URGENSI BUDAYA LITERASI, KESADARAN SEJARAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KONSEPTUAL - Ahmad Sastra.com

Breaking

Jumat, 12 Januari 2024

URGENSI BUDAYA LITERASI, KESADARAN SEJARAH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KONSEPTUAL



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(QS Al “alaq : 1-5)

 

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf : 111).

 

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Ali Imran : 190-191)

 

Kelemahan umat Islam menurut Moshe Dayan ada tiga, yakni malas membaca, tidak mau mempelajari sejarah dan tidak biasa mengkonsep segala sesuatu dengan rinci. Kondisi ini memang tidak bisa digeneralisir, namun tidak salah juga. Menurut data,  Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

 

Berdasarkan laporan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), nilai budaya literasi Indonesia sebesar 57,4 poin pada 2022. Nilai tersebut tercatat meningkat 5,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 54,29 poin. Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek Aminudin Aziz menjelaskan, nilai budaya literasi menjadi salah satu domain untuk membangun indeks pembangunan kebudayaan.

 

Menurutnya, meskipun nilai budaya literasi nasional mengalami peningkatan pada 2022, namun angkanya belum cukup baik untuk menciptakan sumber daya yang berkualitas. "Untuk ukuran sebuah negara yang misalnya harus didorong untuk bersaing untuk mempunyai kompetensi unggul dan kualitas bagus, maka sesungguhnya indeks literasi ini tidak cukup memadai untuk membangun sumber daya manusia yang unggul," kata Aminudin dalam diskusi bersama Komisi X DPR RI, Sabtu (30/9/2023). 

 

Level kemampuan membaca seseorang dapat bervariasi berdasarkan beberapa faktor, seperti usia, pendidikan, pengalaman membaca, dan sebagainya. Di bawah ini adalah beberapa tingkatan umum kemampuan membaca. Pertama, Pra-literasi. Individu belum dapat membaca atau menulis. Kedua, Pemula: Mampu membaca kata-kata sederhana dan kalimat pendek.

 

Ketiga, Menengah. Mampu membaca teks yang lebih panjang dan kompleks, serta memahami ide-ide utama. Keempat, Lanjutan. Kemampuan untuk membaca teks-teks yang kompleks dan abstrak, termasuk teks ilmiah atau sastra. Kelima, Mahir. Mampu membaca dan menganalisis teks-teks tingkat tinggi, serta memahami nuansa dan makna mendalam. Keenam, Ekspert: Mampu membaca dengan sangat cepat dan memahami berbagai jenis teks dengan sangat mendalam.

 

Penting untuk diingat bahwa kemampuan membaca dapat berkembang seiring waktu dengan latihan dan pengalaman. Selain itu, kemampuan membaca juga dapat bersifat kontekstual tergantung pada jenis teks yang dibaca (misalnya, teks ilmiah, sastra, atau teknis). Selalu ada ruang untuk meningkatkan kemampuan membaca melalui praktik teratur dan eksplorasi bacaan-bacaan yang beragam.

 

Kompetensi literasi mencakup lebih dari sekadar kemampuan membaca. Ini mencakup pemahaman, interpretasi, analisis, dan penerapan informasi dari berbagai sumber. Berikut adalah tingkatan umum dalam kompetensi literasi: pertama, Dasar (Basic Literacy): Kemampuan membaca, menulis, dan memahami informasi dasar. Individu dengan tingkat ini mungkin dapat memahami teks-teks sederhana, tetapi kemampuannya terbatas.

 

Kedua, Fungsional (Functional Literacy). Kemampuan untuk menggunakan literasi dalam situasi kehidupan sehari-hari. Individu ini dapat memahami dan mengaplikasikan informasi dalam konteks praktis, seperti membaca petunjuk, formulir, atau menyusun pesan sederhana.

 

Ketiga, Interaktif (Interactive Literacy). Kemampuan untuk berinteraksi dengan berbagai jenis teks dan media. Ini mencakup pemahaman konteks sosial dan kultural di mana informasi diterima dan digunakan. Keempat, Kritis (Critical Literacy). Kemampuan untuk mengevaluasi, menganalisis, dan memahami kritis informasi. Individu pada tingkat ini dapat mempertanyakan sumber informasi, memahami sudut pandang yang berbeda, dan mengidentifikasi bias.

 

Kelima, Kreatif (Creative Literacy). Kemampuan untuk menggunakan literasi dalam konteks kreatif, seperti menulis karya sastra, membuat konten multimedia, atau menghasilkan karya seni berbasis teks. Keenam, Kritis dan Analitis (Critical and Analytical Literacy): Kemampuan untuk menilai dengan kritis informasi yang kompleks, menganalisis argumen, dan menyusun pendapat berdasarkan pemahaman mendalam.

 

Ketujuh, Ekspert (Expert Literacy). Kemampuan membaca dan memahami teks-teks yang sangat kompleks, serta dapat berkontribusi secara signifikan dalam disiplin ilmu atau profesi tertentu. Penting untuk diingat bahwa tingkat kompetensi literasi dapat bervariasi di berbagai konteks dan bidang. Seseorang mungkin memiliki tingkat literasi yang tinggi dalam satu area tetapi mungkin perlu pengembangan lebih lanjut dalam area lainnya. Perkembangan literasi adalah proses seumur hidup yang terus-menerus.

