Oleh : Ahmad Sastra
Bencana alam yang
terjadi diawal tahun 2021 seperti banjir besar, tanah longsor, gunung meletus
yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia mengingatkan bencana serupa sepanjang
tahun 2020. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa dalam
kurun waktu tahun 2020 telah terjadi 2.925 kejadian bencana alam yang terhitung
sejak Rabu, (1/1) hingga hari ini, Selasa (28/12).
Menurut Kepala BNPB Doni Monardo berdasarkan data yang dihimpun BNPB, bencana
yang terjadi di sepanjang 2020 tersebut didominasi dengan bencana alam
hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting
beliung, kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Berdasarkan rincian
data bencana hidrometeorologi, kejadian banjir telah terjadi hingga sebanyak
1.065 kejadian di sepanjang tahun 2020. Kemudian bencana yang disebabkan oleh
angin puting beliung telah terjadi sebanyak 873 dan tanah longsor 572 kejadian.
Selanjutnya untuk karhutla telah terjadi sebanyak 326, gelombang pasang dan
abrasi 36 kejadian dan kekeringan terjadi sebanyak 29 kejadian di Tanah Air.
Sedangkan untuk jenis
bencana geologi dan vulkanologi, Doni menyampaikan bahwa kejadian bencana gempa
bumi telah terjadi sebanyak 16 kali dan 7 kejadian untuk peristiwa erupsi
gunungapi. Dampak korban meninggal mencapai 370 jiwa. Hilang 39 orang,
luka-luka 536 orang.
Terjadi
bencana alam dan kemanusiaan bisa dibaca berdasarkan dua perspektif
fundamental, yakni ekologi dan teologi. Perspektif ekologi berkaitan dengan
hukum kausalitas karena adanya campur tangan manusia terhadap alam. Sementara
tinjauan teologis didasarkan oleh pengkabaran ayat suci al Qur’an yang
berhubungan dengan berbagai musibah yang menimpa manusia. Hukum kausalitas juga
telah ditegaskan oleh Al Qur’an sebagai bentuk peringatan.
Dalam
perspektif ekologis, sebagaimana dituturkan oleh Direktur Eksekutif Wahana
Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan, Muhammad Al Amin menyebutkan
penyebab banjir di Kota Makassar dan sebagian wilayah Gowa dan Maros, akibat
daerah aliran sungai terutama di hulu anak sungai telah rusak oleh degradasi
sungai. Sehingga, warga yang bermukim di wilayah perbatasan daerah itu,
katanya, ikut terendam karena air anak sungai meluap tidak mampu menahan debit
air yang sangat besar saat hujan deras mengguyur sejak beberapa hari terakhir.
Untuk itu,
walhi berharap pemerintah daerah maupun pusat serius memperhatikan kondisi
terkini di hulu sungai agar tidak terjadi bencana yang terus berulang-ulang
tiap tahun. Tidak hanya itu, pemerintah segera melakukan tindakan cepat untuk
memperbaiki agar masyarakat tidak was-was saat musim hujan datang.
Perspektif ekologis
ini telah Allah tegaskan dalam al Qur’an : Telah nampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS Ar Ruum : 41). Dan apa saja musibah
yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS Asy Syura : 30).
Apa saja nikmat yang kamu peroleh
adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan)
dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan
cukuplah Allah menjadi saksi. (QS An Nisaa : 79). Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan
Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan
mereka karena dosa mereka sendiri, (QS An An’am : 6).
Para mufassir memaknai
kerusakan atau fasad bermacam-macam arti. Diantaranya , segala sesuatu yang
tergategori sebagai keburukan, kekurangan hujan dan sedikitnya tanaman,
kelaparan dan banyaknya kemudaratan yang terjadi. Hal ini diakibatkan oleh ulah dan perbuatan manusia yang melanggar
hukum dan aturan yang telah Allah tetapkan.
Berbagai pelanggaran
dan penyimpangan manusia dari hukum Allah dinamakan kemaksiatan. diantara
kemaksiatan terbesar adalah eksploitasi alam yang ugal-ugalan tanpa
mengindahkan aturan Allah, meskipun mereka selalu mengatakan demi pembangunan
dan demi rakyat serta demi kebaikan. Padahal faktanya mereka sedang melakukan
berbagai kerusakan di atas bumi ini.
