Oleh : Ahmad Sastra
Tempo.co. melansir berita soal
perkembangan israel dan Palestina. Israel melakukan serangan ke warga Gaza dan menewaskan
79 warga Palestina dalam tembakan dan serangan udara di seluruh Jalur Gaza di tengah perang dengan Iran, sungguh biadab.
Jumlah itu termasuk 15 orang yang terbunuh saat mencoba mengakses bantuan
makanan di dekat lokasi distribusi yang dioperasikan Yayasan Kemanusiaan Gaza
(GHF) yang didukung AS dan Israel.
Tragedi ini terjadi di dekat Koridor
Netzarim pada hari Sabtu, 14 Juni 2025 saat ribuan warga Palestina yang
kelaparan tetap berkumpul meski lokasi distribusi telah ditutup. Menurut
otoritas kesehatan Gaza, sedikitnya 274 orang telah tewas dan lebih dari 2.000
terluka di sekitar lokasi penyaluran bantuan GHF sejak operasi dimulai bulan
lalu.
Dikutip dari Al Jazeera, warga Palestina
kini mulai melihat pusat distribusi GHF sebagai "lokasi eksekusi"
karena serangan berulang yang terjadi di sana. Namun kondisi kelaparan akibat
blokade Israel selama 15 minggu memaksa mereka tetap datang mencari bantuan
makanan untuk keluarga.
Israel telah memberlakukan blokade
kemanusiaan penuh di Gaza sejak 2 Maret, menghentikan pasokan makanan,
obat-obatan, dan bantuan lainnya selama 11 minggu. Meski kemudian mengizinkan
bantuan terbatas masuk pada akhir Mei setelah tekanan internasional, organisasi
kemanusiaan menyebut jumlah tersebut masih sangat tidak memadai.
GHF, organisasi yang dipimpin Johnnie
Moore, seorang mantan penasihat kampanye Trump di tahun 2016, mulai
mendistribusikan bantuan pada 27 Mei sebagai pengganti sistem PBB. Israel dan
AS menuduh Hamas mengalihkan bantuan PBB tanpa bukti, sementara pejabat PBB
membantah tuduhan tersebut dan menyatakan sistem baru tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang meningkat.
Pada hari yang sama, militer Israel
memerintahkan evakuasi paksa penduduk Khan Younis dan kota-kota sekitarnya
dengan alasan akan melawan "organisasi teroris" di wilayah tersebut.
Lebih dari 80 persen Jalur Gaza kini berada dalam zona militerisasi Israel atau
di bawah perintah pemindahan paksa.
Perang Israel telah menewaskan lebih dari
55.290 warga Palestina, sebagian besar sipil, dan meratakan wilayah padat
penduduk yang dihuni lebih dari dua juta orang ini. Hampir 665.000 orang telah
mengungsi lagi sejak Israel melanggar gencatan senjata pada Februari, dengan
malnutrisi tersebar luas di antara penduduk. Upaya mediasi gencatan senjata
oleh AS, Mesir, dan Qatar masih menemui jalan buntu karena baik Israel maupun
Hamas belum menunjukkan kesediaan mundur dari tuntutan inti mereka.
Begitupun yang kini terjadi di Palestina, dimana
anak-anak yang tak berdosa menjadi korban kebiadaban zionis Israel. Islam
sendiri melarang pembunuhan, bahkan dinyakan jika terbunuh seorang muslim tanpa
hak, disamakan dengan membunuh semua umat manusia. Ini membuktikan bahwa
syariat Islam bukan hanya persoalan kemanusiaan, namun lebih dari itu adalah
persoalan syariah.
Jika ditinjau dari perspektif politik Islam, maka bisa
ditelusuri secara historis bahwa penjajahan zionis atas palestina adalah ketika
umat Islam kehilangan pelindungnya, yakni khilafah Islamiyah. Sebab ketika
masih ada khilafah, negeri Palestina mendapat perlindungan maksimal dari
berbagai bentuk ancaman.
Bahkan Khalifah Umar bin Khaththab ra, memberikan
amanah kepada kaum muslimin untuk melindungi kaum Nashrani dari ancaman Yahudi
dengan mencegah Yahudi tinggal di Palestina. Hal itu dituangkan dalam
Perjanjian Umariyah/Perjanjian Illiya tatkala penduduk Palestina yang semuanya
Nashrani menyerahkan secara sukarela tanahnya kepada kaum Muslimin.
