Oleh : Ahmad Sastra
Jumlah umat Islam di seluruh dunia terus
bertambah, melampaui pertumbuhan semua umat agama-agama yang ada di dunia. Ada hadits yang menggambarkan bahwa Rasulullah ï·º
merasa
bangga dengan banyaknya jumlah umatnya di akhirat. Hadits ini dikaitkan dengan konteks anjuran
untuk menikah dan memiliki keturunan.
Rasulullah bersabda : “Menikahlah kalian
dengan wanita yang penyayang dan subur, karena aku akan berbangga dengan
banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain pada Hari Kiamat.” (HR. Abu
Dawud, no. 2050; dinilai hasan oleh al-Albani).
Namun demikian, Allah juga menyinggung
ketika jumlah yang banyak dikaitkan dengan kemenangan, demikian Allah berfirman
: “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu di banyak medan peperangan, dan pada
Perang Hunain, ketika jumlahmu yang banyak itu menjadikan kamu bangga, maka
jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi
yang luas terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang.” (QS At Taubah
: 25)
Ayat ini merujuk pada Perang Hunain, di
mana sebagian kaum Muslimin merasa percaya diri berlebihan karena jumlah
pasukan yang besar. Namun, mereka nyaris kalah karena sikap ujub (bangga diri)
tersebut, sebelum akhirnya Allah memberikan pertolongan.
Jumlah besar bukan jaminan kemenangan jika
tidak diiringi dengan tawakal, taqwa, dan ketaatan. Allah mengingatkan bahwa
bangga pada jumlah bisa membawa kelemahan jika menyebabkan lalai atau sombong. Bagaimana
dengan pertumbuhan jumlah muslim yang signifikan di dunia saat ini, bagaimana
seharusnya disikapi ?.
Dilansir oleh Tempo.co, bahwa sebuah studi
terbaru dari Pew Research Center menemukan bahwa Islam mengalami pertumbuhan
paling signifikan di antara semua agama besar antara 2010 dan 2020,
menjadikannya sebagai agama dengan pertumbuhan tercepat di dunia, demikian
laporan Middle East Eye.
Studi Pew Global Religious Landscape
mengaitkan peningkatan ini terutama dengan faktor demografi alami, seperti
tingkat kelahiran yang lebih tinggi dan usia rata-rata yang lebih muda di
antara umat Islam, bukan karena perpindahan agama.
Laporan tersebut mencatat bahwa
"Muslim memiliki lebih banyak anak dan rata-rata berusia lebih muda
dibandingkan dengan penganut agama besar lainnya." Untuk periode
2015-2020, rata-rata perempuan Muslim diperkirakan memiliki 2,9 anak,
dibandingkan dengan 2,2 anak untuk perempuan non-Muslim.
Studi ini meneliti perubahan komposisi
agama global selama satu dekade dan menemukan bahwa Kristen tetap menjadi agama
terbesar di dunia, dengan 2,3 miliar pengikut. Namun, kesenjangan antara umat
Kristen dan Muslim semakin menyempit.
Ini disebabkan jumlah umat Muslim telah
bertambah hampir 350 juta sejak 2010 – hampir tiga kali lipat dari peningkatan
yang terjadi pada umat Kristen dan lebih banyak dari gabungan semua agama
lainnya. Jumlah pemeluk Islam saat ini mencapai sekitar dua miliar orang, atau
sekitar seperempat dari populasi dunia.
Sementara itu, jumlah orang yang tidak
berafiliasi dengan agama - terkadang disebut "nones" - juga tumbuh
secara substansial, meningkat 270 juta sejak 2010. Kelompok ini, bersama dengan
Muslim, merupakan satu-satunya kategori utama yang tumbuh sebagai bagian dari
populasi dunia selama periode tersebut. Hindu, agama terbesar ketiga di dunia,
tumbuh sebesar 126 juta orang, tetapi pangsa populasinya tidak berubah.
Agama-agama lain, termasuk Sikhisme dan
kepercayaan Baha'i, secara bersama-sama membentuk sekitar 2,2 persen dari
populasi global, sementara Yudaisme tumbuh hampir satu juta orang dan sekarang
mewakili sekitar 0,2 persen dari populasi dunia. Agama Buddha adalah
satu-satunya agama besar yang mengalami penurunan, dengan 18,6 juta lebih
sedikit penganutnya pada 2020 dibandingkan 2010, turun dari lima persen menjadi
empat persen dari populasi global.
Sebagian besar pertumbuhan populasi Muslim
terjadi di negara-negara di mana Muslim sudah menjadi mayoritas. Peningkatan relatif
terbesar terlihat di Kazakhstan, Benin, dan Lebanon, sementara Oman dan
Tanzania mengalami penurunan jumlah Muslim.
Sebaliknya, populasi yang tidak
berafiliasi dengan agama tumbuh sangat pesat di Amerika Serikat, hampir dua
kali lipat selama satu dekade. Sebagian besar orang yang tidak berafiliasi
berada di Cina, yang memiliki 1,3 miliar orang yang tidak berafiliasi dengan
agama apa pun.
Agama Kristen tetap menjadi agama
mayoritas di 60 persen negara dan wilayah yang disurvei, tetapi jumlahnya
menurun setidaknya lima persen di 40 negara, dengan peningkatan yang signifikan
hanya di satu negara. Studi ini mengaitkan penurunan ini dengan perpindahan
agama: untuk setiap orang dewasa yang memeluk agama Kristen, tiga orang
meninggalkan agama tersebut antara 2010 dan 2020.
Tren sebaliknya terjadi pada mereka yang
tidak berafiliasi dengan agama, di mana untuk setiap orang dewasa yang
meninggalkan agama, ada tiga orang yang bergabung. Baik agama Buddha maupun
Hindu juga mengalami peningkatan jumlah orang dewasa yang keluar dari agama tersebut
daripada yang bergabung. Islam adalah satu-satunya agama besar dengan
keuntungan bersih dari perpindahan agama, karena lebih banyak orang dewasa yang
bergabung daripada yang meninggalkan agama tersebut.
Studi ini menyoroti bahwa pertumbuhan
pesat Islam lebih didorong oleh faktor demografi daripada konversi. Populasi
Muslim cenderung lebih muda dan memiliki tingkat kesuburan yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok agama lain. Faktor-faktor ini berarti bahwa lebih banyak
umat Islam yang memasuki masa subur, yang mempercepat pertumbuhan populasi.
Tren ini diperkirakan akan terus
berlanjut, dengan populasi Muslim yang diproyeksikan akan terus meningkat dalam
beberapa dekade mendatang. Analisis Pew menunjukkan bahwa perpindahan agama
memiliki dampak bersih yang kecil terhadap ukuran populasi Muslim global.
Secara umum, Islam tidak menolak banyaknya
jumlah, bahkan Rasulullah ï·º berbangga dengan jumlah umatnya di akhirat
(seperti dalam hadits yang telah kita bahas). Namun, Islam menolak kebanggaan
kosong yang hanya berdasarkan jumlah tanpa substansi iman, amal, dan akhlak. Intinya,
kuantitas saja tidak cukup, wajib diiringi dengan kualitas.
Allah menegaskan soal kualitas umat Islam
dan indikatornya, hal ini sebagaimana firmanNya : Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran : 110).
Allah memberikan pertolongan bukan semata
karena jumlah, tapi karena iman dan kesungguhan. Dalam Surah Al-Anfal ayat 65,
Allah berfirman : "Jika ada dua
puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan
dua ratus..."
Jumlah banyak tapi lemah, bahkan hal ini
sudah diperingatkan Nabi. Hadits dari
Tsauban radhiyallahu ‘anhu: "Akan datang suatu masa, umat-umat lain akan
mengerumuni kalian seperti orang-orang lapar mengerumuni hidangan mereka."
Para sahabat bertanya: "Apakah karena jumlah kami sedikit saat itu?" Rasulullah
ï·º
menjawab: "Tidak. Bahkan jumlah kalian banyak, tetapi kalian seperti buih
di lautan..." (HR. Abu Dawud no. 4297; dishahihkan oleh Al-Albani).
Umat Islam bisa banyak secara statistik,
tapi lemah pengaruh dan posisinya, jika kehilangan ruh iman, ukhuwah, ilmu, dan
amal. Satu lagi yang sangat akan membuat jumlah yang banyak, namun menjadikan
umat ini tetap lemah, bahkan cenderung menjadi buih permainan nagara-nagara
adidaya, apa itu, institusi khilafah. Ya, institusi inilah dalam sejarah yang
menjadikan umat Islam sangat kuat dan maju. Khilafah adalah negara super
adidaya yang telah menggoreskan sejarah kemajuan peradaban Islam dengan tinta
emas.