 

Memahami sejarah melibatkan serangkaian langkah yang dapat membantu Anda membaca, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi tentang peristiwa masa lalu. Berikut adalah langkah-langkah umum untuk memahami sejarah, pertama, Kenali Konteks Tempat dan Waktu: Identifikasi tempat dan waktu kejadian sejarah yang sedang Anda pelajari. Pahami konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya pada masa tersebut.

 

Kedua, Pahami Sumber-sumber Sejarah. Kenali sumber-sumber sejarah, termasuk dokumen tertulis, artefak, foto, catatan, dan sumber lainnya. Pertimbangkan sumber-sumber primer (langsung dari masa tersebut) dan sumber-sumber sekunder (interpretasi atau analisis oleh peneliti).

 

Ketiga, Evaluasi Keandalan Sumber. Pertimbangkan keandalan, keberimbangan, dan sudut pandang dari setiap sumber. Periksa apakah sumber tersebut dapat dipercaya dan apakah ada bias tertentu. Keempat, Identifikasi Peristiwa Penting. Tentukan peristiwa kunci dan perubahan signifikan pada masa tersebut. Fokus pada perkembangan yang memiliki dampak besar pada masyarakat atau dunia.

 

Kelima, Pahami Sebab-akibat. Identifikasi penyebab dan akibat dari peristiwa tertentu. Tinjau hubungan sebab-akibat antara berbagai peristiwa. Keenam, Analisis Konteks Global dan Lokal. Tinjau peristiwa dalam konteks global dan lokal. Pahami bagaimana perubahan global dapat mempengaruhi peristiwa lokal, dan sebaliknya.

 

Keenam, Perhatikan Perubahan dalam Waktu. Amati perubahan dalam jangka waktu yang lebih panjang, seperti perkembangan jangka panjang dan perubahan struktural. Ketujuh, Pertimbangkan Perspektif Multi-sisi. Pertimbangkan perspektif berbagai kelompok atau individu yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Hindari perspektif tunggal dan coba pahami sudut pandang yang berbeda.

 

Ketujuh, Pertimbangkan Dampak Jangka Panjang. Tinjau dampak jangka panjang dari peristiwa sejarah terhadap masyarakat dan budaya saat ini. Kedelapan, Buat Hubungan dengan Masa Kini. Hubungkan informasi sejarah dengan kondisi dan peristiwa saat ini. Pahami bagaimana masa lalu membentuk dunia kita saat ini. Dengan memperhatikan langkah-langkah ini, Anda dapat membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks, peristiwa, dan implikasi sejarah. Teruslah mempertajam keterampilan analisis sejarah Anda melalui eksplorasi dan pembelajaran berkelanjutan.

 

Kompetensi berpikir konseptual mencakup kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengintegrasikan konsep-konsep dalam suatu konteks. Berikut adalah beberapa aspek dan langkah-langkah yang terkait dengan kompetensi berpikir konseptual. Pertama, Pemahaman Konsep. Identifikasi dan pahami konsep-konsep kunci yang terkait dengan suatu topik atau domain tertentu. Tinjau definisi, karakteristik, dan hubungan antar konsep.

 

Kedua, Analisis Konsep. Menganalisis elemen-elemen utama dari suatu konsep. Identifikasi bagaimana konsep-konsep tersebut berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Ketiga, Pengorganisasian Konsep. Susun konsep-konsep ke dalam kerangka atau struktur yang dapat membantu memahami hubungan antar mereka. Gunakan mind map, diagram, atau struktur visual lainnya untuk menggambarkan hubungan konsep.

 

Keempat, Transfer Konsep. Pahami bagaimana konsep-konsep dapat diterapkan dalam konteks yang berbeda. Identifikasi situasi di mana konsep-konsep tertentu dapat diaplikasikan. Kelima, Integrasi Konsep. Hubungkan konsep-konsep yang berbeda dan identifikasi pola atau temuan umum. Pahami cara konsep-konsep saling terkait dan dapat menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam.

 

Keenam, Pertanyaan Konseptual. Bangun pertanyaan-pertanyaan yang menggali pemahaman konseptual dan mendorong pemikiran kritis. Fokus pada pertanyaan yang melibatkan analisis dan sintesis konsep. Ketujuh, Kreativitas dalam Penggunaan Konsep. Pertimbangkan cara-cara baru dan kreatif untuk menerapkan atau menggabungkan konsep-konsep. Lakukan eksplorasi ide-ide inovatif yang melibatkan konsep-konsep tersebut.

 

Kedelapan, Resolusi Masalah. Terapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Gunakan pemikiran konseptual untuk merancang solusi yang efektif. Kesembilan, Evaluasi Konseptual. Evaluasi kekuatan dan kelemahan konsep-konsep tertentu. Pertimbangkan apakah suatu konsep sesuai dengan situasi atau permasalahan tertentu.

 

Kesepuluh, Refleksi dan Meta-pemahaman. Refleksikan pemahaman konseptual Anda dan proses berpikir Anda. Pahami bagaimana Anda menggunakan konsep-konsep untuk mengorganisasi informasi dan membuat keputusan. Pengembangan kompetensi berpikir konseptual memerlukan latihan terus-menerus dan eksplorasi yang mendalam terhadap berbagai konsep. Pemahaman konseptual yang baik dapat membantu individu dalam merespons situasi kompleks, menghasilkan solusi yang kreatif, dan memahami aspek-aspek abstrak dari berbagai bidang pengetahuan.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,12/01/24 : 10.00 WIB)

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories