[1] Hikmah Maulid Nabi KISAH MENGHARUKAN DALAM KEHIDUPAN RASULULLAH



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Kisah hidup Nabi Muhammad SAW adalah perjalanan yang sarat dengan ujian, pengorbanan, dan keteguhan hati. Salah satu momen paling menyentuh dari kisah beliau adalah fakta bahwa beliau lahir ke dunia dalam keadaan yatim—tanpa sempat melihat sosok ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib. Peristiwa ini bukan hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga menyimpan nilai-nilai spiritual dan pelajaran kehidupan yang mendalam bagi umat Islam dan seluruh umat manusia.

 

Abdullah bin Abdul Muthalib adalah ayah dari Nabi Muhammad SAW dan putra dari Abdul Muthalib, pemuka Quraisy yang disegani. Abdullah dikenal sebagai pemuda yang saleh, tampan, dan jujur. Ia menikah dengan Aminah binti Wahab, wanita mulia dari suku Zuhrah. Pernikahan mereka berlangsung tidak lama sebelum Abdullah memulai perjalanan ke negeri Syam untuk berdagang.

 

Dalam perjalanan pulangnya dari Syam, Abdullah singgah di Yatsrib (kini Madinah), tempat tinggal keluarga ibunya. Di sanalah ia jatuh sakit dan wafat pada usia sangat muda, diperkirakan sekitar 25 tahun. Pada saat itu, Aminah tengah mengandung Nabi Muhammad SAW dalam usia kandungan beberapa bulan.

Dengan wafatnya Abdullah sebelum kelahiran putranya, Nabi Muhammad SAW pun lahir sebagai seorang yatim.

 

Dalam budaya Arab pra-Islam, status yatim memiliki konotasi sosial yang sangat rentan. Anak yatim kerap dianggap lemah dan tidak memiliki pelindung dalam struktur kabilah yang mementingkan garis keturunan dan kekuatan keluarga. Dalam kondisi seperti inilah Nabi Muhammad SAW memulai kehidupannya—seorang anak tanpa ayah di dunia yang keras.

 

Namun dalam sudut pandang spiritual, lahir sebagai yatim juga menyimpan hikmah besar. Allah SWT berfirman dalam Surah Ad-Dhuha ayat 6: "Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?" (QS. Ad-Dhuha: 6)

 

Ayat ini menegaskan bahwa meski Nabi tidak memiliki ayah, Allah-lah yang menjadi pelindung dan penuntunnya, bahkan guru pertama beliau. Ketergantungan Nabi secara total kepada Allah SWT sejak dini adalah pelajaran penting bahwa kekuatan sejati tidak selalu berasal dari dukungan manusia, melainkan dari keimanan dan perlindungan Ilahi.

Banyak sejarawan dan psikolog menyebut bahwa pengalaman masa kecil yang penuh ujian dapat membentuk karakter kuat dalam diri seseorang. Nabi Muhammad SAW tumbuh dalam kesederhanaan, jauh dari kemewahan dan perlindungan berlebih. Ia berpindah-pindah pengasuhan—dari ibunya, ke kakeknya Abdul Muthalib, lalu ke pamannya Abu Thalib.

 

Namun justru dari ujian-ujian itulah, terbentuk pribadi yang sangat peka terhadap penderitaan, adil terhadap yang lemah, dan penuh kasih terhadap anak yatim serta kaum miskin. Hal ini tercermin dalam banyak sabdanya, seperti: “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini,”
(sambil mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan keduanya). (HR. Bukhari)

 

Empati Nabi terhadap anak-anak yatim dan mereka yang terpinggirkan bukanlah teori kosong, melainkan berasal dari pengalaman pribadi yang sangat nyata. Ia tahu rasa kehilangan, sepi, dan butuh perlindungan—dan karena itulah beliau menjadi pelindung sejati bagi orang-orang yang lemah.

 

Kematian Abdullah sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebuah catatan sejarah. Ia mengajarkan banyak hal : tentang keikhlasan menerima takdir dan qodho dari Allah, tentang pentingnya membangun kekuatan jiwa sejak dini, dan tentang kasih sayang kepada mereka yang tak memiliki pelindung.

 

Dalam konteks modern, anak-anak yatim masih menjadi kelompok rentan yang membutuhkan perhatian dan dukungan. Meneladani Rasulullah SAW berarti menumbuhkan kepedulian sosial dan memperjuangkan keadilan bagi mereka yang lemah, terutama anak-anak yatim, fakir miskin, dan kaum dhuafa.

 

Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Al Baqarah : 220)

 

Kisah Nabi Muhammad SAW yang lahir sebagai yatim adalah salah satu dari sekian banyak kisah mengharukan yang membentuk karakter dan jalan hidup beliau sebagai rahmatan lil ‘alamin. Meskipun tidak pernah mengenal ayahnya, beliau tumbuh menjadi pribadi yang paling mulia dalam sejarah umat manusia. Kepergian Abdullah sebelum kelahiran Rasulullah bukanlah akhir dari harapan, melainkan awal dari misi besar yang telah Allah siapkan bagi sang Nabi terakhir. Bagi kita, kisah ini adalah pengingat bahwa kesulitan di awal kehidupan bukan penghalang untuk menjadi cahaya bagi dunia.

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 1104/24/08/25 : 09.11 WIB)

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.