Agar Umat Islam Tak Jadi Seperti Buih
Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir
menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu
makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami
waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi
kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu
terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang
bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,”
(HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).
Buih di lautan memiliki beberapa sifat yang khas, di
antaranya. Pertama, ringan. Buih memiliki densitas yang rendah, sehingga ia sangat
ringan dan terapung di permukaan air. Kedua, tidak berdaya. Buih tidak
memiliki kekuatan untuk bergerak sendiri dan hanya bisa terbawa arus dan angin. Ketiga, bersifat sementara. Buih hanya bertahan sementara di permukaan air dan akan hilang atau
hancur setelah beberapa waktu.
Keempat, bersifat reflektif. Buih dapat memantulkan cahaya, sehingga seringkali tampak berkilau di
permukaan air. Kelima, berbentuk dari gas. Buih terbentuk dari gelembung gas yang terjebak di
dalam lapisan tipis cairan, sehingga memiliki tekstur yang empuk dan mudah
hancur.
Sifat-sifat ini dapat digunakan sebagai analogi untuk
menggambarkan umat Islam yang tidak konsisten dalam keyakinan dan amalnya,
sehingga mudah terbawa arus dan terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal. Umat
Islam yang seperti buih seringkali tidak memiliki kekuatan atau keteguhan dalam
menjalankan ajaran agama dan cenderung hanya mengikuti arus tanpa memiliki arah
yang jelas.
Arus sesat yang memecah belah
umat Islam adalah ideologi kapitalisme demokrasi sekuler dan komunisme ateis.
Demokrasi memaksa umat Islam dalam keterjebakan virus al wahn. Sebab dua
ideologi ini hanya berorientasi kepada dunia dan sama sekali tidak berorientasi
kepada akhirat.
Al-Wahn adalah sebuah istilah dalam bahasa Arab yang
memiliki beberapa makna, antara lain: pertama, kelemahan, kelesuan, atau kelalaian. Istilah ini dapat digunakan untuk
menggambarkan kondisi tubuh yang lemah atau tidak bertenaga, atau kondisi
mental yang lesu atau tidak bersemangat.
Kedua, Kenikmatan dunia yang
menyesatkan. Istilah ini mengacu pada godaan atau godaan duniawi yang membuat
seseorang lupa akan tujuan hidupnya yang sebenarnya. Kondisi ini bisa membuat seseorang lupa akan akhirat dan memprioritaskan
kesenangan dunia semata.
Dalam konteks ayat Al-Quran, al-Wahn merujuk pada godaan
atau tipu daya syetan yang menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Allah SWT
menyebutkan dalam surat An-Nisa' ayat 120: "Syetan itu hanya ingin menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kamu melalui minuman keras dan judi serta menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan mengerjakan shalat. Maka apakah kamu akan berhenti?"
Dalam ayat ini, Allah SWT mengingatkan kita bahwa
syetan berusaha untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar dengan
menggunakan tipu daya dan godaan dunia, seperti minuman keras dan judi, yang
dapat menyebabkan orang melalaikan kewajibannya terhadap Allah SWT dan
meninggalkan kebaikan.
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim harus
berhati-hati dan waspada terhadap segala bentuk godaan dunia yang dapat
mengalihkan perhatian dan keyakinan kita dari Allah SWT dan kebenaran agama
Islam. Umat Islam akan terus menjadi buih selama mengikuti arus
ideologi kapitalisme demokrasi sekuler atau komunisme ateis. Sistem kapitalisme sekuler telah menghasilkan krisis multidimensi yang mempengaruhi
banyak aspek kehidupan di seluruh dunia.
Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh sistem
kapitalisme sekuler adalah : Pertama, Krisis Ekonomi. Kapitalisme sekuler dengan prinsip
individualisme mendorong persaingan yang kuat antara perusahaan dan individu
untuk memperoleh keuntungan dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dengan munculnya oligarki.
Siklus konsumsi yang tidak teratur dan spekulasi yang
seringkali terjadi di pasar dapat memicu krisis ekonomi yang merugikan banyak
orang karena adanya monopoli dan privatisasi sumber daya alam milik umum.
Kedua, Ketimpangan Sosial. Kapitalisme sekuler
menghasilkan ketimpangan sosial yang besar antara orang kaya dan orang miskin.
