Oleh : Ahmad Sastra
Di tanah yang tak henti bergetar duka dan luka
ada anak-anak belajar melukis harapan yang kian hampa
dengan ujung jari yang belum sempat mengeja
kata damai tanpa jeda dentuman dari kaum durjana
Langit Palestina tak pernah benar-benar biru
selalu disayat pesawat
selalu dijahit doa para umahat
yang menanam cinta dan ruhul jihad di reruntuhan
masjid dan rumah.
Darah di jalanan melukis penderitaan tak terperikan
namun setiap tetes yang tersebar
adalah ruh perlawanan yang tak pernah reda
kepada dunia yang tuli dan buta
Tak ada kata berhenti bela Palestina
karena di balik tembok dan blokade
ada hati yang tak kenal menyerah
ada jiwa yang tetap memeluk tanahnya
seperti mencintai akhir yang tak dijanjikan tenang
Kita mungkin jauh
tapi suara bisa menyeberang lautan
sebab di tangan kita tak ada sepucuk senjata
tangan bisa menggenggam lewat keyakinan
dan doa bisa menjadi senjata yang paling tajam
di hadapan tirani yang mengira mereka tuhan
Jangan pernah berhenti
walau berita mengecilkan luka mereka
walau dunia sibuk menghitung angka dan lupa rasa
kita tetap harus lantang bersuara
menggetarkan kaum durjana tak berjiwa
Selama masih bersemayam nyawa
di atas puing dan bara
Palestina bukan sekadar tempat
Palestina adalah perlawanan, kehormatan dan kemuliaan
adalah mereka yang menolak tunduk
pada kezaliman dan kecongkakan berbalut diam
Tak ada kata berhenti bela Palestina
Jangan pernah berhenti bela Palestina
Karena keadilan bukan untuk ditunda
Karena musnahnya kaum durjana Israel adalah niscaya
Karena kemerdekaan palestina mesti ada
Sebab mereka layak hidup seperti kita
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 18/04/25 : 08.31 WIB)