“Dan
bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,”
mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”.
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi
mereka tidak sadar” (QS al-Baqarah:11-12).
Dan
(kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu'aib. ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu
selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.
Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi
manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih
baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". (QS Al A’raf
: 85).
Kedua
dalam sudut pandang teologi, maka adanya berbagai bencana alam seperti gunung
meletus, angin puting beliung, hujan deras dan petir, tsunami atau sejenisnya
sesungguhnya merupakan pembuktian atas kekuasaan dan kehendak Allah. Allah
memperlihatkan kekuasaanNya dalam rangka memberikan peringatan keras kepada
manusia agar kembali kepada jalan Allah dan hanya menyandarkan harapan kepada
Allah, taat kepada hukum syariat Allah serta tidak kufur nikmat.
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk
(menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu
menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
(QS Ar Ruum : 24).
Dan Allah telah
membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi
tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
(penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan
ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (QS An Nahl : 112)
Dan barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan
buta". (QS Thahaa : 124)
Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya (QS An Nisaa : 59). Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka
terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (QS Al Hasyr : 7)
Apakah
kamu (Muhammad) tidak memperhatikan
orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan
kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhukum
kepada thaghut, Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan
syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (QS An Nisaa : 60).
Sebagai
seorang mukmin, tentu datangnya berbagai macam musibah bencana alam, dijadikan sebagai ibrah yang
berharga untuk semakin yakin dan sadar akan kekuasaan Allah, bersyukur atas
segala nikmat dan bersabar atas segala musibah. Maka tepatlah apa yang di sabdakan Nabi saw : “Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin bahwa semua urusannya baik, yang
demikian itu tidak terjadi pada siapapun, kecuali untuk orang mukmin, jika
menimpanya sesuatu yang menggembirakan bersyukurlah ia maka adalah kebaikan
baginya, dan jika menimpanya sesuatu yang menyusahkan bersabarlah ia maka
adalah kebaikan baginya.”(HR. Muslim )
Adapun berkaitan dengan masalah dosa dan kemaksiatan
yang diperbuat oleh individu maupun negara, yang telah mengakitbatkan datangnya
musibah, Islam mengajarkan untuk meninggalkan dan bertaubat. Taubat secara
individu, kelompok maupun negara. Di negari ini dengan santainya tanpa ada rasa
takut kepada Allah, banyak orang melanggar ketentuan Allah di tempat umum,
seperti membuka aurat, tidak sholat, berpesta pora, aksi kriminal, berbohong,
korupsi dan menipu. Lebih jauh dari itu
para penguasa dengan tenangnya membuat hukum sendiri dalam semua lini
kehidupan, politik, pendidikan, ekonomi, pemerintahan, tanpa sedikitpun takut
kepada Allah.
Penerapan sistem hukum kapitalisme sekuler secara
epistemologis dan aksiologis merupakan sumber kerusakan dan datangnya berbagai
musibah dan bencana di negeri ini. Apalagi jika negeri ini menerapkan sistem
hukum komunisme ateis, maka kehancuran negeri ini akan semakin besar dan
meluas. Kedua ideologi itu merupakan paham yang mengajarkan berbagai bentuk
kezoliman kepada sesama, tumbauhnya berbagai kemungkaran dan keingkaran kepada
Allah. Karena itu satu-satunya cara untuk melakukan tobat ekologis adalah
dengan membuang sistem kapitalisme dan komunisme dengan menerapkan ideologi Islam.
Itulah
sebabnya surat Ar Ruum ayat 41 diakhiri dengan kata la’allakum yarji’un yang
artinya agar mereka kembali kepada jalan yang benar. Jalan yang benar adalah
Islam. Sebab hanya Islamlah jalan hidup yang diridhoi Allah, innaddina
’indallahil Islam. Dan Allah melarang kita untuk mencari-cari jalan selain
Islam karena jalan selain Islam adalah jalan yang akan menyesatkan manusia.
Jika rakyat dan pemimpin di negeri ini
kembali beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka Allah
berjanji akan menurunkan berbagai keberkahan hidup dari langit dan bumi.
Jikalau
Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya. (Qs Al A’raf : 96).
(AhmadSastra,KotaHujan,22/01/24
: 14.50 WIB)