Oleh : Ahmad
Sastra
Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah : 183). Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran :
110).
Mari kita
senantiasa bersyukur kepada Allah atas segara nikmat yang diberikan kepada
kita, khususnya nikmat iman dan Islam. Memasuki hari ke 6 Ramadhan 1445 H
semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keistiqomahan dalam menjalankan
ibadah istimewa ini. Banyak peristiwa perjuangan umat Islam yang terjadi pada
bulan Ramadhan sepeti perang Badar. Selain karena pertolongan Allah, kemenangan
perang Badar adalah karena tetap sabar di jalan Allah serta bersatu padu
diantara kaum muslimin.
Ramadhan telah
memberikan kekuatan ukhuwah dan persatuan umat Islam saat perang Badar pada
zaman Rasulullah, sehingga Allah memberikan pertolongan dan kemenangan umat Islam
atas kaum kafir Quraisy. Begitulah juga seharusnya Ramadhan 1445 H ini mampu
memberikan kekuatan ukhuwah dan persatuan umat Islam untuk bisa melawan
musuh-musuh Allah.
Mengingat Ramadhan
tahun 1445 H masih diwarnai oleh duka mendalam segenap kaum muslimin di
berbagai wilayah di dunia. Kondisi ini sangat menuntut persatuan umat Islam untuk
bisa membebaskan umat Islam di seluruh dunia dari berbagai bentuk kezoliman dan
penjajahan.
Di sejumlah
negeri, kaum Muslim menyambut Ramadhan dalam ketertindasan. Di Palestina,
misalnya, kaum Muslim bukan hanya terancam kelaparan. Mereka pun dihadapkan
pada aksi pembantaian dan genosida. Jelas, apa yang mereka alami bertolak
belakang dengan keadaan kaum Muslim di negeri-negeri lain yang ceria dan
gembira menyambut Ramadhan.
Di Palestina,
kaum Muslim berada dalam dua ancaman: genosida dan kelaparan. Seruan pembunuhan
terhadap warga Gaza terus digencarkan oleh para pemimpin zionis Yahudi. Seorang
tokoh Yahudi, Rabbi Eliyahu Mali, meminta murid-muridnya yang bertugas di
Pasukan Pendudukan Israel (IDF) untuk membunuh semua orang di Gaza, termasuk
perempuan dan anak-anak.
Isolasi yang
dilakukan zionis Yahudi juga telah menyebabkan bencana kelaparan di Gaza.
Diperkirakan ada 800 ribu warga terancam mati akibat kelaparan dan tidak punya
akses air bersih. Sampai tulisan ini dibuat sudah ada 30 anak-anak meninggal
akibat bencana kelaparan. Sebagian warga terpaksa makan rumput dan minum air
kotor demi bertahan hidup.
Nasib memilukan
juga dialami Muslim Uighur yang hidup dalam tekanan rezim komunis Cina. Tahun
lalu Organisasi Kongres Uighur Dunia melaporkan sejumlah umat Muslim di Cina
dilarang berpuasa oleh pemerintah setempat. Mereka terancam ditangkap jika
ketahuan berpuasa. Anak-anak sekolah, para pegawai negeri dan keluarga mereka
dilarang berpuasa selama Ramadhan. Pemerintah komunis Cina juga memata-matai
warga Muslim Uighur. Tujuannya untuk memastikan mereka tidak berpuasa.
Ketika kita di
tanah air merasakan indahnya sahur dan berbuka bersama keluarga, di beberapa
negeri lain banyak saudara seiman yang hidup di tenda-tenda pengungsian ala
kadarnya. Mereka kehilangan semua anggota keluarganya. Mereka pun tidak
memiliki makanan untuk sahur maupun berbuka. Inilah realita Ramadhan di tengah
derita umat. Ini terjadi hampir setiap tahun.
Sungguh berdosa
kaum Muslim yang tidak memikirkan dan memberikan bantuan kepada sesama Muslim.
Sebabnya, Allah SWT telah mewajibkan kita untuk memberikan pertolongan kepada
mereka yang membutuhkan pertolongan. Firman-Nya : Jika mereka meminta
pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, kalian wajib
memberikan pertolongan (TQS al-Anfal [8]: 72).
Nabi Muhammad
saw. juga telah mengingatkan : Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang
lain. Dia tidak boleh mengkhianati, mendustai dan menelantarkan saudaranya (HR
at-Tirmidzi).
Apakah kaum
Muslim tidak menyadari bahwa pahala ibadah shaum bisa rusak akibat sikap egois,
’ashabiyah, tidak peduli dan menahan diri dari menolong mereka yang
membutuhkan. Semua itu adalah perkara yang diharamkan agama yang dapat
membinasakan pahala puasa. Rasulullah saw. sudah mengingatkan: Betapa banyak
orang berpuasa yang tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali rasa lapar
dan dahaga (HR an-Nasa’i).
