[3] Renungan Maulid Nabi KISAH MENGHARUKAN DALAM KEHIDUPAN RASULULLAH



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira, Nabi Muhammad SAW memulai misi kenabiannya dengan penuh keyakinan dan kasih sayang. Beliau membawa ajaran tauhid, mengajak manusia menyembah Allah semata dan meninggalkan kemusyrikan.

 

Namun, dakwah tersebut tidak disambut dengan tangan terbuka oleh kaumnya sendiri, kaum Quraisy di Mekkah. Justru sebaliknya, Rasulullah SAW menghadapi berbagai bentuk penolakan, cemoohan, dan kekerasan dari masyarakat yang sebelumnya mengenalnya sebagai seorang yang jujur dan terpercaya.

 

Kaum Quraisy merupakan pemuka masyarakat Mekkah yang memiliki kedudukan sosial, ekonomi, dan religius yang tinggi. Sistem kepercayaan politeisme yang mereka anut telah menjadi bagian dari tatanan budaya dan ekonomi, terutama karena keberadaan Ka'bah sebagai pusat pemujaan berbagai berhala dari seluruh jazirah Arab. Kehadiran dakwah tauhid yang dibawa Rasulullah SAW dianggap sebagai ancaman langsung terhadap status quo tersebut.

 

Ketika Rasulullah mulai menyampaikan risalah Islam secara terang-terangan, mereka menyadari bahwa seruan beliau bukan sekadar ajakan spiritual, tetapi juga membawa implikasi sosial dan politik yang besar. Menghapus berhala berarti menghancurkan fondasi ekonomi dan simbol kekuasaan mereka. Maka tak heran jika perlawanan segera muncul.

 

Kaum Quraisy mulai melancarkan berbagai bentuk serangan verbal terhadap Nabi Muhammad SAW. Mereka menyebutnya gila karena berani mengklaim telah berbicara dengan malaikat. Sebutan ini bertujuan untuk merusak kredibilitas Rasulullah di mata masyarakat.

 

Selain itu, mereka menuduh beliau sebagai tukang sihir. Ajaran Islam yang dibawa Rasulullah memang sangat menyentuh hati dan menggugah akal. Banyak orang yang setelah mendengarkan Al-Qur’an, mulai mempertanyakan kepercayaan lama mereka.

 

Quraisy menuduh Rasulullah menggunakan sihir untuk memisahkan anak dari orang tua, suami dari istri, dan saudara dari saudaranya. Tuduhan ini juga dimaksudkan untuk menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat agar tidak mendekati ajaran Islam.

 

 

Tak cukup dengan itu, Rasulullah juga disebut sebagai penyair. Dalam tradisi Arab saat itu, puisi memiliki kekuatan retorika yang tinggi. Menuduh beliau sebagai penyair adalah usaha untuk menyamakan wahyu ilahi dengan karya manusia biasa, yang bertujuan untuk mengaburkan keistimewaan Al-Qur’an.

 

Tak hanya berhenti pada ejekan dan tuduhan, kaum Quraisy mulai melakukan tindakan fisik terhadap Rasulullah dan para pengikutnya. Beliau sering kali dilempari kotoran, disakiti secara fisik, bahkan hampir dibunuh. Salah satu peristiwa paling menyakitkan terjadi saat Rasulullah sedang shalat di dekat Ka'bah.

 

Abu Jahal dan para pembesar Quraisy lainnya meletakkan isi perut unta di punggung beliau saat bersujud. Beliau hanya bisa diam, hingga putrinya Fatimah datang membersihkannya sambil menangis.

 

Sementara itu, para sahabat seperti Bilal bin Rabah, Khabbab bin Al-Aratt, dan keluarga Yasir juga mengalami penyiksaan hebat karena memeluk Islam. Ini menunjukkan bahwa kekerasan bukan hanya ditujukan kepada Rasulullah pribadi, tetapi juga kepada komunitas muslim yang mulai tumbuh.

 

Menghadapi tekanan hebat ini, Rasulullah tidak membalas dengan kekerasan. Beliau justru menunjukkan kesabaran, kelembutan, dan keteguhan hati yang luar biasa. Beliau tetap berdakwah dengan bijaksana dan konsisten menyampaikan pesan tauhid.

 

Bahkan ketika ditawari kekuasaan dan kekayaan oleh Quraisy agar menghentikan dakwahnya, beliau menolak dengan tegas seraya berkata, “Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara ini, aku tidak akan meninggalkannya…”

 

Strategi dakwah Rasulullah berfokus pada pendekatan moral dan spiritual, membangun karakter dan keyakinan umatnya agar siap menghadapi tekanan. Rasulullah juga tidak segan menyendiri, berdoa dan memperkuat hubungannya dengan Allah SWT dalam setiap ujian yang datang.

 

Penolakan dan cemoohan kaum Quraisy merupakan bagian dari fase penting dalam sejarah awal Islam. Dari peristiwa ini, umat Islam belajar bahwa perjuangan menegakkan kebenaran tidaklah mudah. Dibutuhkan keteguhan iman, kesabaran luar biasa, serta komitmen untuk tidak gentar dalam menyampaikan nilai-nilai kebenaran.

