kebangsaan,
ini bagian dari ikatan ashobiyah.
Semangat kebersamaan
sebagai satu umat yang diikat dengan tali iman menjadi pudar ketika Fanatisme
Golongan menghinggapi pemikiran kaum Muslimin. Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu
meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
beliau bersabda : “Barangsiapa keluar dari ketaatan serta memisahkan diri dari
jama’ah lalu mati, maka kematiannya adalah kematian secara jahiliyah.
Barangsiapa
berperang di bawah panji ashabiyah, emosi karena ashabiyah lalu terbunuh, maka
mayatnya adalah mayat jahiliyah. Barangsiapa memisahkan diri dari umatku (kaum
muslimin) lalu membunuhi mereka, baik yang shalih maupun yang fajir dan tidak
menahan tangan mereka terhadap kaum mukminin serta tidak menyempurnakan
perjanjian mereka kepada orang lain, maka ia bukan termasuk golonganku dan aku
bukan golongannya” [Hadits Riwayat Muslim]
Ashabiyah dalam pengertian Ibnu Khaldun mengandung beberapa pengertian, seperti
rasa solidaritas, kesetiaan kelompok, bahkan nasionalisme. Ibnu Khaldun
membedakan istilah ashabiyah ini ke dalam dua kelompok yaitu ashabiyah yang
berkaitan dengan kelompok manusia berbudaya hadhar dan ashabiyah yang berkaitan
dengan kelompok manusia primitif. Dalam bukunya Muqoddimah, Ibnu Khaldun
berpendapat secara etimologis ashabiyah berasal dari kata ashaba yang berarti
mengikat.
Secara
fungsional ashabiyah merujuk pada ikatan sosial budaya yang dapat digunakan
untuk mengukur kekuatan kelompok sosial. Ashabiyah juga dapat dipahami sebagai
solidaritas sosial, dengan menekankan pada kesadaran, kepaduan dan persatuan
kelompok. Lewat konsep ini, Ibnu Khaldun menganalisis persoalan politik yang
merupakan kunci awal lahir dan terbentuknya sebuah negara. Apabila unsur
ashabiyah suatu negara sudah melemah, maka negara tersebut akan berada dalam
ancaman keruntuhan.
Ibn
Khaldun mengingatkan, bangsa yang tidak mengokohkan identitasnya tidak bisa maju
sehingga sebuah negara harus mencari dan memperkuat identitasnya sendiri dan
jangan sekadar menyerap kebudayaan impor. Ikatan nasionalisme sesungguhnya
adalah ikatan impor dari Barat, tepatnya freemasonry yang tentu saja
bertentangan dengan ikatan aqidah dalam Islam. Lima prinsip yahudi yang tertera
dalam kitab Talmud adalah monotaisme, humanisme, nasionalisme, sosial of justice
dan demokrasi. Artinya nation state atau nasionalisme adalah ajaran yahudi yang
merupakan salah satu ajaran untuk mewujudkan the new of order ala freemansonry.
Nasionalisme
untuk pertama kalinya muncul di Eropa pada abad ke- 18 atau sekitar tahun
1776. Lahirnya paham ini diikuti dengan terbentuknya negara-negara nasional
atau negara kebangsaan. Awal terbentuknya negara kebangsaan dilatarbelakangi
oleh faktor- faktor objektif seperti persamaan keturunan, bahasa, adat-istiadat
dan tradisi. Umat Islam yang malas baca,
tidak belajar sejarah dan tidak memiliki konsep dan metode yang jelas dan
detail akan sangat mudah terjebak dengan paham nasionalisme ini, hingga bahkan
menjadikan ikatan ini melebihi ikatan aqidah. Tiga kelemahan kaum muslimin ini
diungkapkan oleh seorang panglima militer Israel sekaligus seorang intelijen
militer.
Amerika
menyimbolkan nasionalismenya melalui The Four Freedom dan Patung Liberty (dewi
kemerdekaan). Dari patung tersebut, Amerika berusaha menjunjung konsep yang
mengutamakan hak dasar manusia untuk mendapat kemerdekaannya. Dari nasionalisme
tersebut, ternyata akhirnya terbentuk dasar keyakinan tentang persamaan manusia
yang pada ujungnya juga menciptakan sebuah sistem demokrasi yang kini dijalankan.
Inilah yang
menjadi salah satu sebab berlarutnya penjajahan entitas yahudi kepada Palestina.
Nasionalisme menjadi penghambat bagi persatuan umat sedunia untuk melawan
agresi militer yahudi. Inilah yang dimaksud oleh Ibnu Khaldun sebagai sebuah
ashobiyah yang justru melemahkan umat Islam. Dengan nasionalisme, umat Islam tak
bisa memiliki konsep efektif dan strategis untuk menyelamatkan Palestina. Umat Islam
tak bisa bersatu mengerahkan tentara untuk melenyapkan yahudi.
Padahal Allah
telah menegaskan bahwa orang-orang kafir akan terus memusuhi Islam dan tidak
rela atas umat ini selamanya. Allah berfirman:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah
petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan
mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi
pelindung dan penolong bagimu. (QS Al baqarah : 120)
Konflik Israel
Palestina adalah sebuah bentuk nyata dari sebuah penjajahan. Pendudukan yang
dilakukan oleh Israel atas tanah palestina sejak awal adalah sebuah pelanggaran
berat atas hak rakyat Palestina. Berbagai bentuk protes atas pendudukan datang
dari berbagai elemen masyarakat di seluruh penjuru dunia. Berbagai bentuk
kecaman, bantuan dan doa bukan tidak ada manfaatnya, namun bukan merupakan
solusi praktis dan strategis.
Sebab masalah
utama konflik israel Palestina itu adalah adanya pendudukan atau penjajahan
Israel atas Palestina. Namanya penjajah harus diusir, sebagaimana penjajah
negeri ini terdahulu seperti Belanda dan Portugis, ya diusir dari negeri ini. Bagaimana
bisa mengusir penjajah israel jika tidak dengan mengerahkan tentara kaum
muslimin untuk berjihad memerangi yahudi.
Karena itu bagi
seorang muslim, membela Palestina bukanlah persoalan sekedar persoalan
kemanusiaan, kolonialisme dan kezaliman, namun lebih dari itu adalah bagian
dari ekspresi keimanan. Allah dengan tegas juga melarang umat Islam bercerai
berai, sebaliknya harus bersatu padu saling menolong dan menyayangi.
Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran
: 103)
Penjahahan Israel
atas Palestina dikatakan sebagai persoalan keimanan dan keislaman, karena Masjidil Aqsa (Palestina) adalah tanah
suci ketiga bagi kaum Muslimin. “Nabi pernah bersabda, tidak ada perjalanan
yang sengaja ke masjid kecuali ke Masjidil Haram, masjidku (Masjid Nabawi) dan
Masjidil Aqsa. Jadi tanah Palestina juga tanah yang diberkati. Hal ini juga
Allah tegaskan dalam FirmanNya Surat Al Isra ayat 1.
(AhmadSastra,KotaHujan,13/11/23
: 13.12 WIB)