Oleh : Ahmad Sastra
Mulai sekarang, cobalah apa yang kita lihat
sehari-hari dibuat sebuah tulisan ringan. Atau apa yang kita dengar dan
bicarakan, kita buat tulisan. Pertama, mungkin hasilnya belum bagus. Tapi jika
cara ini menjadi kebiasaan, maka kebiasaan inilah yang justru menjadi faktor
utama seorang penulis.
Ibarat pengantin baru yang belajar memasak,
mungkin di awalnya kurang enak rasanya. Namun jika setiap hari memasak, maka
dalam waktu lima bulan akan menemukan banyak pelajaran dari yang sebelumnya. Pada
akhirnya masakan akan enak, karena kebiasaan masak yang terus dilakukan, setiap
hari.
Menulis seringkali dianggap sebagai aktivitas yang
sulit dan menguras energi. Banyak orang merasa buntu saat dihadapkan pada layar
kosong dan kursor yang terus berkedip, menunggu ide mengalir.
Namun, bayangkan jika proses menulis bisa semudah
menyeduh secangkir kopi di pagi hari, rutin, menyenangkan, dan menghasilkan
sesuatu yang memuaskan. Artikel ini akan mengulas pendekatan praktis dan
psikologis agar kegiatan menulis, khususnya menulis artikel, menjadi lebih
ringan dan alami.
Salah satu mitos terbesar tentang menulis adalah bahwa
hanya orang tertentu yang "berbakat" yang mampu menulis dengan baik.
Padahal, menulis adalah keterampilan yang dapat dilatih, seperti halnya
menyeduh kopi.
Pertama kali mungkin Anda bingung dengan takaran dan
suhu air, tapi setelah beberapa kali mencoba, Anda tahu persis berapa sendok
kopi yang pas untuk selera Anda. Begitu pula dengan menulis, semakin sering
dilakukan, semakin terasa mudah.
Para peneliti dalam bidang psikologi kognitif
menyatakan bahwa proses menulis melibatkan aktivasi sistem memori jangka
panjang, konsentrasi, serta kemampuan menyusun argumen secara logis. Ini semua
bisa diasah. Kuncinya adalah konsistensi dan membangun kebiasaan.
Gunakan Metode "3-5-3"
Salah satu cara sederhana untuk mulai menulis adalah
menggunakan struktur "3-5-3". Artinya, tiga bagian utama artikel
(pembuka, isi, penutup), lima paragraf dalam isi, dan tiga ide utama yang ingin
disampaikan. Metode ini memberi kerangka kerja yang jelas, mengurangi rasa
cemas, dan membuat proses menulis lebih terarah.
Analoginya seperti menyeduh kopi dengan metode pour
over: Anda tahu urutan langkah-langkahnya, dari menggiling biji kopi,
memanaskan air, hingga menuangkannya perlahan. Dengan struktur yang sama, Anda
bisa menulis lebih fokus dan tidak terjebak dalam perfeksionisme.
Jangan Tunda, Mulai dari Kalimat Pertama
Menunggu inspirasi datang bisa menjadi jebakan.
Penulis profesional tahu bahwa inspirasi sering muncul selama menulis,
bukan sebelum menulis. Trik yang bisa digunakan adalah teknik “tulis
cepat, sunting belakangan”. Artinya, biarkan draf pertama mengalir tanpa
terlalu banyak mengoreksi.
Bandingkan dengan membuat kopi instan: Anda tidak
menunggu air mendidih sempurna dalam suhu 93°C seperti barista profesional,
Anda cukup menuang air panas dan kopi pun siap dinikmati. Dalam menulis, kadang
kita harus mulai saja dulu tanpa tekanan untuk langsung sempurna.
Buat Lingkungan yang Mendukung
Lingkungan menulis yang nyaman memengaruhi
produktivitas. Psikologi lingkungan menyebutkan bahwa pencahayaan alami, ruang
yang rapi, dan suasana yang tenang bisa meningkatkan fokus. Tidak heran banyak
penulis memilih kafe sebagai tempat menulis, karena ada kombinasi kebisingan
ringan, aroma kopi, dan suasana santai yang merangsang kreativitas.
Ciptakan ritual sebelum menulis, seperti menyeduh kopi
favorit, memutar musik instrumental, atau menata meja kerja. Rutinitas ini
memberi sinyal pada otak bahwa saatnya fokus dan menulis.
Ramu Ide Seperti Meracik Kopi
Sebuah artikel yang menarik tidak lahir dari satu ide
besar, tapi dari kombinasi berbagai gagasan kecil yang saling menguatkan. Sama
halnya dengan kopi yang nikmat seringkali merupakan hasil racikan dari berbagai
jenis biji kopi. Untuk itu, biasakan mencatat ide-ide yang muncul sepanjang
hari, baik dari percakapan, bacaan, maupun pengamatan sehari-hari.
Gunakan aplikasi pencatat atau buku catatan saku.
Ketika waktu menulis tiba, Anda tinggal memilih dan meramu ide-ide tersebut
menjadi narasi yang utuh.
Menyederhanakan Bahasa, Menguatkan Makna
Kesalahan umum penulis pemula adalah menggunakan
bahasa yang terlalu rumit. Padahal, tulisan yang baik adalah yang bisa dipahami
oleh banyak orang. Gunakan bahasa yang sederhana namun tidak menyepelekan isi.
Tulis seolah Anda sedang bercerita kepada teman, bukan sedang membuat makalah
ilmiah.
Ini mirip dengan tren third wave coffee: kualitas kopi
tidak ditentukan oleh kemewahan alatnya, tapi oleh kesederhanaan proses dan
ketulusan rasa. Tulisan yang sederhana justru lebih menyentuh pembaca.
Menulis Itu Menyeduh Pikiran
Menulis adalah proses menyeduh pikiran, memanaskan
ide, menyaring informasi, dan menuangkannya dalam bentuk kata-kata. Seperti
halnya menyeduh kopi, setiap orang punya preferensi dan gaya masing-masing.
Tidak ada satu cara menulis yang paling benar. Yang terpenting adalah mulai,
menikmati prosesnya, dan terus mencoba.
Jadi, jangan tunggu inspirasi datang. Ambil cangkir
kopi Anda, buka laptop atau buku catatan, dan mulailah menulis. Karena
sejatinya, menulis bisa sesederhana dan sehangat secangkir kopi di pagi hari.
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, No.1153/28/09/25 : 13.20
WIB)