Kisah Rasulullah SAW ini menjadi teladan bagi umat Islam sepanjang masa bahwa jalan dakwah penuh ujian, tetapi dengan pertolongan Allah, segala rintangan bisa dilalui. Cemoohan, hinaan, dan kekerasan tidak akan mampu menghentikan cahaya kebenaran yang dibawa oleh seorang utusan Allah.

 

Peristiwa penolakan dan cemoohan yang dialami Rasulullah SAW oleh kaum Quraisy menyimpan banyak hikmah dan pelajaran berharga, baik bagi individu maupun umat secara kolektif. Berikut beberapa poin penting yang bisa diambil dari peristiwa ini:

 

Pertama, Kesabaran dalam Menghadapi Ujian. Rasulullah SAW menunjukkan kesabaran luar biasa meskipun menghadapi hinaan, kekerasan, dan ancaman pembunuhan. Ini mengajarkan bahwa dalam perjuangan menegakkan kebenaran, kita harus tetap tegar dan tidak mudah menyerah. Kesabaran adalah kunci keberhasilan dalam menghadapi ujian hidup. "Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)

 

Kedua, Konsistensi dalam Menegakkan Kebenaran. Meskipun ditawari kekayaan, kekuasaan, dan posisi mulia agar menghentikan dakwahnya, Rasulullah SAW tetap teguh dalam prinsip. Ini menjadi pelajaran penting bahwa kebenaran tidak boleh dikompromikan demi dunia. Prinsip dan integritas harus dijaga.

 

Ketiga, Pentingnya Akhlak dalam Berdakwah. Rasulullah SAW tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Beliau tetap bersikap lemah lembut, penuh kasih sayang, dan bijaksana dalam berdakwah. Hal ini menunjukkan bahwa akhlak mulia lebih kuat dari sekadar argumen. "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qalam: 4)

 

Keempat, Ujian Adalah Bagian dari Perjalanan Dakwah. Perlawanan terhadap kebaikan adalah hal yang wajar dalam setiap perjalanan dakwah. Para nabi terdahulu juga mengalami hal serupa. Maka, seorang Muslim tidak boleh kaget jika menghadapi penolakan atau tantangan dalam menyampaikan nilai-nilai Islam.

 

Kelima, Pentingnya Dukungan Komunitas. Meski banyak yang menolak, Rasulullah didukung oleh para sahabat seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Khadijah, dan Bilal. Ini menunjukkan bahwa kekuatan komunitas sangat penting dalam menghadapi tekanan. Persaudaraan dan solidaritas antarumat Islam menjadi kekuatan dalam menghadapi tantangan eksternal.

 

Keenam, Ketauhidan Menjadi Inti Perlawanan. Sumber utama penolakan Quraisy adalah ajakan Rasulullah untuk menyembah Allah semata dan meninggalkan berhala. Ini mengajarkan bahwa tauhid adalah fondasi terpenting dalam Islam. Memperjuangkan kemurnian tauhid kadang mengundang penolakan, namun itu adalah prinsip yang tidak bisa ditawar.

 

Ketujuh, Hinaan Tidak Mengurangi Nilai Kebenaran. Meskipun dicemooh sebagai orang gila, penyihir, atau penyair, kebenaran tetaplah kebenaran. Ini memberi pelajaran bahwa pandangan manusia tidak selalu mencerminkan kebenaran hakiki. Jangan mudah goyah hanya karena dicemooh atau dinilai buruk oleh orang lain.

 

Kedelapan, Hikmah Strategi Bertahap dalam Dakwah. Peristiwa ini juga menunjukkan pentingnya strategi dalam dakwah. Rasulullah SAW memulai dakwah secara sembunyi-sembunyi, lalu berangsur-angsur terang-terangan. Ini memberi pelajaran tentang pentingnya membaca situasi dan bersikap bijak dalam menyampaikan kebenaran.

 

Kesembilan, Balasan Allah Lebih Baik dari Dunia. Rasulullah SAW menolak iming-iming duniawi karena yakin bahwa balasan Allah jauh lebih besar. Ini menjadi pelajaran agar kita tidak tertipu oleh kenikmatan dunia yang sesaat, dan lebih mengutamakan ridha Allah.

 

Kesepuluh, Setiap Perjuangan Akan Membawa Kemenangan. Walau diawali dengan penolakan dan penderitaan, perjuangan Rasulullah akhirnya membuahkan hasil. Islam menyebar luas, dan orang-orang yang dulunya mencemooh akhirnya banyak yang masuk Islam. Ini menjadi harapan bahwa setiap perjuangan di jalan Allah pasti ada akhirnya yang indah.


Peristiwa penolakan dan cemoohan kaum Quraisy terhadap Rasulullah bukan sekadar bagian dari sejarah Islam, melainkan sarat dengan nilai-nilai spiritual, moral, dan strategis yang relevan sepanjang zaman. Umat Islam hendaknya menjadikan kisah ini sebagai sumber kekuatan, inspirasi, dan pelajaran dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 1106/24/08/25 : 18.24 WIB)

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

1 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.