PERUSAK LINGKUNGAN SEBAGAI MANUSIA TERLAKNAT PENGUNDANG BENCANA DAN MALAPETAKA



 

Oleh : Ahmad Sastra

 

Indonesia adalah negara dengan sistem ekonomi kapitalisme, meski para pejabat teriak pancasila jutaan kali sekalipun. Kapitalisme adalah sistem ekonomi nirketuhanan, nirkeadilan, nirkemanusiaan, niradab dan nirkerakyatan. Kapitalisme adalah sumber kerusakan suatu negeri, khususnya Indonesia.

 

Kapitalisme mendorong perusahaan untuk mengambil sumber daya alam sebanyak mungkin demi menekan biaya dan meningkatkan profit. Hutan ditebang, tambang dibuka, laut dijarah tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Kapitalisme adalah kandangnya para garong serakah dan rakus.

 

Kerusakan Ekologi adalah kerusakan lingkungan, ekosistem, tumbuhan, ekosistem hewan, pencemaran air dan udara. Eksploitasi sumber daya alam demi pemenuhan hasrat hidup manusia telah menimbulkan dampak buruk berupa kerusakan ekologi.

 

Kapitalisme menciptakan budaya konsumsi berlebihan (konsumerisme). Produksi barang terus meningkat, limbah bertambah, penggunaan energi dan bahan baku melonjak, polusi dan krisis iklim. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang disorientasi, karena bersifat materialism. Tuhannya kapitalisme adalah uang.

 

Oleh kapitalisme ada dan para garong serakah, alam tidak dilihat sebagai sesuatu yang harus dijaga, tetapi sebagai komoditas untuk dijual dan dimanfaatkan. Hutan dianggap sebagai "lahan kosong", sungai hanya dilihat dari potensi industrinya, bukan fungsi ekologisnya.

 

Dalam kapitalisme, selama suatu aktivitas menghasilkan uang dan dianggap legal, maka kerusakan lingkungan bisa dibenarkan secara hukum atau dibatasi sebatas denda. Negara-negara maju memindahkan industri kotor ke negara berkembang demi menekan biaya produksi. Negara miskin menanggung beban polusi dan eksploitasi, padahal mereka bukan penyebab utamanya.

 

Penerapan sistem ekonomi kapitalisme adalah kerusakan manusia dan kemanusiaan, bahkan kerusakan ekologis. Kerusakan ekologis dapat menimbulkan berbagai akibat buruk yang serius bagi lingkungan, manusia, dan makhluk hidup lainnya.

 

Diantara bentuk kerusakan ekologis akibat manusia-manusia terlaknat rakus adalah peningkatan emisi gas rumah kaca (CO₂, metana, dll) memperparah pemanasan global. Terjadinya cuaca ekstrem: badai, kekeringan, banjir, dan gelombang panas. Habitat alami yang rusak menyebabkan banyak spesies kehilangan tempat hidup dan makanan. Mengganggu rantai makanan dan keseimbangan ekosistem.

 

Kerusakan ekologis juga bisa berupa pencemaran sungai, danau, dan sumber air tanah oleh limbah industri dan domestik. Penggundulan hutan merusak siklus air alami. Erosi tanah dan penurunan kesuburan akibat deforestasi dan penggunaan pestisida berlebih. Mengurangi hasil pertanian dan mengancam ketahanan pangan.

 

Gangguan kesehatan manusia juga bisa terjadi akibat kerusakan lingkungan.  Pencemaran udara, air, dan tanah memicu berbagai penyakit seperti gangguan pernapasan, kanker, dan gangguan kulit. Munculnya penyakit baru akibat interaksi manusia yang lebih dekat dengan hewan liar.

 

Kerusakan ekologi juga bisa menyebabkan terjadinya bencana alam. Deforestasi meningkatkan risiko tanah longsor dan banjir. Terumbu karang yang rusak membuat garis pantai lebih rentan terhadap tsunami dan abrasi. Eksploitasi berlebihan menyebabkan kelangkaan sumber daya seperti kayu, ikan, dan bahan tambang. Dampak ekonomi negatif, terutama bagi masyarakat yang bergantung pada alam.

 

Tak hanya sampai disini, krisis ekologis bisa memicu migrasi besar-besaran (pengungsi iklim). Perebutan sumber daya yang semakin langka dapat menimbulkan konflik sosial dan politik.