Ada beberapa
penyebab penderitaan umat masih terus terjadi. Pertama, umat masih terbelenggu
dengan paham nasionalisme yang menyebabkan hilangnya sikap peduli dan kemauan
menolong saudara seiman. Kedua, umat Muslim, khususnya para pemimpin mereka,
masih memberikan loyalitas dan kepercayaan pada negara-negara Barat dan
lembaga-lembaga internasional yang mereka dirikan, seperti PBB ataupun
International Court of Justice (ICJ).
Ketiga, Para
pemimpin Dunia Islam telah lama menjadi penguasa boneka yang tunduk pada arahan
politik Barat. Keempat, umat masih belum sepenuhnya sadar bahwa berbagai
penderitaan yang mereka alami hanya bisa dibebaskan dengan kekuatan mandiri di
bawah kepemimpinan Khilafah Islamiyah.
Ukhuwah atau persaudaraan antar kaum muslimin kini telah pudar atau hampir
pudar. Diperlukan sebuah upaya yang konkret untuk merekatkan kembali semua
elemen umat menjadi satu kesatuan visi untuk membangun dan memajukan Islam
sebagai agama rahmatan lil'alamin. Ukhuwah islamiyah dan persatuan umat
adalah salah satu cara untuk bisa menolong kaum muslimin yang terjajah. Dalam sejarah,
sistem khilafah telah mampu menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam satu
kepemimpinan.
Bagaimana kaum muslimin akan saling membela saudaranya, jika kini antar
komponen umat Islam tidak pernah merasa satu tubuh. Seluruh komponen umat Islam
tidak akan pernah merasa satu tubuh jika mereka tidak pernah mau bersatu.
Merekapun tidak akan pernah bisa bersatu jika tidak pernah bersilaturohim. Apa
yang kita rasakan melihat kaum muslimin di Palestina dibantai oleh kaum kafir
israel hingga menelan korban ratusan dan melukai ribuan warga.
Rapuhnya kondisi ukhuwah umat Islam kini harus segera diakhiri jika Islam
akan kembali jaya untuk memimpin dunia dengan kemuliaan nilai dan ajarannya
sebagaimana telah diberikan teladan oleh Rasulullah kepada kita. Karenanya
setiap upaya untuk membangkitkan lagi tali silaturohim dan ukhuwah bagi semua
komponen umat Islam harus mendapat dukungan dan dorongan oleh semua komponen
umat juga.
Secara normatif agar silah ukhuwah
ini semakin erat, maka hendaknya semua komponen umat Islam mesti secara kuat
memegang tali agama Allah. Alqur'an dan al hadist adalah dua pedoman yang bisa
dijadikan sebagai kunci persatuan umat Islam. Sebab Al Qur'an dengan jelas
telah memberikan gambaran kepada kita bagaimana membangun ukhuwah islamiyah
ini. Sebab pada dasarnya nikmat ukhuwah dan persatuan adalah anugerah yang
diberikan oleh Allah SWT.
Hal ini sejalan dengan firmanNya : " Dan Dia (Allah) mempersatukan
hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan)
di bumi, niscaya kamu tidak akan mampu mempersatukan hati mereka, tetapi Allah
telah mempersatukan hati mereka. Sungguh Dia mahaperkasa dan maha bijaksana". (QS. An-Anfal : 63)
Pada prinsipnya perpecahan umat Islam yang terjadi saat ini adalah karena
umat Islam tidak mematuhi perintah Rasulullah dan sebaliknya, mereka
memperturutkan hawa nafsu mereka. Peristiwa ini diabadikan dalam al Qur'an
terkait dengan ketidaktaatan pasukan pemanah untuk tetap bertahan pada tempat
yang telah ditentukan oleh Rasulullah dalam perang Uhud walau dalam keadaan
bagaimanapun. Namun karena mengikuti dorongan hawa nafsu
untuk memiliki harta rampasan perang, maka terjadilah malapetaka kekalahan
dalam peperangan, sebab pasukan kaum muslim bercerai berai.
Hal ini sesuai dengan firman Allah : " Dan sesungguhnya Allah telah
memenuhi janjiNya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izinNya
sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai
perintah Rasul sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Diantaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantaramu ada orang yang
menghendaki akherat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji
kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia
yang dilimpahkan atas orang-orang yang beriman" (QS. Ali Imran : 152)
"Ingatlah ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seorangpun,
sedang Rasul yang berada diantara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu,
karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan (berupa
kekalahan), supaya kamu jangan bersedih hati apa yang luput dari kamu dan
terhadap apa yang menimpa kamu. Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".
(QS. Ali Imran : 153)
Untuk itu alangkah indahnya jika Ramadhan tahun 1445 H ini
benar-benar menjadi energi bagi persatuan umat Islam di seluruh
dunia yang akan melahirkan kekuatan dan kemenangan, tidak ada lagi cerai berai
yang menyebabkan kelemahan dan kekalahan. Hilngkan seluruh egoisme asyobiah dan
primordialisme, seperti ikatan nasionalisme dan keorganisasian, sebab ikatan
inilah yang sesungguhnya telah memecah belah umat Islam di seluruh dunia.
(Kota Hujan, Sabtu, 16/03/24 M – 6 Ramadhan 1445 H : 05. 50 WIB)