Hal ini terjadi karena beberapa individu dan perusahaan dapat menguasai sumber
daya ekonomi yang berlimpah, sementara banyak orang lainnya masih hidup dalam
kemiskinan. Di negara-negara yang menerapkan sistem politik ekonomi kapitalisme
terjadi kesenjangan ekonomi yang luar biasa.
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah,
termasuk tambang, hutan, dan laut yang menyediakan berbagai sumber daya penting
seperti minyak, gas, batubara, kelapa sawit, karet, cokelat, dan berbagai hasil
laut lainnya. Namun, distribusi kekayaan di Indonesia tidak merata, dan ada
ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan sumber daya di Indonesia.
Beberapa kelompok tertentu, termasuk para pejabat
pemerintah dan pengusaha besar, memiliki akses dan kontrol yang lebih besar
terhadap sumber daya dan kekayaan di Indonesia. Penguasa dan pengusaha telah
memonopoli kekayaan milik rakyat, sementara rakyatnya sendiri banyak yang
terjerat kemiskinan.
Ketiga, Perusakan Lingkungan. Kapitalisme sekuler
cenderung mengabaikan dampak lingkungan dari produksi dan konsumsi. Produksi
massal dan konsumsi yang tidak terkendali dapat menyebabkan perusakan
lingkungan yang signifikan, termasuk perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman
hayati, polusi, dan lain sebagainya. Lihatlah di negeri ini dengan berbagai
kerusakan lingkungan yang terjadi, semestinya sudah cukup untuk menyadari
kerusakan sistem kapitalisme ini. Jika masih punya akal sehat tentunya.
Keempat, Krisis Kemanusiaan. Kapitalisme sekuler
mendorong persaingan yang kuat antara perusahaan dan individu untuk memperoleh
keuntungan dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun, ini bisa
berdampak pada krisis kemanusiaan seperti kekurangan pangan, krisis kesehatan,
migrasi paksa, dan sebagainya.
Kelima, Krisis Moral. Kapitalisme sekuler cenderung
mengabaikan nilai-nilai moral dan etika dalam pengambilan keputusan bisnis.
Tujuan utama kapitalisme sekuler adalah menghasilkan keuntungan finansial,
bukan memperhatikan kesejahteraan sosial dan moral. Hal ini dapat menghasilkan
perilaku bisnis yang tidak bermoral dan tidak etis. Sebab prinsip sekulerisme
adalah pemisahan antara agama dan pengaturan kehidupan. Agama disingkirkan oleh
sekulerisme dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sementara itu, sistem komunisme ateis telah lama
menyebabkan kerusakan sosial yang signifikan di beberapa negara yang menerapkan
sistem ini. Beberapa dampak negatif yang diakibatkan oleh sistem komunisme
ateis adalah: Pertama, penghilangan kebebasan. Sistem komunisme ateis sering
kali melarang kebebasan berbicara dan kebebasan pers, serta mengabaikan hak
asasi manusia lainnya. Warga negara yang berbicara terbuka tentang oposisi
terhadap pemerintah dapat dituduh sebagai "musuh negara" dan
menghadapi hukuman.
Kedua, ekonomi yang tidak efisien. Sistem ekonomi
komunisme ateis memiliki beberapa kelemahan, seperti tidak mampu mengefisienkan
sumber daya secara maksimal dan menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas.
Akibatnya, kehidupan ekonomi menjadi stagnan, dan inovasi dan perkembangan
terhambat.
Ketiga, kekerasan negara. Sistem komunisme ateis
cenderung menggunakan kekerasan dan represi terhadap oposisi politik atau
kelompok minoritas. Hal ini seringkali memicu tindakan kekerasan dari pihak
oposisi, yang berdampak pada kondisi sosial yang tidak stabil.
Keempat, penghancuran budaya. Sistem komunisme ateis
sering menghancurkan budaya dan tradisi lokal, serta menghilangkan kebebasan
beragama. Agama dan kepercayaan dapat ditekan dan dianggap sebagai hal yang
mengganggu persatuan negara. Kelima, kekurangan inovasi.
Sistem komunisme ateis cenderung menghambat inovasi
karena tidak adanya insentif untuk mengejar inovasi dan kreativitas. Akibatnya,
kemajuan ilmiah dan teknologi terhambat, dan negara tersebut menjadi ketinggalan
dari negara-negara lain.