Ketika khilafah islamiyah runtuh pada tahun 1924, maka
tak ada lagi perlindungan atas bumi Palestina yang diberkahi itu. Sebaliknya,
dengan leluasa zionis Israel terus melakukan berbagai bentuk kezaliman atas
kaum muslimin dan bahkan merubut tanah-tanah palestina sedikit demi sedikit.
Palestina adalah persoalan umat Islam sedunia, karena tanah Palestina
adalah milik umat Islam.
Persoalan pokok Palestina itu adalah adanya penjajah
Israel yang merampas tanah kaum muslimin dan melakukan pendudukan dan
penjajahan. Jadi perjuangan ini harus fokus pada bagaimana agar Israel terusir dan lenyap dari Palestina.
Perjuangan untuk membuat mundur Israel dari tanah Palestina, tidak mungkin bisa
diraih dengan perdamaian, diplomasi atau perjuangan orang perorang.
Mengapa perdamaian bukan merupakan opsi solusi atas
krisis Palestina Israel, sebab perdamaian mensyaratkan dua hal : pengakuan eksistensi
negara penjajah Israel dan yang kedua Israel dan Palestina akan menjadi dua
negara yang berdampingan. Jalan satu-satunya adalah jihad fi Sabilillah
mengusir zionis dari bumi Palestina, sebagai dahulu para pahlawan mengusir
penjajah Belanda dan Portugis dari bumi Indonesia.
Menghapi imperialisme negara tidaklah bisa dilakukan
oleh orang perorang, namun idealnya harus dihadapi lagi oleh sebuah institusi
negara. Untuk itu adalah keharusan negeri-negeri muslim segera bertobat kepada
Allah, lantas bangki dan bersatu padu melawan segala bentuk penjajahan. Jika
dahulu khilafah Islam mampu melindungi Palestina, karena semua negeri muslim
bersatu padu, tidak tercerai berai.
Membantu Palestina dengan lantunan doa, harta dan
gerakan solidaritas tidaklah sia-sia, insyaaallah mendapat pahala dari Allah.
Namun semua itu bukanlah solusi fundamental atas krisis Palestina. Sebab
persoalan Palestina adalah masalah penjajahan yang harus diusir dari negeri
para Nabi itu.
Ilustrasinya sederhana, jika ada saudara kita sedang
disiksa dan mau dibunuh oleh penjahat, bantuan apa yang paling tepat untuk
saudara kita itu. Membantu makanan tentu tidak tepat, sebab saat disiksa dan
hendak dibunuh, dia tidak butuh makanan. Bantuan terbaik adalah membantu
melawan dan mengalahkan penjahat itu, hingga teman kita terbebas dari kejahatan
tersebut.
Namun perlu diingat juga bahwa dalam setiap peristiwa
penjajahan negara atas negara, akan ada saja orang-orang yang justru berkhianat
menjadi antek dan budak penjajah untuk mendapatkan seonggok dunia. Dahulu di
zaman penjajahan belanda dan postugis maupun jepang juga muncul para
pengkhianat yang rela makan tulang saudaranya sendiri. Dalam kasus palestina
juga jangan kaget jika ada rakyat Indonesia yang justru memuja penjajah zionis dan
membenci palestina, merekalah para pengkhianat itu.
Akhirnya, oleh karena yang kita hadapi adalah
negara-negara imperialis, maka kekuatan yang seimbang itu tidak ada yang lain
kecuali Daulah Khilafah Islam. Negara global yang menyatukan kaum muslim. Daulah
Khilafah ini nanti akan menyerukan jihad fi sabilillah kepada kaum muslim
seluruh dunia untuk membebaskan Palestina. Perlu kita catat, Palestina saat
dibebaskan oleh Sholahuddin al Ayyubi pada saat kaum muslim memiliki Daulah
Khilafah Islam. Erdogan mestinya tidak ragu untuk menyerukan khilafah ke
seluruh dunia. Baru seruan saja, dunia barat akan langsung panas dingin,
apalagi jika telah tegak.
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, No.1064/15/06/25 : 19.30
WIB)