 

Kapitalisme melehirkan manusia-manusia rakus dan serakah yang merusak alam demi perutnya sendiri. Kerusakan ekologis akibat keserakahan manusia adalah masalah yang sangat nyata dan mendalam. Keserakahan ini muncul ketika manusia mengejar keuntungan ekonomi dan kenyamanan hidup tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap alam.

 

Islam sangat menekankan pentingnya menjaga lingkungan dan mengecam keras tindakan yang merusaknya. Ajaran Islam mencakup prinsip-prinsip etika lingkungan hidup yang bersumber dari Al-Qur’an, Hadis, dan praktik para ulama.

 

Dalam pandangan Islam, manusia ditempatkan dan difungsikan sebagai khalifah di bumi yang salah satu tugasnya adalah menjaga dan merawat bumi. Allah berfirman : "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.' (QS. Al-Baqarah: 30). Manusia ditunjuk Allah sebagai pemimpin (khalifah) di bumi, artinya ia bertanggung jawab memelihara alam, bukan merusaknya.

 

Allah sebagai Tuhan Pencipta langit dan bumi sangat mengecam manusia yang merusak bumi. Islam sangat tegas melarangan merusak bumi. Hal ini sejalan dengan firman Allah ; "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya." (QS. Al-A'raf: 56). Ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan adalah dosa karena bertentangan dengan kehendak Allah yang telah menciptakan bumi dalam keadaan seimbang.

 

Islam juga tegas melarangan berlebih-lebihan (israf). Allah berfirman : Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf: 31). Konsumsi berlebihan terhadap sumber daya alam bisa merusak lingkungan. Islam mengajarkan hidup sederhana dan seimbang.

 

Islam sangat menganjurkan manusia untuk menjaga keseimbangan alam (mīzān). Allah menegaskan dalam firmanNya : Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan mīzān (timbangan atau keseimbangan), supaya kamu jangan melampaui batas tentang mīzān itu. (QS. Ar-Rahman: 7–8). Alam diciptakan dalam keseimbangan yang harmonis, dan manusia tidak boleh melanggarnya. Ini mencakup keseimbangan ekosistem, iklim, dan semua makhluk.

 

Tak sampai disini, Islam memerintahkan manusia untuk merawat tumbuhan dan hewan. Nabi Muhammad bersabda: Tidaklah seorang Muslim menanam tanaman atau menabur benih, lalu ada burung, manusia, atau hewan memakan darinya, kecuali itu menjadi sedekah baginya. (HR. Bukhari & Muslim). Islam mendorong penanaman pohon, pelestarian flora dan fauna, serta perlakuan baik terhadap hewan.

 

Islam dengan tegas mengecam perusak lingkungan, sebab dalam pandangan Islam menghancurkan alam adalah sebuah kezaliman. Merusak alam berarti merugikan makhluk lain dan generasi mendatang, yang dalam Islam termasuk perbuatan zalim.

 

Jika kerusakan alam mengakibatkan penderitaan manusia (kekeringan, banjir, krisis pangan), maka itu menjadi dosa sosial dan tindakan yang dimurkai Allah. Islam bukan hanya agama spiritual, tetapi juga agama yang mengajarkan tanggung jawab ekologis.   Setiap muslim dituntut untuk menjaga bumi sebagai amanah, tidak serakah terhadap alam dan berperan aktif dalam melestarikan lingkungan.

 

Karena itu sudah saatnya negeri ini membuang ideologi sampah kapitalisme dan menggantikan dengan sistem Islam yang datang dari Allah Pencipta langit dan bumi. Menerapkan kapitalisme berarti dengan sengaja ingin merusak negeri ini dengan memberikan jalan manusia-manusia terlaknat dan rakus.

 

Dengan menerapkan ideologi Islam, maka Allah berjanji akan mehadirkan keberkahan ekologis. Hal ini sejalan dengan firman Allah : Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf : 96)


(Ahmad Sastra, Kota Hujan, No.1057/08/06/25 : 10.18 WIB) 

 

__________________________________________ Website : https://www.ahmadsastra.com Twitter : https://twitter.com/@ahmadsastra1 Facebook : https://facebook.com/sastraahmad FansPage: https://facebook.com/ahmadsastra76 Channel Telegram : https://t.me/ahmadsastraofficial Instagram : https://instagram.com/sastraahmad
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.