TINJAUAN PSIKOLOGI ABNORMAL PARODI NERAKA



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Parodi "Menghuni Neraka" biasanya menyajikan tokoh-tokoh yang digambarkan sebagai pendosa berat dan kemudian "dihukum" di neraka dengan cara-cara yang dilebih-lebihkan dan kerap kali disajikan dalam format komedi gelap (dark comedy). Meskipun bertujuan hiburan, parodi ini bisa menjadi bahan refleksi psikologis tentang kondisi kejiwaan tokoh-tokohnya.

 

Beberapa karakter yang digambarkan dalam parodi ini mungkin menunjukkan ciri-ciri gangguan psikologis. Pertama, antisosial personality disorder (ASPD) dengan gejala kurangnya empati, manipulatif, melanggar norma sosial. Contoh: Tokoh yang berbuat kriminal tanpa rasa bersalah dan bahkan membanggakan kejahatannya.

 

Kedua, narcissistic personality disorder (NPD) dengan gejala rasa superioritas yang berlebihan, butuh pujian, dan tidak peduli pada orang lain. Contoh: Tokoh yang merasa tidak pantas dihukum karena menganggap dirinya “lebih hebat” dari yang lain.

 

Ketiga, delusi atau psikosis dengan gejala keyakinan yang tidak rasional (misalnya merasa sebagai nabi atau utusan Tuhan padahal melakukan kejahatan). Contoh tokoh yang membenarkan tindakannya dengan alasan “wahyu” atau “suara dari Tuhan”.

 

Keempat, simbolisme dan refleksi psikodinamik. Dalam parodi, neraka bisa disimbolkan sebagai: (1) Representasi konflik batin (Freud), hukuman dalam neraka bisa dilihat sebagai manifestasi dari rasa bersalah yang ditekan. (2) Superego yang menghukum. Tokoh yang dihukum menunjukkan konflik antara id (dorongan naluriah) dan superego (moralitas).

 

Fungsi parodi sebagai katarsis psikologis dimana masyarakat yang menonton parodi ini mungkin: (1) Mengalami katarsis (pelepasan emosional) melalui tawa atau sindiran terhadap tokoh-tokoh berdosa. (2) Merefleksikan perilaku mereka sendiri atau sosial budaya yang dianggap “sesat”.

 

Aspek humor gelap dan normalisasi gangguan. Parodi kadang-kadang menormalkan perilaku abnormal melalui komedi. Risikonya desensitisasi, yaitu penonton menjadi kurang sensitif terhadap penderitaan nyata atau gangguan mental serius. Namun bisa juga jadi sarana edukatif, asal dikritisi secara tepat.

 

Parodi "menghuni neraka" bisa dianalisis secara mendalam dari sudut psikologi abnormal. Karakterisasinya merefleksikan berbagai bentuk gangguan psikologis. Humor dan simbolisme neraka membuka ruang refleksi moral, sosial, dan psikis. Meskipun lucu, penting untuk tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap pemahaman masyarakat tentang kesehatan mental.

 

Dalam pandangan Islam, parodi neraka termasuk kategori mempermaikan agama. Hal ini jelas dilarang dan ditegaskan oleh Allah dalam firmanNya : “Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Ingatkanlah mereka dengan Al-Qur’an itu agar setiap jiwa tidak dijerumuskan ke dalam kebinasaan karena perbuatannya sendiri. Tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat selain Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan pun, tidak akan diterima darinya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam kebinasaan karena perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.” (QS Al An’am : 70).

 

Makna dan pesan utama ayat ini adalah (1) Larangan keras untuk mengikuti atau bergaul dengan orang yang mempermainkan agama, menjadikannya sebagai bahan lelucon atau hiburan. (2) Peringatan agar tidak tertipu oleh gemerlap dunia hingga lalai dari kebenaran agama. (3) Peringatan keras tentang konsekuensi akhirat bagi mereka yang mempermainkan atau mengingkari agama.

 

Beberapa ayat Al-Qur’an tentang neraka (Jahannam) yang menggambarkan sifat, penghuni, dan siksaan di dalamnya. Ayat-ayat ini menjadi peringatan keras bagi manusia agar menjauhi kekafiran, kemaksiatan, dan mempermainkan agama, diantaranya adalah :

 

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS An Nisa : 56)

 

"Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, mereka mendapat azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengarnya mengeluarkan suara mengerikan, sedang neraka itu menggelegak." (QS Al Mulk : 6-7)

 

"Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan bagi mereka (pengikut setan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan tertentu dari mereka." (QS Al Hijr : 43-44)

 

"Mereka akan masuk ke dalam api yang sangat panas. Mereka diberi minum dari mata air yang sangat panas. Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon berduri. Yang tidak menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar." (QS Al Ghasiyah : 4-7)

 

Dengan demikian, neraka dalam Al-Qur’an digambarkan sebagai: (1) Tempat siksaan abadi bagi orang kafir dan pelaku dosa besar. (2) Dipenuhi panas api, minuman mendidih, makanan berduri (dari pohon zaqqum), dan suara mengerikan. (3) Memiliki tingkatan dan pintu-pintu bagi penghuni dengan kadar dosa tertentu. Maka jika ada orang justru memparodikan neraka dengan penun canda tawa, mungkin pelakunya sudah sakit jiwa.

 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, No. 1062/13/06/25 : 18.44 WIB)

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.