Selama umat islam menjadi seperti
buih, maka tidak akan pernah sepi dari kezaliman yang akan menimpanya. Umat Islam di dunia seolah tak pernah sepi didera ujian. Ujian yang
bertubi-tubi itu datang silih berganti.
Namun seperti biasa, dunia internasional hanya bisa
terbungkam melihat kedzaliman ini. Jika diibaratkan, umat Islam saat ini
bagaikan makanan yang diperebutkan dan memang tidak bisa menjaga dirinya
sendiri. Kita tahu bahwa tidak ada makanan yang bisa balas menggigit yang
memakannya.
Sementara Allah melarang umat
Islam bercerau berai : "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah), ketika kamu musuh, lalu Allah
mempersatukan hatimu, sehingga dengan nikmat Allah kamu menjadi bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk."
Ayat ini menyerukan kepada seluruh umat Islam agar
memegang teguh tali Allah, yaitu agama Islam, dan tidak bercerai-berai. Dalam
konteks ini, bercerai-berai dapat diartikan sebagai perpecahan dan perbedaan
yang tidak seharusnya terjadi dalam umat Islam, baik itu dalam hal keyakinan,
praktek ibadah, maupun dalam hal-hal lain yang berkaitan dengan agama.
Allah SWT mengingatkan umat Islam untuk selalu ingat
akan nikmat-Nya yang telah menyatukan hati mereka, sehingga mereka menjadi
bersaudara dalam Islam. Dengan berpegang teguh pada agama dan persaudaraan
dalam Islam, umat Islam akan terhindar dari perpecahan dan keretakan yang dapat
mengancam keutuhan dan keberlangsungan umat Islam sebagai umat yang bersatu dan
kuat.
Salah satu cara untuk agar tidak
bercerai berai sehingga tak berdaya seperti buih adalah menjadikan Al Qur’an
dan As Sunnah sebagai pedoman hidup dalam semua aspek kehidupan. "Barangsiapa yang Allah hendak memuliakannya, maka Dia akan
memberikan pemahaman dalam agama. Aku adalah orang yang membagi-bagi warisan,
dan Al Quran adalah warisan yang kusamakan. Maka, apabila datang padamu dua
perkara, kamu harus memegang keduanya: Al Quran dan Sunnahku. Kamu tidak akan
sesat selama kamu berpegang pada keduanya. Umatku tidak akan berkumpul pada
kesesatan. Maka, jika kamu melihat perbedaan dalam urusan mereka, maka
peganglah urusan yang paling kuat berdasarkan dalil-dalil yang shahih."
Dalam hadis ini, Nabi Muhammad menyatakan bahwa
Al-Quran dan Sunnahnya adalah dua perkara yang tidak akan pernah menyesatkan
umat Islam jika dipegang dengan benar. Namun, jika terdapat perbedaan pendapat
di antara umat Islam, maka umat yang memegang perkara yang paling kuat
berdasarkan dalil-dalil yang shahih adalah yang benar.
Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam yang mengikuti
Al-Quran dan Sunnah dengan benar tidak akan terpecah-belah atau menjadi seperti
buih yang terbawa arus.sayangnya kini umat Islam sedang
berlayar di lautan kapitalisme demokrasi yang membuatnya terus
terombang-ambing.
Namun, penting untuk diingat bahwa hadis ini harus
dipahami dalam konteks yang tepat dan tidak boleh digunakan untuk memecah belah
umat Islam atau mengadu domba satu sama lain. Sebagai umat Islam, kita harus
senantiasa berusaha untuk mencari pemahaman yang benar dalam agama dan berpegang
pada Al-Quran dan Sunnah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang akan membawa kepapa persatuan umat Islam di dunia dalam satu
kepemimpinan dibawah naungan khilafah Islamiyah.
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah,
taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih
pendapat dalam sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama dan lebih baik akibatnya." (QS An Nisaa : 59)
Ayat ini mengajarkan pentingnya taat dan patuh kepada
Allah, Rasul-Nya, dan pemimpin yang adil di antara umat Islam. Jika terjadi
perselisihan atau perbedaan pendapat dalam suatu masalah, maka Allah SWT
menginstruksikan agar masalah tersebut harus dikembalikan kepada Allah dan
Rasul-Nya, yaitu melalui Al-Qur'an dan hadits. Hal ini dimaksudkan agar
keputusan yang diambil didasarkan pada hukum Allah yang berlaku dalam agama
Islam, dan bukan atas dasar kepentingan pribadi atau kelompok.
