Oleh : Ahmad
Sastra
Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah : 183). Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran : 110).
Alhamdulillah,
kembali kita berjumpa melalui tulisan seri The Power Of Ramadhan hari ke tujuh
bulan suci Ramadhan 1445 H. tiada kata yang paling indah, kecuali ucapan syukur
kepada Allah atas segala nikmat besar ini. Memasuki hari ke 7 Ramadhan 1445 H
semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keistiqomahan dalam menjalankan
ibadah istimewa ini.
Ramadhan adalah kesempatan
yang sangat berharga bagi seorang muslim, yakni ketika Allah melipatgandakan
pahala atas semua amal ibadah. Ibadah artinya cukup luas, yakni segala
perbuatan yang diniatkan karena Allah dan tata caranya mengikuti Rasulullah,
baik yang mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh.
Mestinya seorang muslim senantiasa memanfaatkan kesempatan waktu bulan Ramadhan
ini selain untuk ibadah juga untuk produktivitas.
Jika Rasulullah
dan para sahabat begitru besar semangat dan energinya dalam bulan Ramadhan,
maka begitupun kita. Sejarah Rasulullah adalah sebuah aspirasi dan inspirasi
bagi seorang muslim untuk menginterpresikan dalam kontek hari ini. Sebab diantara
kelemahan umat Islam adalah : malas membaca, tidak mempelajari sejarah dan
tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang segala sesuatu. Tiga kelemahan ini
membutuhkan budaya literasi sejarah untuk kemudian menginterpretasi kondisi
hari ini dengan konsepsi yang tepat.
Dengan demikian,
Ramadhan memberikan kekuatan umat Islam untuk membudayakan literasi sejarah. Banyak
waktu selama bulan suci Ramadhan yang bisa dimanfaatkan untuk membaca buku-buku
sejarah. Kesadaran sejarah memjadi sangat penting, karena Allah menghadirkan
sejrah para nabi dalam Al Qur’an tentu saja memiliki manfaat yang besar bagi
kehidupan umat pada hari ini, yakni adanya kandungan petunjuk dan pembelajaran
dalam kisah dan sejarah.
Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (QS Yusuf : 111).
Jika dilihat dari
sudut pandang filosofis, maka ayat diatas menunjukkan beberapa hal penting.
Pertama secara ontologis, bahwa Allah telah menegaskan akan adanya peristiwa
masa lalu. Artinya sejarah sebagai sebuah peristiwa masa lalu adalah benar
adanya.
Peristiwa masa lalu
yang disebutkan Allah sebagai kisah-kisah terdahulu adalah kisah para Nabi dan
Rasul. Peristiwa yang dialami oleh para utusan Allah lantas diceritakan kembali
oleh Allah dalam Al Qur’an adalah sebuah kebenaran mutlak, bukan cerita-cerita
rekaan yang dibuat-buat.
Hal lainnya adalah
tinjauan epistemologi, dimana al Qur’an adalah kitab suci yang salah satunya
menjadi sumber ilmu, terutama ilmu sejarah. Al Qur’an memuat banyak sekali
kisah-kisah yang terjadi di masa lalu, baik apa yang terjadi di zaman Nabi Adam
hingga zaman Nabi Muhammad. Secara epistemologi, para ilmuwan juga memberikan
definisi tentang sejarah.
Nourozzaman ash Shiddiqie menegaskan bahwa
sejarah adalah sederetan peristiwa yang terjadi pada masa lampau dilihat dari
hukum sebab akibat. Sejarah adalah peristiwa. Sejarah adalah waktu. Bukankah
dalam perjalanan waktu hidup ini, kita selalu dihadapkan oleh berbagai
peristiwa.
Bagi Sayyid Qutb sejarah adalah interpretasi
peristiwa yang memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat. Sejarah adalah
interpretasi. Sejarah adalah pelajaran. Bukankah kita diberikan akal oleh Allah
untuk senantiasa merenungkan berbagai fakta.
Imam As Suyuthi mendeskripsikan sejarah
sebagai pertarungan potensi kejahatan manusia dan potensi kebaikan manusia,
keduanya akan dicatat sebagai sejarah. Dalam deretan pertarungan antara haq dan
bathil, ambil peran pejuang kebenaran jangan berperan sebagai pecundang.
Sejarah sebagai fragmen perilaku manusia dapat dibuktikan catatan perilaku Qobil yang
jahat dan Habil yang bijak, Namrudz yang biadab dan Ibrahim yang beradab,
Fir`aun yang zalim dan Musa yang `alim, Abu Jahal yang kurang ajar dan Muhammad
Rasulullah yang menebarkan rahmat.
Sejarah sebagai pertarungan potensi kejahatan
dan kebaikan dapat dibuktikan dengan adanya fragmen pejuang kebenaran melawan
pengusung kebatilan, pembela keadilan melawan penebar kezaliman, penyeru Islam
melawan pemuja kekufuran, penjaga kemuliaan al Qur`an melawan sang penista, dan
fragmen pertarungan pembela Islam melawan penghalang perjuangan Islam.
