Oleh : Ahmad Sastra
Andai sang Khalifah masih ada
takkan kan pernah ada anak kecil berlari di antara
bara
tak kan pernah ada suara tangis seorang ibu yang tak
lagi berdaya
yang memeluk jenazah bayinya
di atas tanah suci yang didera derita
Andai panji tauhid masih berkibar megah
di bawah satu umat, satu suara
Palestina takkan menjadi berita
melainkan lambang kejayaan
yang tak bisa disentuh penjajah dunia
Dulu, satu titah dari sang khalifah
cukup membuat musuh gemetar
takut menyentuh sebutir pasir
di tanah para nabi, sebab mereka tahu
yang menyakiti satu, akan ditentang seluruh umat
Kini umat telah tercerai
Khilafah tak lagi ada, khalifah entah dimana
pecah belah oleh batas, bendera, dan kursi kuasa
kuasa dunia yang hanya menjanjikan fatamorgana
sementara Al-Aqsha berteriak bertanya, namun tanpa ada
jawaban
Tapi sejarah belum mati dan tak akan mati
Ia menulis, mencatat tentang janji-janji yang belum
ditepati
tentang darah yang belum terbalas
tentang panji yang suatu saat akan kembali tegak
mengusir segala bentuk penjajahan yang kejam dan gelap
Andai sang Khalifah masih ada
tak perlu menagih empati dunia
tak akan membisu
di hadapan bom dan berita palsu
karena satu kata darinya
cukup untuk mengguncang istana durjana
dan menyalakan bara perjuangan umat yang terlelap
Palestina menunggu
bukan hanya pembela, tapi pemersatu
Bukan hanya doa, tapi kepemimpinan yang satu
Sebab keadilan bukan sekadar angan, ia butuh kekuatan
Andai sang Khalifah masih ada, Palestina tak akan
pernah terjajah
Ia akan berdiri, merdeka dan mulia
di bawah cahaya Islam yang menyatukan dunia
dibawah panji tauhid yang berkibar gagah perkasa
dibawah perlindungan khilafah yang adidaya
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 18/04/25 : 08.42 WIB)