Ayat ini juga menekankan pentingnya kebersamaan dan
persatuan dalam umat Islam, sehingga ketika terjadi perbedaan pendapat, maka
harus diselesaikan secara bijak dan damai tanpa harus menimbulkan permusuhan
atau konflik yang dapat merugikan umat Islam secara keseluruhan. Dalam hal ini,
mengembalikan permasalahan kepada Allah dan Rasul-Nya juga merupakan jalan
terbaik untuk menjaga persatuan dan kebersamaan dalam umat Islam, serta
memastikan keputusan yang diambil sesuai dengan ajaran agama Islam.
Imam Syamsuddin At-Taftazani ( w. 791 H) dalam Syarh
Al-'Aqa id Al-Nasafiyyah, dengan berdasarkan hadist tersebut, menegaskan bahwa
khilafah itu wajib menurut syariah. Dalil yang semakin mengokohkan kewajiban
menegakkan Khilafah adalah Ikmal Sahabat pasca Rasulullah saw. Untuk mengangkat
seorang khalifah.
Dalil ini disepakati oleh seluruh ulama Aswaja. Imam
Saifuddin al-Amidi (w. 631 H) mengatakan, "Ahlus Sunnah wal Jamaah (Ahlul
Haq) berpendapat: Dalil qath'i atas kewajiban mewujudkan seorang khalifah serta
menaatinya secara syar'i adalah riwayat mutawatir tentang adanya ijmak kaum
Muslim (Ijmak Sahabat) pada periode awal pasca Rasulullah saw. Wafat atas
ketidakbolehan masa dari kekosongan seorang khalifah..."
Esensi pertama khilafah dalam Islam adalah untuk
menerapkan syariat dan hukum Allah secara sempurna di berbagai bidang kehidupan
manusia. Esensi kedua khilafah adalah dakwah rahmatan lil alamin ke seluruh
penjuru dunia. Esensi ketiga khilafah adalah mewujudkan persatuan umat seluruh
dunia dalam satu kepemimpinan. Ketiga esensi di atas adalah kebaikan, bukan
keburukan, apalagi ekstrimisme kekerasan, sama sekali bukan. Sebab syariah,
dakwah dan persatuan umat adalah kebaikan yang diperintahkan oleh Allah.
Maka, dengan tegaknya khilafah
Islam yang menerapkan syariah Islam secara kaffah, menyatukan umat Islam di
seluruh dunia dan mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru bumi akan menjadikan
Islam dan kaum muslimin kuat, tidak lagi lemah seperti buih. Selain itu musuh-musuh
Islam juga akan takut dan tidak mungkin menzalimi dan menjajah lagi. Khilafah
itu sistem pemerintahan yang tidak hanya berorientasi kepada duniawi, namun
berorientasi juga untuk keselamatan di akhirat.
Dunia itu hanyalah lahan bercocok
tanah untuk bekal kehidupan abadi di akhirat, karena itu seorang muslim yang
hidup di dunia ini harus berorientasi kepada akhirat. Pandangan akhirat inilah
yang akan mengikis penyakit al wahn, cinta dunia dan takut mati. Apapun yang
dilakukan, semestinya dijadikan sebagai bekal akhirat. Dalam berjuang, kita harus menggunakan pandangan akhirat, bukan
pandangan dunia.
Setidaknya ada beberapa manfaat dan prinsip tentang
pandangan akhirat ini, diantaranya adalah : 1) Kesadaran bahwa di dunia sangat
singkat, 2) Menjadikan akhirat sebagai pusat orientasi hidup dan kehidupan, 3)
Kenikmatan di dunia tak sebanding dengan di akhirat, 4) Sadar bahwa pintu
menuju akhirat adalah kematian, 5) Berani menjaga harga diri dan memperjuangkan
Islam, 6) Memanfaatkan waktu di dunia untuk meraih ketaqwaan, 7) Tak akan
mengalami penyesalan sebagaimana orang kafir dan 8) Cepat menyadari
kesalahan dan cepat bertobat serta 9) Selalu berdoa akan mati dalam keadaan
muslim dan bersama orang-orang sholih (QS Yusuf : 101).
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, No.1061/12/06/25 : 07.20 WIB)