Sejarah sebagai interpretasi dan pelajaran
dapat dibuktikan dengan ditenggelamkannya Fir`aun dan diselamatkannya Musa,
serta dibinasakannya Abu Jahal dan dimenangkannya Rasulullah, ditaklukkannya
Konstantinopel dan dimenangkannya Muhammad al Fatih.
Hal penting lainnya adalah perspektif
aksiologis, yakni nilai manfaat dari sejarah. Allah telah menegaskan dalam QS
Yusuf : 111 diatas bahwa sejarah bagi orang-orang yang mau berfikir memiliki
manfaat sebagai petunjuk, penjelas dan pembelajaran.
Sebagai petunjuk, sejarah berfungsi
memberikan arah bagi manusia sesudahnya akan kebenaran dan kebatilan. Banyak
peristiwa yang menunjukkan kepada manusia tentang keadilan dan kezaliman,
kebenaran dan kebatilan, kebaikan dan keburukan, perang dan damai dan lain
sebagainya. Sejarah adalah petunjuk agar manusia mampu menjadikan sejarah
sebagai pilihan sikap.
Selain petunjuk, sejarah juga menjadi
pembelajaran atau hikmah bagi orang-orang yang mau berfikir. Banyak pelajaran
yang bisa dijadikan sebagai ibrah kebaikan, semisal peristiwa korban yang
dialami oleh Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail yang kemudian dikenang
sebagai hari besar idul adha.
Peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke
Madinah juga memberikan ibrah dan pelajaran yang sangat berharga, yakni
perubahan fundamental kaum kuslimin dengan tegaknya daulah Maadinah yang
dipimpin oleh Rasulullah. Karena pentingnya peristiwa hijrah hingga Umar Bin
Khatab menjadikan sebagai awal tahun baru bagi umat Islam sedunia.
Sebagai pelajaran, warisan sejarah bukanlah
sekedar romantisme tanpa makna atau hanya sekedar menjadi berhala tanpa ruh
yang dibanggakan dan diceritakan dimana-mana. Sejarah Rasulullah juga bukan
sekedar dokumentasi naratif yang hanya dipampang di rak-rak perpustakaan.
Sejarah Rasulullah adalah warisan nilai agung sarat dengan pelajaran.
Sementara Allah sendiri menegaskan bahwa
peristiwa sejarah akan terus dipergulirkan diantara manusia hingga ujung zaman.
Akan selalu lahir orang-orang besar yang berjuang mengubah dunia melalui
perubahan arah pemikiran manusia, namun akan diiringi juga lahirnya
manusia-manusia durjana penghalang dakwah dan perjuangan Islam.
Nah dalam perspektif Imam Asy Syuyuti bahwa
sejarah adalah pertarungan antara yang haq dan bathil, maka kita mesti
mengambil ibrah yang mendasar bahwa peristiwa pertarungan yang haq dan bathil
ini akan terus berlangsung hingga hari kiamat.
Oleh karena itu, sebagai orang berakal, kita
mesti mampu menempatkan diri sebagai pembela kebenaran, meskipun jika nyawa
sebagai taruhannya. Begitulah para Nabi dan Rasul telah mempertaruhkan harta
dan jiwa demi membela kebenaran dari kaum sombong penebar kezaliman. Inilah kekuatan
Ramadhan yang bisa kita ambil hikmahnya, yakni kekuatan kesadaran akan sejarah
para Nabi dan Rasul.
Warisan
sejarah Rasulullah dalam perjuangan Islam bukanlah sekedar romantisme tanpa
makna atau hanya sekedar menjadi berhala tanpa ruh yang dibanggakan dan
diceritakan dimana-mana. Sejarah Rasulullah juga bukan sekedar dokumentasi
naratif yang hanya dipampang di rak-rak perpustakaan. Sejarah Rasulullah adalah
warisan nilai agung sarat dengan pelajaran.
Sementara
Allah sendiri menegaskan bahwa peristiwa sejarah akan terus dipergulirkan
diantara manusia hingga ujung zaman. Akan selalu lahir orang-orang besar yang
berjuang mengubah dunia melalui perubahan arah pemikiran manusia, namun akan diiringi juga lahirnya manusia-manusia
durjana penghalang dakwah dan perjuangan Islam.
Maka melalui momentum istimewa bulan
Ramadhan 1445 H ini, mari kita bangkitkan kesadaran
sejarah (historical awareness) serta mengukir sejarah diri kita untuk menjadi pembela
Islam, dan jangan pernah menjadi pecundang dan
penghalang perjuangan tegaknya Islam. Sebab sejarah para Nabi dan Rasul adalah sejarah
pembelaan optimal seorang hamba terpilih kepada Islam.
Mereka telah
mengorbankan semua yang dimiliki untuk Islam, bukan yang lain. Bagaimana dengan
kita hari ini ?. Maka, jadilah pengulang sejarah perjuangan Nabi dan Rasul
sebagai pembela Islam sejati. Jangan sampai justru mengulang sebagai para musuh
dan penghalang Islam.
(Kota Hujan,
17/03/24 M – 7 Ramadhan 1445 H : 05.40 WIB)